Senin, 23 September 2013

CERPEN: Satu Kisah Yang Abadi

~Satu kisah yang Abadi~


Masihkah terlena?
Akan semua tawaran cinta yang terlalu membuatmu melupkanku?.. Hanya berharap, mungkin saja dia akan segera berubah

dibebatuan diatas bukit tinggi menjadi tempat paling istimewa, karna aku akan menemukannya disana, Alben..

dia menatapku seolah menatap dinding, bibir tak bicara, mata tak berkedip, tangan tak membelai, dan tak pula kulihat lekukan senyumannya

ingin aku bertanya, mengapa? Tapi aku bosan melakukannya, lagi pula aku pun juga bosan mendengar jawabannya yang hanya itu-itu saja, terlalu sulit untuk dijelaskan!! Katanya.
Hemm.. Biarlah dia tetap menyimpan jawabannya itu, tapi suatu hari nanti aku harus bisa membuatnya move on, entah dari apa, yang kutahu dia selalu terlihat galau

"Ben, muka lo tuh asem banget si, gak pernah terlihat manis didepan gue"
celetukku

"kalau gue pasang muka manis didepan lo, yang ada nanti lo naksir lagi sama gue!"
jelasnya

(gue emang naksir sama lo kok Ben!!)
ucapku dalam hati

dan kembali dia menyamakanku dengan dinding, diam tanpa kata, kaya the masive
~kau diam tanpa kata, kau seolah jenuh padakuu~
ah..lupakan!

"Ben, lo tuh kenapa si? Ah, lama-lama gue bete temanan sama lo, gue gak pernah dianggap sama lo!"
seruku dan beranjak pergi dari hadapan Alben, bete.. Ternyata dia tak juga mau meraih tanganku ketika aku hendak meninggalkannya

(sory Nad, gue gak ada maksud buat nyuekin lo, gue cuma gak mau lo terperangkap dalam kisah rumit ini, karna gue tau..lo suka sama gue)
Alben pun bergumam sembari memandangku pergi walau hanya dengan sebelah mata
*
Sore itu Alben mengajakku untuk bertemu lagi dibukit itu, tadinya aku ingin sekali menolak, tapi apadaya, hatiku memaksa tuk bilang 'ya'

Alben tengah berdiri diatas bebatuan itu, kulihatnya dari belakang, bentuk badannya sungguh indah, apalagi bila kupandangi dari ujung rambut hingga ujung kaki, sempurna

Alben tak menyadari sepuluh menit lamanya aku telah berada dekat dibelakangnya, kuhirup aroma segar bau tubuhnya yang seakan membuatku melayang

(Ben, seandainya lo tahu isi hati gue..)

hanya bisa berharap dan berharap

semoga kelak ia menyadarinya, tanpa harus memaksa, tak mengapa bila aku tak pernah bisa untuk memilikinya.

lima belas menit sudah dalam ketediamanku dibelakangnya, tanpa kusadari aku terhanyut oleh angin disore itu, kupejamkan mata dan berkata, I love you

dia menoleh kebelakang dan mengagetkanku, aku hampir terpeleset, namun tangannya meraih tubuhku

Aaaa.. Teriakku

"Nadya...!!"
serunya

mata kami saling menatap, aku merasakan debaran jantungku yang kian cepat, degdegdegdeg.. Seperti itu

selang beberapa menit, angin liar membuat momen itu terbuyar, pyuuh.. Seperti debu yang tertiup, aku takut tak bisa merasakan momen itu lagi, tapi entahlah!!

"lo,, lo gak apa-apa kan?"
tanya Alben sembari melepaskan rangkulannya

"gak, gue gak apa-apa kok, cuma kepeleset doang"
jawabku sedikit terdiam

"lo kenapa Nad? Ada masalah ya?"

"eumm.. Gak ada kok, yang ada tuh elo yang punya masalah tapi gak pernah mau cerita sama gue!"

"udahlah Nad, gak usah dibahas ya, gue lagi gak pengen galau gara-gara masalah itu"

"masalah? Masalah apa Ben?"
tanyaku serius

"ada deh.. Mau tau aja apa mau tau banget?"
ledeknya dilanjut dengan tertawa

"ikh lo tuh nyebelin banget si!! Nyesel gue udah nyamperin lo kesini"

"yee..ngambeuk, manyun, jelek tau!! Eh, tadi gue denger pas sebelum lo kepeleset, lo bilang I love you.. Buat siapa Nad?"
tanya Alben serius

"ada deh. .mau tau aja apa mau tau banget? Haha. .huuh. .!"
ledekku, aku berlari dari kejaran Alben, senang rasanya bisa tertawa dan bercanda bareng Alben, walau pun Aku belum bisa mengatakan perasaan ini, tapi aku yakin, akan ada saat yang tepat untuk mengutarakan perasaan ini kepadanya

masih dalam kejarannya, hingga akhirnya aku terperangkap dalam pelukannya yang menggelitik

(Ben, gue pengen kita tetap kaya gini dalam satu ikatan..pacaran, lebih bahagianya lagi kalau kita bisa menjadi pasangan yang paling romantis dihadapan banyak orang)
ucapku dalam hati

lalu, tak sengaja kukecup pipi kanannya, aku malu dan terdiam dihadapannya

"lagi dong...hahaha"
ledeknya menggodaku

oh Alben..
Aku begitu menikmati momen indah itu.

Tak terasa malam telah mejelang, dan tak terasa pula kini aku telah berada dirumah, mengkhayalkan kembali momen indah bersamanya dibukit tadi

tanpa kusadari bibir ini melekuk-lekuk serta kugigit bibir bawah karna merasa senang tapi malu, malu-malu tapi mau lagi.. Pikirku.

"itu anak kok senyam senyum sendiri si.. Kenapa ya?"
celoteh ibu dibalik pintu kamarku yang terbuka, lantas ibu pun menghampiriku dan mengagetkanku

"Nad..Nadya..!!"
seru ibu, namun aku tetap tak mau dengar

"Nadyaaa..!"
teriaknya

"ia ia bu.. Kenapa?"...
"ah ibu ni ngagetin Nadya aja deh"
lanjutku

ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya

"hem.. Kamu tuh kenapa? Ibu perhatiin kayanya kamu lagi seneng ya? Cerita dong sama ibu"

"ia bu, Nadya lagi seneng banget, akhirnya sekarang Nadya bisa lebih dekat sama laki-laki yang Nadya suka bu"
jelasku

ibu kembali bertanya karna penasaran

"memangnya siapa laki-laki yang kamu sukai itu Nad?"

"Dia.. Sering main kok kerumah bu"

"maksud kamu den Alben?"

"Ya.. Nadya suka sama Alben bu,, kalau begitu Nadya mau tidur dulu ya bu.. Selamat tidur bu"

"ia,, mimpi indah ya sayang"
ibu pun pergi meninggalkan kamarku, namun sebelumnya kulihat ibu sempat menatapku tajam

(Ya tuhan, bagaimana ini? Nadya sekarang suka sama den Alben, sedangkan sedari dulu den Alben sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan Silvia, seorang gadis yang juga sangat dicintai oleh den Alben, apa aku harus memberitahukan semua ini kepada Nadya? Atau aku harus merahasiakannya? Tapi kenapa Nadya tidak tau hal ini? Apa mungkin den Alben belum pernah cerita soal pertunangannya dengan Silvia? Ya tuhan.. Apa yang harus aku lakukan?)
cemas ibu

mau tak mau tahu, sebenarnya aku sangat penasaran dengan sikap Alben yang sering sekali terdiam dan merenung seperti orang yang dilanda kegelisahan, kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam
*
sementara itu dikamar Alben..

