Rabu, 27 Agustus 2014

Cerpen: ~Mr KESAYANGAN~



Mr KESAYANGAN
Oleh : Niaw Shinran

Present ...

Dari semua hal yang sering banyak orang lakukan, begitupun denganku, tak ada yang membuatku merasa nyaman ketika melakukan hal itu selain bermusik dan bernyanyi, ya, aku senang melakukannya.

**

Kulihat tak banyak orang yang ikut bergabung untuk mengikuti les bernyanyi seperti biasanya, Marcel si anak bule dan juga kedua temannya pun tak hadir hari ini. Mr Juna, begitulah aku memanggilnya, dia adalah guru pembimbing les bernyanyi, dia adalah guru sekaligus kekasihku. Setiap hari dia bernyanyi untukku, menuliskan bait demi bait lirik lagu romantis untukku. Romantis bukan? Ya, karena itulah kenapa aku bisa jatuh hati padanya.

Mr Juna menghampiriku, sontak semua mata tertuju padaku, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya, lalu tiba-tiba saja dia mengulurkan tangannya dan memintaku untuk bernyanyi bersamanya di depan teman-teman, lantas suara sorakan pun menggema ditelingaku. Rona merah diwajah ini membuatnya mengejekku dan dia pun berbisik mesra, ''Kamu lucu'' ujarnya dan tersenyum.
''Disini, kau dan aku, terbiasa bersama, menjalani kasih sayang, bahagia, kudenganmu ....'' Dia mulai bernyanyi, menyanyikan lagu yang berjudul Heart, dengan sedikit gugup aku pun ambil suara

''Pernahkah, kau menguntai, hari paling indah, kuukir nama kita berdua, disini, surga kita ... '' sama-sama kita pun saling menatap

''Bila kita mencintai yang lain, mungkinkah hati ini akan tegar, sebisa mungkin, tak akan pernah sayangku akan hilang ... If you love somebody Could we be this strong, I will fight to win Our love will conquer al, lWouldn't risk my love, Even just one night, Our love will stay in my heart''

''My heart ...'' diapun mengakhirinya.

Teman-teman bertepuk tangan, bahkan ada yang bilang kalau kami adalah pasangan yang sangat romantis, ya, mereka sudah tau hubungan kami.

''Kapan kalian akan menikah?'' tanya salah satu teman perempuanku, Mary.

''Ya, kami sudah tidak sabar untuk menjadi saksi dipernikahan kalian nanti'' lanjut oleh Lucky.

Aku dan Mr Juna hanya tersenyum, aku kembali ketempat dudukku, masih kurasakan getaran-getaran betapa gugupnya aku di depan teman-teman tadi sambil bernyanyi, karena itu adalah hal pertama kalinya yang kulakukan.

''Apa yang kalian saksikan barusan adalah sebagai pembukaan pembelajaran kita hari ini, biar saya semangat, kalian semangat, dan yang pasti seseorang yang saya cintaipun juga bersemangat'' celotehnya dan melirikku.

Semangat yang diberikan olehnya untukku sudah pasti menjadi sebuah perhatian yang sangat luar biasa sekali bagiku, satu tahun lamanya kita menjalin hubungan ini tak ada hal sekecil apapun yang kami biarkan bisa merusak hubungan kami.

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, seperti biasanya aku tak langsung begitu saja pulang, aku menunggunya di depan pintu seraya dia merapihkan perlengkapan mengajar ke dalam ranselnya yang lumayan besar berwarna hitam itu. Baru saja kami akan pergi ke pasar malam sore ini tiba-tiba hujan turun dan kamipun memutuskan untuk menunggu hujan reda di dalam kelas, ada sedikit kekecewaan di dalam hatiku, aku menghela napas kecil dan menyandarkan kepala ke pundaknya. Dia mengelus rambutku, menggenggam tanganku sembari menatap hujan yang terlihat dari jendela
''Kamu pasti kecewa, iyakan?'' tanyanya seolah-olah bisa membaca pikiranku, aku hanya mengiyakan ucapannya
''Maaf ya, aku gak pernah minta hujan sama Tuhan untuk membatalkan rencana kita pergi ke pasar malam sore ini'' lanjutnya

''Kenapa kamu bicara seperti gitu?'' tanyaku

''Lantas? siapa yang harus aku salahkan tas kekecawaanmu?'' tanyanya lagi seakan-akan dia menyalahkan Tuhan

''Sssst ... Kamu gak boleh bicara seperti itu, aku memang kecewa, tapi sudah terobati kok'' ujarku tersenyum dan mencoba untuk tidak membuatnya memikirkan kekecewaanku

''Sudah terobati karena apa?'' tanyanya lagi

''Karena Tuhan menurunkan hujan untuk membuat kita bisa duduk berdua seperti ini, aku seneng kok, dan aku udah gak kecewa lagi'' seruku sembari memeluknya dan diapun membalas pelukakanku.