Dia terlihat sedang menatap sebuah bingkai photo wanita yang terpajang didinding kamarnya, terpampang besar dan mengkilap, entah itu siapa, karna aku pun tak tahu

"kamu apa kabar Vi? Aku sudah sangat merindukanmu,, jangan bilang kalau kamu masih harus lebih lama lagi disana, lihatlah! Cincin ini masih melingkar dijariku, itu tandanya aku akan setia nungguin kamu sayang.. Cepat sembuh ya"
ucap Alben didepan Photo wanita itu dan menangis

tak ada lagi yang dia lakukan dikamarnya selain untu tidur dan memandangi photo wanita itu, aku harap wanita itu tidak lebih cantik dari pada aku

semua tentangmu, Alben, akan aku cari tahu.
Pagi menjelang,
Aku tengah disibukkan oleh beberapa tugas rumah, nyuci, nyapu dan beberapa tugas rumah yang lainnya, aku tak mau lagi terlalu mengandalkan ibu, terkecuali masak, rasa masakanku sangatlah kacau, sangat jauh berbeda sekali dengan rasa masakan ibu

selesai menyapu, lantas kuhampiri ibu didapur
"eummm.. Wanginya enak banget bu, masak apa si?... Wah.. Udang goreng pedas, ini kan makanan kesukaan Nadya bu"
seruku

ibu tersenyum sembari memainkan samurai dapurnya
"ibu sengaja masakin ini buat kamu sayang..
Oiya Nad, Ayah sudah bangun?"
tanya ibu

"sudah kok, sekarang lagi mandi, 0iya bu, kok masaknya banyak banget si?"

"ah masa? Ibu pikir ini cukup buat kita bertiga kok,, heum mungkin sudah lama ibu enggak masak makanan kesukaan kamu seperti ini, maap ya sayang"

"gak apa-apa kok bu,, dari pada nanti gak dimakan karna kebanyakan, gimana kalau aku kasih Alben aja bu, Alben juga suka kan sama udang?"

ibu sedikit terdiam
"den Alben?"

"iya..Alben!"

"eum, yasudah, nanti ibu siapin ya"

"sip.. Kalau gitu Nadya mau mandi dulu ya bu"
seruku

(lagi-lagi den Alben, ya tuhan, aku takut kalau Nadya kecewa)
gumam ibu

dimeja makan..
"bu, nanti ayah agak pulang malam ya, soalnya mau turun barang"
ujar ayah

"ia gak apa-apa kok yah, hati-hati ya.. Jangan lupa bekalnya dibawa buat makan siang disana"
ucap ibuku

"ia bu,, Nadya, kamu jagain ibu dirumah ya, awas kalau kamu terlalu lama keluar rumah"
seru ayah menatapku yang sedang asik menyantap makanan

"ia ayaaaah.. Tenang aja, Nadya akan selalu jagain ibu.."

"dasar kau ini.. Yasudah bu, ayah berangkat dulu ya,, assalamualaikum"

"waalaikum salam"
seruku dan ibu

dan aku pun segera meminta izin keluar rumah untuk mengantarkan makanan kepada Alben
"bu, Nadya pergi kerumah Alben dulu ya, gak enak kan kalau makanannya keburu dingin"

"ia.. Hati-hati ya sayang"

mengapa ada perasaan takut ketika aku pergi dari rumah untuk kerumah Alben, rasanya setelah ini aku akan menangis
*
sampailah aku dirumah Alben, tak kulihat ada satpam didepan rumahnya, lantas, tanpa ragu aku pun melewati pagar rumahnya

rumahnya bagus, mewah, dan sangat besar, pantas saja dulu ibu betah bekerja disini, pikirku.

Ting Tong..
Kutekan bell pintunya

yang terlihat didepan mataku adalah Tante Mila, mamahnya Alben, ia memang sudah mengenalku dari cerita ibuku, tanpa segan lagi tante Mila pun langsung menyapaku dengan baik
"Nadya... Apa kabar? Masuk yu"
tanya tante Mila

"kabar Nadya baik kok tante, tante sendiri?"

"tante juga baik-baik aja kok"

kulihat seisi rumah terlihat sepi
"tante, yang lainnya pada kemana ya? Kok sepi"
tanyaku

"suami tante kan kekantor"

"Alben? Alben kemana tante? Aku bawain makanan buat dia dari ibu"

"itu dia yang lagi tante pikirin, masalah Alben Nad!"

"masalah? Memangnya Alben punya masalah apa tante?"
tanyaku penasaran

"ceritanya rumit, dan dari semalam tadi Alben tidak keluar dari kamarnya"
jelas tante Mila

aku terdiam memikirkan cerita tante Mila yang seolah-olah membuatku harus mencari tahu masalah itu
(sebenarnya Alben punya masalah apa si? Bukan kah kemarin sore dia terlihat gembira main sama gue.. Hem.. Lo tuh kenapa si Ben?)
gumamanku

sedari dulu ingin sekali aku memaksa Alben untuk menceritakan masalahnya, tapi aku tak punya hak untuk memaksanya, dan inilah suatu kesedihan untuk menjadi seseorang yang tidak punya hak apapun untuk Alben

sungguh menyedihkan

Apa mungkin ini adalah saat yang tepat untuk aku lebih memberikan perhatian kepada Alben? Pikirku..

Lalu aku meminta izin kepada tante Mila untuk masuk kekamarnya Alben yang katanya tidak terkunci, tak kulihat ada Alben ditempat tidurnya atau pun duduk dikursi depan komputernya, hening, sangat hening

aku mencoba lebih melangkahkan kakiku kedalam kamarnya, kulihat ada seseorang yang termenung disudut sana, ya.. Alben, itu Alben, sedang apa dia disana? Pikirku lagi

kuhampiri dia dengan pelan, kuarahkan tangan ini ke kepalanya yang tertunduk, tapi belum sempat kusentuh Alben telah menyadari kedatanganku

"Nadya.."
ucapnya pelan

"Ben.."
seruku penuh tanda tanya

tiba-tiba Alben memelukku erat sembari menangis, aku tak tahan mendengarnya, sampai akhirnya aku pun meneteskan air mata dipundaknya

"Ben, kenapa lo bisa kaya gini, cerita sama gue Ben"

Alben tak menjawab

"Ben, Ben jawab Ben, gue tuh gak bisa terus-terusan liat lo kaya gini, gue sayang sama lo dan gue cin.."
ucapku terhenti saat akan mengatakan cinta

"Nad, gue pengen lo temenin gue kebukit"
pintanya

"Tapi Ben.."

"Nad, gue pengen nenangin hati gue disana, kalau lo gak mau temenin gue biar gue yang pergi sendiri!"

"OKE!! Gue temenin lo, tapi please, berhenti nangis didepan gue!"

Alben tak lagi berbicara, dia hanya ingin segera keluar rumah untuk menenangkan hatinya dibukit
*
Alben Masih tak mau bicara, angin liar tak dihiraukan, sampai-sampai burung pun bosan untuk menghiburnya, kuhampiri dia dan kuusap pundaknya

"Ben, lo masih gak mau cerita ya sama gue?"

Alben tak menjawab

"yaudah, gue akan selalu ada kok buat lo Ben"
celotehku

(Nad, gue tau, lo pasti akan kecewa setelah mendengarkan kisah gue ini, tapi gue gak mau terus-terusan membuat hati lo bertanya-tanya)
gumam Alben

setelah itu, Alben mulai mau bicara dan bercerita kepadaku

"Nad, lo tau gak arti dari sebuah kesetiaan?"
tanyanya Serius

"Maksud lo? Kesetiaan terhadapa apa?"

"kesetiaan terhadap pasangan, lo harus tau kalau gue ini adalah tipe cowo yang setia terhadap pasangannya"

"terus? Memangnya lo punya pasangan? Gakkan?!! Jadi buat apa lo tanyain tentang kesetiaan terhadap pasangan sama gue yang juga belum punya pasangan? Sama kaya lo"
jelasku

Alben tersenyum simpul memandangku
"kita berbeda Nad!!"
serunya yang membuatku keheranan

"maksud lo beda apa Ben?"

"gue..gue..udah, punya pasangan!!"

"APAHH???"
Sahutku

angin liar serasa mencambuk bulu romaku, aku ternganga, tak ingin percaya akan ucapannya Alben,, perasaan ini sangat tidak biasa kurasakan

inikah kekecewaan?

Inikah kenyataan?

Inikah jawaban yang kutunggu-tunggu?

Inikah? Oh tuhan..
Aku tak bisa menahan rasa sakit didalam hatiku, namun aku mencoba untuk bersikap biasa saja dihadapan Alben

"oh. .jadi lo udah punya pasangan alias pacar! Selamat ya"
munafikku

"Nad, gue gak ada maksud buat bikin lo kecewa"
ujarnya

dengan sedikit mengadukan halis lalu aku pun kembali memunafikan diri
"kecewa? Kenapa gue harus kecewa? Gue seneng kok kalau lo udah punya pacar, itu artinya lo udah gak jomblo lagi"

"tapi Nad..?"

"apaan si lo, udahlah!"

beberapa menit kemudian, terdengar suara bunyi handphone Alben, tadinya aku ingin langsung meninggalkannya, tapi aku masihlah sangat khawatir

"halo mah.. Ia, ada apa mah?"

ternyata tante Mila

"Ben.. Silvia sudah kembali kejakarta"
jelas Tante Mila

"apah? Silvia sudah kembali mah?.. Yaudah kalau gitu Alben segera pulang ya mah.. Love u mom"

tak pernah kulihat paras wajah Alben yang begitu bahagia seperti ini setelah kudengar seseorang yang bernama Silvia telah kembali, siapa itu Silvia? Pikirku

"Nad, ayo kita pulang.. Dia telah kembali"
serunya

"dia? Si. .siapa dia Ben?"

"Silvia, tunangan gue!"

aku terdiam..
(apah? Jadi Alben sudah bertunangan dengan perempuan itu?..oh my god)

"ayo Nad.. Nanti gue kenalin lo sama Silvia ya"

"i..iya Ben, ia"

nampak terlihat Paras wajah Alben begitu bahagia, dia tak berhenti melekukkan bibirnya yang merah itu

sementara itu tante Mila dan om Wisnu tengah menunggu kedatangan Alben dengan wajah yang cewas

"pah, apa yang harus kita katakan kepada Alben?"
tanya tante Mila menangis

''tenang mah..! Itu.. Alben sudah datang mah"

langkah kakiku seirama dengan langkah kaki Alben yang kian cepat

"Mah, pah.. Apa benar Silvia sudah kembali dari luar negri?"
tanya Alben yang begitu antusias

"ia syang, Silvia telah kembali"
jawab tante Mila

"tapi, kenapa Mamah menangis mah? Pah? Ada apa?"
tanya Alben serius

"Silvia memang sudah kembali kejakarta Ben, tapi.. Silvia telah meninggal tadi malam"
jelas Om Wisnu

dengan wajah pucat Alben langsung terjatuh kelantai, senyumannya berubah menjadi tangisan, dia pun berteriak kencang

TIDAAAAAK...SILVIA..

Lalu Alben meraih tanganku berlari menuju mobil, sepertinya dia hendak mengajakku kerumah perempuan itu, aku tak mengerti apa yang tengah Alben pikirkan, dia masih mengingatku disaat duka yang mendalam melandanya

Alben tak berhenti meneteskan air mata, aku tak berani mengajaknya bicara, aku hanya memandangnya sedih, ingin rasanya kuhapus air mata itu, namun egoisku mulai menghampiri, untuk apa kuhapus air mata itu yang menetes untuk orang lain..

Ngiiikk...
Mobilnya terhenti disebuah rumah yang dipadati oleh banyak orang, Alben melupakanku didalam mobil, tapi tak mengapa, aku mengerti

"SILVIAAAA.."
teriaknya yang menghampiri jasad perempuan itu,
semua mata tertuju kepada Alben yang merintih menangis

"Silvia.. Kenapa kamu tinggalin aku? Kenapa kamu pergi secepat ini, aku belum sempat bahagiain kamu Vi.. Hik..Silvia banguun..
Kenapa waktu itu kamu gak percaya kalau aku akan setia?
Lihatlah Cincin ini.. Cincin ini masih melingkar dijariku Vi, aku setia pada cinta Kita..tapi kenapa kamu tinggalin aku Silvia? SILVIAAAAA"
Teriaknya

aku tak tahan melihat Alben yang begitu menderita ditinggalkan oleh perempuan itu, aku menangis tersedu-sedu
(Perempuan itu sangat beruntung, tapi kenapa Alben sangat malang? Ia berusaha untuk tetap setia pada satu hati, tetapi.. Hik.. Ya tuhan, aku tak punya hak untuk kecewa kepada Alben, Alben bukan milikku)
gumanku

semuanya begitu menyedihkan
*
satu tahun kemudian

bukit itu masih menjadi tempat yang istimewa untukku, karna aku akan menemukan Alben, aku dan dia sedang menikmati siulan burung

"Nad, gue mau nanya satu hal sama lo"

"apa?"

"menurut lo setia itu menyakitkan gak si?"

"eum.. Menyakitkan? Sedikit si Ben!"
jawabku ragu-ragu

"sedikit? Emangnya lo pernah ngerasain?"
tanyanya lagi

"hah..eu..eu.. Pernah si, tapi dulu"
jawabku terbata-bata

"lalu sekarang? Apa lo udah gak setia buat cinta sama gue?"
jelasnya

lantas aku langsung tertunduk malu, dari mana dia tau akan hal itu? Pikirku

"Nad.."
ujar Alben dan memegang tanganku,

"Nad, tatap mata gue, apa lo masih cinta sama gue?"

aku masih terdiam

"kalau lo gak mau ngejawab, itu berarti lo udah gak cinta lagi kan sama gue"

"Ben.. Gue.. Gue masih setia untuk mencintai lo, please. .jangan tinggalin gue Ben.. Gue sayang sama lo, gue Cinta sama lo"
ucapku

aku memeluk tubuhnya, dan Alben pun membalas pelukanku, sudah sekian lama aku menunggu saat-saat seperti ini, kesetiaan ini sempat berujung kekecewaan, tetapi akhirnya kekecewaan itu berakhir dengan kebahagiaan
*
dua tahun kemudian..
Kita menikah

tiga tahun kemudian..
Kita dianugrahi dua anak perempuan kembar yang sangat lucu, cantik, dan juga pintar, aku tak menyangka akhirnya Aku akan menjadi tuan putri didalam kehidupan Alben

terimakasih tuhan,
terimakasih cinta.

Tamat

Nia kurnia sari
Bogor/03/05/2013

CEPEN MINI: DEAR SINTA"Wanita yang lebih indah"

~DEAR SINTA;wanita yang lebih indah~

Sinta..Memilihmu untuk temaniku dimalam itu adalah suatu kecerobohan yang teramat salah.
Mengapa tak kupilih Cinta saja untuk temani sedihku? Entahlah!!Yang kutahu tentangmu adalah sosok wanita yang lebih indah dan mampu membuatku merasa lebih nyaman dari apapun yang membuatku gelisah.
Maaf Sinta!! Tak ada maksudku untuk menyimpan hasrat ini darimu, tapi kau tahu sendiri tentangku bukan? Aku memiliki Cinta dibalik ketidak tahuanku, aku tak memilihnya, namun keadaanku yang memilihnya.
*
Cinta itu datang ketika kasmaranku terlalu meninggi karna mengagumimu, apapun tentangnya tak pernah ingin aku tahu, apakah aku egois? Apakah aku terlalu menutupi keadaan ini yang sebenarnya telah terjadi?.
Tak merela rasanya jikala cintamu termiliki oleh hati yang lain selain hatiku, biarlah mereka menganggapku gila, karna sejujurnya aku telah tergila-gila padamu Sinta.
Sinta.. Apakah benar kau takan pernah menjadi milikku?
Ataukah aku yang takan bisa menjemput cintamu dimana aku harus tetap pada rencana tuhan.
"hanya engkau yang bisa,,hanya engkau yang tau,,hanya engkau yang mengerti semua inginku,,"
_Ardians_


Nia kurnia sari
Bogor,23/03/2013

CERPEN: Call Me Love

~Call Me Love~


"bukankah semua orang tahu.. Jika cinta itu tak usah dicari pun pasti akan datang dengan sendirinya, kan Allah sudah menciptakan pasangan hidup untuk semua hambanya"
*
Masih tersimpan pertanyaan itu dalam benakku, aku terus dan terus mencoba tuk meyakinkan hatinya tentang arti dari sebuah petualangan cinta yang tengah kulakukan

dan hari ini, dia datang kembali kepadaku untuk menanyakan hal yang sama, kurasakan tiap langkah kakinya, kuhirup aroma segar tubuhnya yang kurasa telah menusuk ruang hidungku, ahh..lebay!
"hay Mr.Plyboy hunnybunnysweetihahahihi!"
serunya dengan nada yang cempreng

"berhentilah memanggilku seperti itu Nay!"
ucapku sembari membungkam mulutnya

"emmmmh..eheum.. Eheumm.. Ikh apaan si lo, gue gigit baru tau rasa!"
serunya merongos

dia tak pernah berubah, dia tetap menjadi seorang Naya yang tomboy, suka ngupil, jarang mandi, rakus, cempreng, dan....banyak lagi,
tapi dia cantik dan baik, pikirku!
"sepi amat ni rumah, Bokap sama nyokap lo kemana?"
tanya Naya yang tengah asik mengobrak-ngabrik kulkas

"mereka pergi keacara pernikahan temannya Nay!"

"oh.. Eh, ngomong2 soal nikah, lo kapan nikah Dri?"

"hah? Nikah? Seharusnya aku yang nanya sm kmu, kmu kapan nikah?"
ucapku berbalik tanya

"gue si kapan-kapan aja, nunggu sampe ada yang mau sma gue baru deh.. Tpi dengan syarat2 tertentu pastinya"

"aku mau kok sma kmu Nay!"
spontan kuucapkan kata-kata yang dulu juga pernah kuucapkan, namun lagi-lagi dia beranggapan kalau aku ini sedang bercanda

"lo? Mau sama gue? Haha.. Mr.Plyboy kaya lo mana mau sama gue, becanda aja si lo, trus kalau lo mau sma gue, gimana nasib cwe2 diluar sana yang sekarang lagi lo deketin? Hah..!"
dan lagi-lagi dia mengatakan hal yang sama kepadaku..
(Nay, kenapa si kmu gak mau sedikit aja percaya sma aku!)
gumamanku dalam hati

pakk.. Hanya mampu menepak jidak!
Si tukang ngupil itu lalu berkata kembali
"lo jangan pernah nyakitin hati cewe, karna kalau lo nyakitin mereka, itu sama aja lo nyakitin gue..BAYY gue balik dulu ya, dirumah lo gak ada apa-apa, payah.. Dah Mr.Plyboy hunnybunnysweetihahahihi"
Naya pun kembali pergi dari pandanganku

"mengapa dia terus menerus mengira kalau aku ini plyboy? Apa salahnya si kalau aku deket sma banyak cewe? Jangan2 tu anak cemburu lagi? Ahh..gak mungkin! Tu anak bisanya ngupil, bukan cemburu"
merongosku sembari melihat Naya pergi

apa yang mesti disalahkan pada laki-laki yang memiliki banyak teman perempuan? Kok bisa aku diCAP plyboy?
Entahlah!

Rencanaku hari ini adalah mengajak Naya pergi ke sebuah salon, tak perduli seberapa besar biayanya untuk merubah sedikit saja penampilannya, walau pun kutahu akan sangat membutuhkan tenaga yang extra untuk memaksanya pergi bersamaku
"Permisi,Nay..Nayaaaa"
seruku memanggil Naya diluar pagar rumahnya

belum juga kulihat batang hidungnya keluar, lantas aku menerobos masuk saja
"permisiiii.."

"Iya.."
yang terlihat keluar adalah tante Ratna, Ibunya Naya

"eh tante,, Nayanya ada tante?"

"Nayanya baru aja keluar rumah"

"keluar rumah tante? Kalau boleh tahu Naya pergi kemana ya tante?"
tanyaku penasaran

"kayanya Naya pergi kelapangan bola deh Dri! Soalnya tadi tante liat dia pake baju bola trus bawa sepatunya juga"

(apah, Naya kelapangan bola? Jangan-jangan tu anak mau jadi Ronaldo wati lagi.. Ah gak bener!!)
ucapku dalam hati

"kalau giu saya permisi dulu ya tante, mau nyusul Naya kelapangan bola"
lantas kuberlari menuju lapangan bola yang dimaksud oleh tante Ratna

sementara itu Naya dilapangan bola..

"woy.. Siapa yang tadi nantangin tim gue? Gue sepak satu-satu!"
cetus Naya dengan gaya tomboynya

lalu ada temannya yang menghampiri
"Nay, ngapain si lo teriak2 kaya gtu?.. Yang tadi nantangin tim kita udah pergi tuh.."

"loh? Kok pergi si? Ah payah tuh mereka!"

"yang payah elo Nay..
Hampir dua jam kita nungguin lo disini, gimana si lo!"
kesal temannya

"yee.. Kok malah nyalahin gue, lo tuh gak update banget si tentang gue.. Kalau jam segituan tuh jadwal gue tidur tau"

temannya pergi tak menghiraukannya
"loh,loh.. Kalian semua mau pada kemana? Kok gue ditinggalin si?.. Yaudah deh gue juga mau balik lagi aja!"

dan aku, apesnya ketika aku tiba dilapangan, tak kulihat ada orang disana, terutama Naya
"kok sepi? Naya mana ya?.. Nay.. Nayaa!"
teriakku mencari Naya

tak pernah kumengerti dengan perempuan yang satu ini, aku bisa menangis karnanya, aku bisa tertawa karnanya, aku bisa melakukan apa saja untuknya, Naya memang berbeda.
Dasar tukang ngupil!! heran..kenapa aku bisa suka kepadanya.

"apa mungkin main bolanya sudah selesai? Kok cepet banget.. Haduh, kmu tuh buat aku gila ya Nay"
seruku

lantas aku pun kembali menghapiri rumah Naya, dan berharap semoga dia ada dirumahnya.
*
"Naya..kmu sudah pulang, Tadi Andri nyariin kmu kerumah"
celoteh tante Ratna yang melihat Naya baru saja pulang

"Andri nyariin Naya kerumah? Tumben.. Ada apa ya bu?"
tanya Naya heran

"mana ibu tahu, memangnya dilapangan tadi kmu gak ketemu sama dia?"

"loh? Kok dilapangan si bu?"
Naya pun tambah keheranan

"dia bilang tadi mau nyusulin kmu kelapangan"

"oh my god..!! Pasti Andri lagi nyariin Naya bu dilapangan"
..
"kalau gitu Naya mau nyusulin Andri dulu ya bu.."
lanjut Naya

huh..huh..huuuh..hem
napasku tak beraturan ketika telah berada didepan pagar rumah Naya kembali, dan kulihat Naya hanya mentertawakanku
"haha..haha.. Aduh Dri, sory banget ya, tadinya gue mau nyusulin lo dilapangan, gak taunya lo udah balik lagi kesini.. Hebat!"
ledeknya

"gara-gara nyariin kmu, aku sampai ngosngosan kaya gini.."

"sory sory.. Emangnya ada apa si lo tumben banget nyari gue kerumah, biasanya kan lo sms atau telphone gue dulu"

"aduh Nay.. Kmu gak mau ngasih aku minum dulu apa? Haus ni..haaah"

"eh sory sory Dri.. Gue lupa, yaudah lo masuk deh!"

Senang rasanya, baru kali ini Naya memberi minuman untukku, kemarin-kemarin dia mana mau, pengennya gratisan mulu!!

Sruuuupppp..ahh
kuminum air yang Naya berikan tadi, tak ingin membuang-buang waktu lagi aku pun langsung mengatakan maksud kedatanganku mencari Naya kerumahnya
"Nay.. Kita pergi yuk"
ajakku

"pergi kemana? Males ah.. Gue masih ada urusan ni sama temen-temen tim bola gue, gara-gara gue telat semuanya jadi pada bubar deh"
keluhnya

"Nay,, udahlah, itu tuh bukan permainan yang pantes buat cewe, yang pantes buat cewe tuh, masak, cuci baju, cuci piring atau ngepel"

"busetdaah!! Emangnya gue upik abu apa,,"

"yaudah, dari pada lo bete kya gini mendingan kita jalan yuk, kita nyari suasana baru.."

"tapi kemana?"

"ke salon!!"

"WHAT? Salon?"
seru Naya

ingin rasanya aku tertawa ketika melihat paras wajahnya yang seakan ketakutan saat ku ucap kata-kata salon, jelas saja, Naya tidak suka dengan yang namanya perawatan, karna baginya tampil apa adanya itu akan lebih baik, suka ngupil? Ah.. Naya memang aneh.

"ia salon.. Pokoknya kmu harus mau, karna kalau kmu gak mau, aku akan marah banget sma kmu Nay"
ancamku

"tapi kan lo tau sendiri kalau gue paling alergi sama alat-alat salon"

"itukan cuma alasan kmu aja Nay.. Ayolah"
dengan sedikit memaksa akhirnya Naya pun mau kuajak pergi ke salon

"rese lo.. Mau gue kasih upil nii"
kesal Naya, aku hanya bisa menatap parasnya, cantik dan unik
(tak apalah tukang ngupil, yang penting dia baik, dan aku suka,)
gumamanku sembari tertawa kecil

mungkin gak si aku menyukai Naya tetapi tidak menerima kekurangannya dengan merubah sedikit saja penampilannya? Pikirku, tapi aku kan hanya merubah penampilannya, bukan sikap dan sifatnya.

Cukup tau saja tentangku, aku menyukai Naya sedari kita selalu duduk berdua dibangku SD, Bahkan SMP dan SMA Pun kita duduk sebangku, sungguh mengasikkan dan mengesankan, belum lagi dulu aku sering dijailinya, tapi tak ada rasa risi sedikit pun, melainkan aku begitu senang.

"lo yakin mau ngajakin gue kesalon Dri?"
tanya Naya yang tengah duduk manis didalam mobil kesayanganku

"yaialah,, kita udah jalan sejauh ini masa gak jadi kesalon si.. Aku tuh udah gak sabar"
seruku yang membuat halis Naya saling beradu

"gak sabar? Maksud lo?"

"yaa pokoknya aku tuh udah gak sabar aja Nay.."

"ah..susah ya ngomong sama lo, berbelat-belit"

"udah, kmu jangan banyak nanya.. Duduk yang manis aja, ya, hehe"

dan, lagi kulihat paras wajahnya yang terlihat kesal, ini saatnya aku yang harus membuat perubahan pada diri Naya, dulu, dia pun telah merubahku menjadi pribadi yang gagah berani, dan semenjak itu pula, rasa cinta ini semakin tumbuh.
*
setibanya disalon, kulihat tangan Nanya gemetaran, lantas kupegang saja
"Nay.. Kmu tuh kenapa si? Ini tuh salon, bukan kuburan, jadi kmu gak usah khawatir"

"ia, gue tau ini bukan kuburan.. Tapi, lepasin tangan gue dong!! Malu tau dilihat orang, nanti mereka pikir kita pacaran lagi"
cetus nanya

hemm.. Aku hanya bisa menghela napas kecil dan kuturuti apa maunya, yang jelas aku sudah berhasil mengajaknya kesalon

"terus,, kita mau ngapain disini?"
tanya Naya seperti orang yang bodoh

"ya ampun Naaay.. Kmu tuh cewe apa cowo si? Cowo aja tau kalau kesalon tuh mau ngapain"

"terus mau ngapain Andri? Jangan lama-lama ah.. Sumpek!"

"oh my god!!.. Sini.. Aku tuh ngajak kmu kesini untuk merubah penampilan kmu"

"hah? Penampilan gue? Emangnya ada yang salah dengan penampilan gue, ah ogah ah!!"
serunya sembari melangkah keluar, kutarik saja tangannya dengan sedikit memaksa

"Nay Nay. .tunggu dulu dong, kmu duduk dulu disini.."
"embaaak.. Sini embak, tolong rubah penampilan teman sya ini, yang cantik ya embak"
lanjutku membiarkan Naya sendiri
"Andrii.. Lo mau kemana? Tungguin gue,,dan Jangan tinggalin gue"
pinta Naya
(Nay..tanpa harus kmu suruh pun aku pasti akan tetap disini untuk nungguin kmu, karna aku gak sabar banget pengen liat kmu lebih cantik dari hari-hari kemarin, karna sehabis ini, aku mau ngajakin kmu makan malam.. Yes, akhir!!)

satu jam kemudian..

Kulihat si tukang ngupil berubah menjadi princes, matanya, uraian rambutnya, senyumannya, wihh.. Mampu membuatku semakin terpesona dan mengaguminya,
tapi ada yang lucu, kulihat kakinya terperangkap dalam heels, haha.. Inginnya aku tertawa, but.. Itu tidak akan aku lakukan
"duh.. Sepatu apaan si ni? Ribet deh!!.. Dri.. Andri..woy"
teriak Naya yang sontak mengagetkanku dari kediamanku saat memandanginya

"ya.."
ujarku

"ikh.. Lo tuh kenapa si? Bantuin gue dong, ni sepatunya dilepas aja deh"
keluh nanya

''eits..jangan dong Nay.. Masa atasnya glamour bawahnya sendal jepit! Kan malu-maluin Nay"

"tapi kan kaki gue sakit tau.."

tanpa bicara lagi, aku meraih tangannya untuk merangkul pundakku dan menggendongnya, seperti di sinetron saja, pikirku!!
Tak kudengar Naya berceloteh, tapi yang jelas, aku..sangat.. Sayang kepadanya.

ada perasaan takut ketika aku menggendongnya, takut ditampar!!
Dulu aku pernah ditampar Naya, karna waktu itu aku hendak mencium keningnya, nasib baik belum berpihak padaku

didalam mobil, Naya tak berhenti-hentinya menatap wajahnya dari kaca spion mobil
"ini beneran gue ya?"
tanyanya

"kalau bukan km terus siapa lagi? Kenapa? Baru nyadar ya kalau km itu cantik"
rayuku

"cantik si.. Tapi kesannya malah jadi aneh tau gak! Bukan gue banget"

"udahlah Nay.. Km itu cantik! Gak ada yang aneh kok.. Aku aja sampe pangling ngeliatnya"

"masa? Jangan bilang kalau lo suka lagi sama gue?"
tanyanya..
Dan.. Ngiiiikkkk..
Secara tak sengaja kuinjak rem mobil mendadak ketika Naya mengatakan itu

"Andri!! Lo mau kita mati sia-sia apa!!"
marahinya

"sory Nay, aku gak sengaja, tdi ada kucing lewat"
ucapku berbohong

"kucing lewat? Mana?
Makanya lo hati2 dong, bikin jantung gue copot aja.. Yaudah jalan lagi"

"iya iya. .bawel"
(kenapa Naya berkata seperti itu? Apa dia gak suka kalau aku punya perasaan ini? Apa dia emang gak suka sma aku? Atau jangan-jangan Naya udah punya cowo? Ah gak mungkin)
ucapku dalam hati

"sekarang kita mau kemana lagi? Gue udah gak betah ni pake yg kaya gini.. Gatel-gatel tau"
keluhnya

"sabar dikit dong Nay, bentar lagi nyampe kok.."

"ikh.. Cepetaaaan''

aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar celotehan Naya yang semakin membuat kupingku panas
*
Sampailah ditempat dimana aku mengajak Naya untuk makan malam, laut, ombak, lilin kecil, serta alunan biola menatap sepasang insan yang tengah jatuh cinta, namun tak begitu yakin dengan si tukang ngupil itu

"ngapain lo ngajakin gue ketempat kaya gini? Ini tuh tempat buat orang-orang pacaran..pulang yuk"

"eh..Nay, please.. Sebentar aja.. Ada yang mau aku omongin sama kmu"

Naya pun duduk, dan merasa penasan
"serius banget, mau ngomong apaan si?"

"Nay.."

"Hemm.."
Naya tak menatap

"Naayy.."
ucapku mendayu

"Hemmmm..apa?"
masih tak mau menatap

"Nay, lihat aku!!
Seruku menyentak sembari meraih kedua tangannya, Naya hanya keheranan dan terdiam menatapku

"Nay.. Apa km akan tetap menunggu jodoh yang diberikan oleh tuhan? Seandainya jodohmu itu adalah aku gimana?"
sudah kupastikan, Naya pasti akan mentertawakanku
(0h my god!! Kenapa Andri bicara seperti itu ya, gue harus tetap jaim)
gumaman Naya dalam hati

"Nay.. Kok km diem si?"

"hemm.. Km tuh ngomong apa si Dri, to the point aja!"
(mau nembak aja lama banget.. Dasar cupu, buruan dong tembak gue! Udah gak sabar pengen dipanggil cinta,)
Naya pun kembali bergumam

"oke, aku to the point aja sma kmu Nay..
Aku suka sm kmu dan aku mau kmu jadi pcar aku dan aku mau kmu terima cinta aku"
celotehku sembari menutup mata, kurasakan ada kecupan hangat yang menempel pada keningku, nyamuk ni..? Ah.. Masa si, pikirku.
Lantas kubuka mata dan kulihat Naya tersenyum simpul menatapku

"jadi?"
tanyaku

"jadi? Yaaa jadian!!"

"jadi kmu terima cinta aku dan kita sekarang jadian?"

"he'emm.."
serunya simpul

"wohuuuh.. Akhirnya, makasih banget ya Nay, kmu udah wujudkan salah satu harapan terbesar aku, aku boleh cium tangan kmu kan?"
tanyaku polos

"tentulah.. Pertanyaan Lo tuh ada-ada aja"

"sory.. Masalahnya aku takut kmu tampar seperti waktu dulu"

"haha.. Gaklah,, eits.. Tapi jangan asal cium dulu dong, lo harus panggil gue cinta, awas kalau panggil gue si tukang ngupil lagi"

"iya cintaaa..
Emmuaaachhhhh, aku sayang banget sama kmu.."

"sama..haha"

"ternyata kmu juga suka sama aku"

"udah deh gak usah dibahas.. Aku laper ni, makan yuk"

"yuk"
(ya tuhan.. Terimakasih)
celotehku dalam hati,
ternyata apa yang sudah aku lakuin selama ini tidak sia-sia, makan makanan pedas, rajin ngingetin dia buat mandi pagi, itu semua aku lakukan untuk membuatnya dapat merasakan apa yang aku rasakan, memperhatikannya suatu hal yang sangat menyenangkan

bilamana takdirku sejalan dengan takdirnya, maka persatukanlah kami.. Selalu, untuk selamanya.

The and

Nia kurnia sari
Bogor/30/04/2013

CERPEN: My Dreams Angel

~My Dreams Angel~


Magic, ketika aku mulai terhipnotis oleh setiap apa yang tengah ia lakukan, daun-daun kering yang berjatuhan pun seraya mengikuti angin dari langkahnya yang menjingkrak, ke atas, ke bawah, melodi indah pun mulai kudengar dari bibir tipis mungilnya, ya tuhan, milik siapakah insan yang sungguh luar biasa cantik ini? Pikirku sembari tak henti mengikutinya dari belakang

Langkahnya terhenti disebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran, sampai-sampai aku tak bisa membedakan mana bunga dan mana wanita cantik itu, karna ciptaan tuhan yang kulihat itu sungguh sangat indah. Masih dalam persembunyianku dibalik bayang-bayang cinta yang tumbuh dihatiku, selama aku mengikutinya serasa waktu pun terus berjalan, namun yang membuatku heran, dimana rumahnya dan siapa namanya? Entahlah, yang kutahu wanita cantik itu melanjutkan langkah kakinya, dan aku pun kembali bertanya-bertanya, seberapa lama lagi kah aku akan terus diajaknya melangkah? Apa dia tidak punya rumah? Atau kah dia seorang petualang wanita? Ah.. Tidak, tidak.. Langkahku terhenti, lalu terdiam sembari benar-benar memperhatikan wanita cantik itu yang juga berhenti ditepian sungai yang berbintang

"sebenarnya sekarang aku lagi dimana si?
Ada taman dipenuhi dengan bunga-bunga, lalu sekarang ada sungai yang berbintang? Aneh banget!! Kira-kira wanita cantik itu sedang apa ya disitu?"
celotehku

lalu aku mencoba mendekatkan diriku lagi kearah wanita itu

"HAH?? Ke..ke..kenapa dia memakan bintang-bintang yang ada disungai itu?"
aku terkejut melihat wanita cantik itu menelan satu persatu bintang yang ada didalam sungai itu, karna penasaran ini sudah terlalu memuncak, lantas aku pun bergegas menghampiri wanita itu

"kenapa kau memakan bintang-bintang itu?"
seruku, namun tak dijawabnya
"hey! Kenapa kau diam saja? Oiya, aku Petra.. Siapa namamu?"
tanyaku, namun tetap tak ada jawaban, lalu kuperhatikannya memakan bintang-bintang itu, ternyata dia tidak memakan bintang-bintang itu, dia hanya menempelkan bintang itu ke bibirnya dan cahayanya pun terserap habis kedalam tubuhnya, aneh sekali, pikirku, karna wanita itu tak mau menjawab, lalu aku mengikuti apa yang dia lakukan itu, kuambil satu bintang lalu kutempelkan ke bibirku, sedikit takut, tapi aku tak ingin kalah oleh rasa penasaranku

Cling. .clin. .cling. .
Terdengar suara gemerincling dari bintang itu saat kutempelkan ke bibirku, wanita cantik itu memandangku tanpa kusentuh atau pun kutanya lagi, lalu dia menarik tanganku terbang keatas awan, dan yang membuatku takjub, bintang-bintang yang ada disungai itu pun berterbangan kelangit, seperti merenkarnasi dari keterpurukan
*
bintang-bintang membentuk sebuah mahkota raja dan mengelilingi kepalaku, aku seperti seorang raja diatas langit, mana wanita cantik itu? Gumamku sembari bertanya-tanya
"aku ada disini.. Dibelakangmu"
suara seorang wanita bergumam dibelakangku

lantas kuarahkan pandanganku kebelakang, yang kulihat adalah seorang malaikat cantik yang memiliki sayap yang indah
"kau. . Kau kan?"
ucapku terbata-bata

"ia, ini aku.. Terimakasih atas semuanya, karna kau, semua ciptaan tuhan yang seharusnya ada dilangit telah kau kembalikan kelangit, kini, tak ada lagi keukecohan, atau pun ketidak biasaan, semua telah kau buat baik-baik saja, terimakasih raja Petra, aku malaikat mimpi sungguh sangat berterimakasih, sebagai tanda balas budi, sudikah kau meminum minuman ini dariku?"
ucapnya lembut

"air apa ini?"
tanyaku

"ini adalah air memori mimpi.. Silahkan diminum"
suruhnya

gleuk. .gleuk. .gleuk. .
Kuminum air itu sampai habis

"Petraaaaaa.."
ada suara seseorang memanggilku, seperti suara ibu, sedang apa ibu disini? Pikirku, lantas aku tak menghiraukan suara itu datangnya dari mana, sebab tidak mungkin pula ibu ada di atas awan seperti ini, tak lama suara memanggilku kembali ku dengar lagi

"Petraaa,,,, Banguunn!!!"

GUBRAK!!
Aku terjatuh, dan rasanya sangat sakit, dan benar saja ternyata itu dadalah suara ibuku

"hah?? Cuma mimpi?.. Hoaammmmm.."
lunglaiku dibawah kasur dan bantal yang membawaku kedalam mimpi. Kejadian tadi malam itu takkan pernah aku lupakan, aku bertemu dengan seorang wanita cantik, aku dijadikannya seorang Raja, Raja Petra, bagiku wanita cantik yang ada didalam mimpiku semalam tadi adalah seorang malaikat cantik.



Nia kurnia sari
Bogor/24/05/2013

CERPEN: One My Love


 
~One My Love~


Remang-remang malam membius ragaku tuk segera terlunglai, karna pagi yang kan menjemput telah menggenggam janjiku, tak sabar ingin kupeluk, serta ingin kukecup, kan kulewati malam ini bersama mimpi

aku akan pulang, temui sang terkasih yang mungkin kini telah membuatkan kejutan untukku, sesampainya tubuhku mendarat dalam pangkuannya tak akan aku pergi lagi

aku seorang petualang sejati, telah disumpah tuk lebih mementingkan insan yang lain, tapi aku tetap berjanji pada cinta, cinta ini akan tetap kujaga.
Bersama senyuman, bersama kerinduan, bersama angan-angan yang kuciptakan tanpa dia, kini semakin merekah dan mulai tumpah dibatas ruang rindu dalam hati

tangan-tangan pun melambai, iringi kepergianku, sayap besar putih beroda pun mulai terbang, berkaca-kacaku dibalik kaca, dan kulampaikan tanganku jua tuk membalas rasa keperdulian mereka, bagaimana mungkin aku takkan sedih, mereka menganggapku seorang pahlawan, sementara dalam hatiku berkata" aku pun bukan siapa-siapa tanpa dia....cintaku"

sehari semalam kupandangi awan-awan, kujelajahi negri pelangi bersama harapan, getaran sayap berroda mulai menghempaskan tubuhnya hingga kelantai bumi, air mata kebahagiaan menetes ketika kulangkahkan kaki menuju ruang pandang yang tak lagi terjaga oleh gumpalan awan serta nakalnya burung-burung yang berterbangan

"sayang.. Aku pulang!!"
celotehku sembari menenteng tas besar perlengkapanku selama bertugas disalah satu kampung yang terletak jauh dari kota

menjingkrak kakiku saat kedua mataku memandang ada sang terkasih datang untuk menjemputku, suara ramai seakan bagaikan nada yang menyambut kedatanganku tuk memeluknya, David, suamiku

"selamat datang kembali Dokter Kamila yang cantik!"
seru suara suamiku yang begitu sangat kurindukan
"aku kangen banget sama kamu sayang.."
ucapku dan memeluknya
"kau tak berubah ya, tetap cantik dan manis, aku juga sangat merindukanmu"
goda David, aku hanya bisa tersenyum kecil, malu-malu ketika digodainya masih saja tersimpan, serasa masih saat pacaran

dia raih tanganku, dia kecup keningku, tak lupa dia juga mengatakan ' I love You' , betapa bahagianya aku memiliki pangeran seperti dia, tak pernah jenuh menungguku tuk kembali menemaninya

jemariku yang tadinya dingin menjadi hangat, karna dia merapatkan jemarinya disela-sela tanganku, dia menggandengku, dan kubayangkan dunia hanya milik berdua

I hope you be one my love, forever....

_selesai_

Nia kurnia sari
Bogor/22/05/2013

CERPEN: Teka-Teki Cinta

~Teka-Teki Cinta~


tumpahnya cahaya mentari, hangati rasa yang lembab dihati, tak pernah terjadi bahkan kualami kisah yang sesingkat ini. Waktu terasa menjepitku, dan hari-hari pun begitu cepat berlalu, angin halangi setiap kata rindu yang mestinya terucap dari bibirku yang nampak kedinginan

Rasaku berlalu diterkam waktu yang tak dapat mengiba, seuntai harapan yang menggantung kini tlah jatuh kebumi. Bagaimana ku tak sedih, Cinta dalam hati pergi, tak sempat ku rangkai kata-kata yang bisa mengutaran perasaan. Mungkin benar aku hanya seorang pengagum kecil, dipandang sebelah mata tanpa sedikit ku diberi ruang tuk bicara tentang cinta

"aku mati rasa semenjak kehilangannya, mengapa dia pergi tanpa mau menolehku dibelakangnya?"
ucapku menangis dihadapan gambarnya
"kau harus ingat Nadya, apalah artinya kehadiranmu baginya? Kau tak lain hanya seorang pengagum kecil, lupakan semua tentangnya, kini dia telah bahagia, walau bukan denganmu, tapi itu sudah jadi pilihannya, sadar dirilah, kau bukan siapa-siapa!!"
Harri menegaskanku akan Rafa bukanlah milikku
(Nadya, apakah kau masih belum bisa menebak hatiku? Betapa tak merelanya air matamu terjatuh demi cinta yang lain selain cintaku)
celoteh Harri dalam hatinya sembari memelukku
"aku takut tak bisa menemukan cinta lagi, aku rindu dicintai, aku rindu dikasihi"
keluhku lagi
"berhentilah menangis Nad, bodohnya kau yang belum bisa menebak teka-teki Cinta atas apa yang kuungkapkan padamu setahun yang lalu"
jelas Harri, matanya menatap tajam mataku, didalamnya terlihat ada secuil harapan namun bermakna besar, aku sedikit terdiam dan mengingat-ingat teka-teki Cinta yang dimaksud oleh Harri
"teka-teki Cinta??"
ucapku membalas tatapan Harri
(Harri, aku tidak pernah lupa akan teka-teki Cinta itu, aku pun tak sebodoh yang kau pikir, setelah kutahu jawabannya, entah mengapa ada perasaan takut, aku takut salah)
gumamku dalam hati lalu merundukan kepala

"ya, teka-teki Cinta, apa kau sudah lupa? Kumohon, lupain Rafa dan cobalah untuk mencari tahu jawaban dari teka-teki Cintaku Nad!!"

"Harri, aku gak ada maksud untuk menunggu jawaban teka-teki itu dariku, aku sudah tahu jawabannya!"

"Benarkah? Lalu, apa jawaban keduamu atas jawaban teka-teki itu?"
tanya Harri yang langsung membuatku bingung
"jawaban yang kedua?"

"ya, jawaban keduanya apa?"
tanya Harri lagi
(hem.. Jawaban yang kedua?.. Teka-teki itu bertuliskan, Delapan huruf, tiga kata, satu arti, yang berarti I love you!! Lalu, jawaban kedua yang dimaksud oleh Harri itu apa ya?)
pikirku bertanya-tanya
"Nad.. Nadya!! Jawaban keduanya apa?"
seru Harri dan menggenggam tanganku
"e... Sebentar ya, aku masih berpikir!!"

"Nad, jangan bilang kamu gak tau jawabannya!! Lalu seberapa lama lagi aku harus menunggu jawaban itu?"
Harri melepaskan genggaman tangannya lalu berdiri membelakangiku
(ternyata kau masih bodoh Nad, kau hanya bertumpu pada jawaban yang kau cari tanpa mau mengerti, entah aku harus kecewa atau tidak) pikir Harri

"Maaf Har.. Aku memang belum tau jawabannya, apakah jawaban itu sangat berarti untukmu?"
tanyaku, sempat kulihat air mata terjatuh ditepian pipi seorang Harri, aku tak tahu apakah aku bersalah atau tidak, yang ku tahu, aku belum bisa memberikan jawaban yang kedua itu, entah karna apa? Bodoh kah? Atau memang aku tak pernah mau mencari tahu jawaban itu, ah.. Teka-teki itu membuatku terlihat bodoh dihadapan Harri

"Harri.. Maafin aku ya?"
ucapku sembari menyentuh pundaknya, tapi Harri tak jua mau menoleh memandangku, tiba-tiba raganya menjauh lalu meninggalkanku dengan menyimpan sejuta tanya dibenakku

air mataku kembali menetes, aku bimbang, entah apa yang telah kulakukan tadi sehingga membuat Harri lenyap dari pandanganku, Teka-teka Cinta itu akan menjadi perkara yang tak mudah kupecahkan, sementara hatiku tetap memilih tuk menyimpan rasa yang belum pernah terungkapkan. Egoiskah? Aku tak tahu.

_selesai_
Nia kurnia sari
Bogor/31/05/2013

CERPEN: Hujan Menjadi Saksi

~Hujan Menjadi Saksi~


Malam ini hujan begitu sangat deras, aku sedikit menyesal karna tidak memakai mantel hangat pemberian suamiku dulu, dulu? Lalu sekarang? Kemana suamiku? Pergi kemana dia?, ah.. Aku masih saja mempertanyakan hal itu, padahal statusku ini sekarang sudah menjanda, seringkali kututupi kesedihanku dengan berjalan-jalan diatas jembatan yang letaknya tak jauh dari peristirahatan terakhir suamiku, Vito. Diumurku yang masih muda, 22 tahun, aku harus menerima takdir sepahit ini, aku menjanda tanpa dikaruniai seorang anak dari tuhan, kini aku sendiri, benar-benar sendiri

dibawa pohon besar aku bersembunyi dari serbuan jarum-jarum langit, tak tahan rasanya tubuhku diterjang angin malam, dingin, sangat dingin. Dari kejauhan kulihat ada cahaya yang menyilaukan mataku, tiba-tiba saja cahaya itu padam setelah kudengar suara mesin sepeda motor berhenti tepat dihadapanku, seorang laki-laki tampan turun dari sepeda motor itu dan segera meneduh dibawah pohon yang sama, aku sedikit takut ketika laki-laki itu menatapku

"maaf embak, saya cuma mau meneduh aja kok disini, gak lebih dari itu"
serunya
"0h.. I i iya.. Silahkan, saya juga sedang menunggu reda hujan disini"
ucapku sembari mengelus-ngelus tangan karna kedinginan
"embak kedinginan? Kalau mau embak pake jaket saya saja, ini embak"
ujarnya sambil menyodorkan jaket, kelihatannya memang hangat, tapi aku masih belum yakin kalau dia benar-benar orang yang baik, aku pun menggeleng-gelengkan kepalaku
"loh? Kenapa embak? Embak takut saya akan berbuat macem2 sama embak ya?"

"bu. .bukan, bukan seperti itu kok, saya hanya tidak mau merepot kan anda"

"gak apa-apa kok embak, saya kan laki-laki, jadi gak mungkin saya membiarkan seorang wanita kedinginan seperti ini"
serunya, tak sadar aku menatap matanya dengan penuh rasa kagum
(ya tuhan, apakah mas Vito akan marah jika aku membiarkan laki-laki ini memakaikan jaket dipundakku? Aku gak mau membuat mas Vito cemburu dialam sana)
pikirku, dan lagi-lagi aku berpikiran yang konyol tentang almarhum suamiku

dan ketika laki-laki itu memakaikan jaketnya dipundakku, tak sadar aku mendorong tubuhnya dan terjatuh, beberapa detik kemudian aku kembali tersadar dan meminta maaf
"aduh.. Maaf maaf, maafkan saya, saya tidak sengaja, anda baik-baik saja kan?"
seruku, sementara laki-laki itu terlihat kebingungan dengan sikapku tadi
(ini cewe aneh banget si, sepertinya dia sedikit gila!! Sebaiknya aku harus cepat-cepat pergi dari sini) pikirnya, lalu dengan cepat dia menyalahkan sepeda motornya dan pergi meninggalkanku
"loh, hey. .anda mau kemana? Hujannya masih deras"
ucapku, tapi tak dihiraukannya, laki-laki itu pergi tanpa jaketnya
"kenapa dengan laki-laki itu? Aneh!!"
celotehku. Hujan masih sangat deras, sampai akhirnya tetesan air hujan yang bertumpu didedaunan pun mulai tumpah menepi dipipiku
"ya tuhan, sampai kapan aku akan berdiri dibawah pohon ini? Aku udah gak kuat.."
keluhku yang disaksikan oleh hujan serta pohon yang menjadi persinggahanku malam ini, teringat akan kejadian yang sering menimpaku jikala aku terlalu lama kedinginan, aku bisa saja pingsan, atau pun mati, itu kada dokter, tapi aku tak percaya, sebab aku masih memiliki semangat hidup untuk menjadi wanita yang kuat

tiga jam kemudian, aku tak tahu apakah aku masih membuka mata atau tidak, sebab untuk mengedipkan mata saja aku sudah tak mampu, apakah aku sudah mati? Atau kah aku sedang bermimpi? Lalu hujan deras itu... Entahlah!! Aku seakan-akan melayang dalam keadaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya

dan, sedikit demi sedikit mataku mulai bisa kubuka, namun yang pertama kali kulihat adalah wajah suamiku yang telah tiada, Vito ada dihadapanku, tanpa ragu dia mengulurkan tangannya dan membantuku untuk terbangun dari pembaringanku yang tak pernah kutahu, kulihat disekelilingku berdindingkan awan, dan cahaya-cahaya bintang pun menghiasi sudut pandang mataku
"mas.. Kita ada dimana?"
tanyaku
"tanyakanlah pada hatimu Tasya sayang, kau akan lebih tahu dari apa yang akan kamu rasakan sekarang"

"aku.. Aku sekarang merasa hangat, tenang dan damai.. Apalagi ada kamu mas, aku senang banget bisa ketemu sama kamu lagi"
manjaku dan memeluk mas Vito
"sayang, ada yang mau aku tunjukan kepadamu, ayo ikut denganku"
ajaknya, aku mengikuti ajakan mas Vito. Mataku terbelalak ketika melihat banyaknya keranda yang berlalu lalang dihadapanku yang diatasnya tertulis nama-nama dari keranda-keranda itu, Aku semakin terkejut ketika ada salah satu keranda yang bertuliskan namaku "NATASYA SABILLA MEGA", lantas aku pun menangis dan menghampiri keranda itu
"ya tuhan,, ternyata aku sudah mati, aku sudah kembali kepadamu, hik hik"

setelah itu mas Vito kembali meraih tanganku dan pergi menghilang entah kemana, kini aku tak sendiri lagi, ada mas Vito yang akan selalu disampingku dikehidupan yang abadi.

_selesai_
Nia kurnia sari
Bogor/01/06/2013

Sabtu, 21 September 2013

PUISI II

~WAHAI LELAKI~

Bilamana aku tak mudah mencairkan kesedihanmu yang beku
Maka mudahkanlah aku tuk meluluhkan hatimu yang terbelenggu

Ini bukan gombalan
Karna aku pun bukan sedang merayumu
Hatiku mantap menginginkan senyuman itu
Yang tumbuh dari dasar lidahmu yang kaku

Dariku wahai lelaki
Tak ada cinta
Namun ada rasa
Tak ada sayang
Namun ada rindu.

Apakah kau juga begitu?
Ah.. Aku bermimpi.


Bogor/10/09/2013
============================================================
~KECEMASAN~
Ada kecemasan ketika kutatap lirikan matamu

Entah mengapa aku pun begitu bimbang

Apakah kau juga seperti itu?

Aku ingin berlari dari kenyataan

Tetapi takdir sepertinya memborgol nasibku

Membuat kita jauh layaknya minyak tak bisa menyatu dengan air

Mungkin kah kau disana memikirkanku?

Atau sekedar bertanya kepada mereka akan diriku?

Entahlah..

Aku mulai mencemaskanmu.


Bogor/06/09/2013
==============================================================
~MENARUH RASA~

Tentangmu yang penuh cerita
Berdua kita mulai beradu pandang
Meski sedikit tak tertebak, tetapi hatiku mampu merasa
Dan apakah kau menaruh rasa yang sama?

Hening dan sepi telah kuresapi
Bilamana tak kujumpai paras wajahmu yang indah
Hatiku bertanya-tanya tentang itu
Apakah ada yang tak wajar?

Aku jatuh cinta..
Aku menaruh rasa..
Aku mulai tak tenang..
Serasa kau janjikan hasrat yang berbeda dan mengundang lena

Temui aku kekasih, saat senja tak lagi berwarna emas
Kan kutunggu, aku kan setia berada di sana.


03/09/2013
============================================================
~HUJAN~

Langit masih menangis
Menciptakan danau-danau kecil berhamburan di bumi
Membuatku harus terjebak dibalik kaca yang mengembun
Lalu ku amati tiap tetes hujan yang berantai.

kilat menyambar menyilaukan mataku
Memisahkan telapak tangan ini dari peraduannya
Aura hangat jemariku melukiskan bayangan yang kaku
Inginnya ku berdiri lagi di sana
Kembali untuk menyaksikan hujan.

Hatiku resah
Hujan tak jua mau mengiba
Sementara waktu tak dapat ku tawar
Tiap detiknya selalu ku hitung
Bahkan jantungku pun mengejar tiap menitnya yang berlari.

Oh hujan..
Apa yang terjadi kepadamu?
Mana bias cahaya senja yang selalu ku rindu?


Bogor/07/08/2013
==========================================================
~HARAPAN YANG BUTA~
Gambarlah apa yang tengah kau lihat
Lalu jelaskan apa yang akan kutanya
Sementara anganmu masih berputar
kan ku siapkan warna hidup yang kau butuhkan

Meski kau terpejam, aku takkan pergi
Sekali pun kau harus mati, aku tetap di sini
Kakiku menjadi tongkatmu, dan mataku menjadi jalanmu

Terengguh di saat aku mendengar semua yang kau harapkan;
ingin mati bersamaku, mencari jalan surga bersama-sama, dan mencari pelangi sebagai jembatannya..

Kau berjalan tanpa ingin ku papah
Kau melihat tanpa ingin ku tahu
Kau merasa tanpa ingin ku merasakan
Entah!
Pikiranmu melayang

Saat kau merasa sakit karna terjatuh, kau sebut namaku dari dalam hatimu
Aku diam tanpa tahu kau ingin aku merangkulmu, tetapi munafik itu terlalu membunuhmu

Jangan kau kira ku kan menyesal..


Bogor/06/08/2013
==========================================================