Setelah hampir satu jam lamanya kami menunggu hujan reda, kami pun bergegas keluar dan mencari kendaraan umum untuk segera menuju ke pasar malam. Ditengah perjalanan aku tertidur, kurasakan belaian mesra darinya yang membuatku semakin tertidur pulas. jarak tempuh menuju pasar malam adalah tiga kilo meter, kami pun tiba di pasar malam, baru saja kami turun dari angkutan umun terdengar suara nada dering handphone yang ternyata itu adalah suara dari handphonenya, lantas segera diangkatnya di hadapanku
''Iya, Mah, kenapa? ... kenapa gak suruh anaknya aja sih yang jemput? ini aku lagi sama Renata mau ke pasar malam, yaudah iya aku usahain'' setelah menutup telphone dari mamahnya, dia menatapku sedih, aku keheranan dengan mimik wajahnya itu yang tiba-tiba saja terlihat sedih
''Kamu kenapa?'' tanyaku

''Maafin aku ya, sayang, aku gak mau buat kamu kecewa lagi, tapi ... '' ucapannya terhenti

''Tapi kenapa?'' tanyaku lagi mulai merasakan ada yang tidak beres

''Tadi mamah nelphone, mamah minta aku untuk jemput tetangga aku di mall sekarang juga'' jelasnya

''Apa? Emangnya gak ada orang lain? Itukan cuma tetangga kamu'' seruku mulai kecewa

''Iya aku tau, tapi mamahku itu orangnya gak tegaan dan perduli banget sama hal-hal sekecil dan sepele apapun, dan aku gak mau ngebantah'' celotehnya membuatku muak

''Mamah, mamah, mamah!!! Lagi-lagi karena mamah, kita sering kaya gini tuh karena mamah kamu, kenapa sih kamu gak bisa sekali aja gak nurutin apa kemauan mamah kamu yang sepele itu?'' tanyaku

''Sekali lagi aku minta maaf banget sama kamu, kumohon maklumi sifat mamahku dan maklumi juga sikap aku terhadap mamahku, ya'' pintanya. Aku memejamkan mata dan menghela napas untuk meredam emosiku, tanpa berpikir panjang untuk mengatakan apapaun lagi, lantas aku memintanya untuk segera pulang
''Sanah, kamu pulang aja, aku gak apa-apa kok'' ujarku menahan air mata

''Te-terus kamu?'' tanyanya tebata-bata

''Aku udah bilang barusan kalau aku gak apa-apa, kalau kamu tetap mau nurut sama mamah kamu yaa sanah, aku juga mau pulang aja'' celotehku lalu berjalan ke depan tanpa melihatnya, aku sangat sedih, karena dia hanya melihat kepergianku tanpa mencoba untuk melarangku, lima menit aku berjalan tanpa menoleh kebelakang, ketika kucoba untuk menoleh ternyata dia sudah tidak ada dan benar-benar meninggalkanku, sepertinya hal sepele yang terlalu sering kami hadapi ini membuatku mulai jenuh dan tidak bisa menahan kekecewaan seperti biasanya, lalu aku pun pulang dengan hati yang sedih.

Malam ini aku memutuskan untuk tidak masuk les besok, entah mengapa aku masih tidak bisa terima oleh pengabaian Juna. Kulihat layar handphone tak ada sms ataupun telphone darinya, aku berpikir apakah dia sama sekali tak mengkhawatirkanku? Atau dia tidak merasakan disini ada kekasihnya yang sedang bersedih? Kuambil gitar pemberian darinya, kupeluk, kucium, biarpun sudah kecewa tapi rasa rindu tak bisa terpungkiri, inilah cinta
''Aku mulai tak suka, ketika kau mulai acuhkan diriku, apakah kau sudah tak menganggap diriku sebagai kekasihmu, seringkali kau acuhkanku saat bersama teman-temanmu, pilih aku atau teman-tamanmu, dan kukan pergi tinggalkanmu'' kunyanyikan lagu yang berhudul Aku atau temanmu, lumayan pas utuk menggambarkan suasana hatiku sekarang ini.

Pagi menjelang siang, kudapatkan lima sms dan sepuluh panggilan tak terjawab dari Juna, ternyata aku salah menilainya semalam, dia pasti sangat mengkhawatirkanku, lantas kubaca sms darinya

Mr KESAYANGAN : (sms pertama) ''Sayang, aku mau kita bicara walaupun hanya lewat telphone, angkat sebentar ya''
Mr KESAYANGAN : (sms kedua) ''Pliss, angkat sebentar, aku khawatir sama kamu''
Mr KESAYANGAN : (sms ketiga) ''Aku tau kamu marah banget sama aku, pliss maafin aku''
Mr KESAYANGAN : (sms keempat) ''Sayang, maafin aku, kalau bisa aku mau banget nemuin kamu malam ini juga, tapi aku gak bisa, kamu mau tau kenapa?''
Mr KESAYANGAN : (sms terakhir) ''Kurasa kamu harus tau walaupun kamu gak mau tau, aku kecelakaan, aku sudah ke rumah sakit dan mendapat pertolongan pertama dari dokter, sekarang aku ada di rumah, I miss you''

''Apah!!!'' sontak aku terkejut membaca isi sms terakhir dari Juna, bergegas aku segera pergi ke rumahnya tanpa memikirkan aku harus pakai baju apa, sepatu dan tas apa, kekecewaanku kemarin sore kini menjadi penyesalan yang sangat besar.

Di perjalanan aku terus menerus memikirkan Juna, kekasihku. Aku takut kenyataan yang kuterima akan lebih menyedihkan lagi dengan apa yang aku bayangkan. Setibanya aku di rumah Juna, kutemui mamahnya dan meminta ijin untuk menemui Juna
''Tante, Juna kenapa? Dimana dia?'' tanyaku cemas

''Tenang Renata, Juna ada kok di kamarnya, dia lagi istirahat, kamu mau nemuin dia?''

''Iya tante, aku khawatir banget sama dia''

''Yasudah, cepat temui Juna di atas, sebelumnya tante minta maaf ya sama kamu atas sifat tante itu''

''Maksud tante?''

''Juna sudah cerita semuanya kok. Gih buruan sana temui Juna di kamarnya, Juna pasti senang kamu ada di sampingnya''

''Iya tante, makasih ya'' segera aku menuju kamar Juna.

Kulihat kekasihku sedang berbaring di atas kasur, kaki kanannya diperban begitu sangat tebal, tak terasa air mataku menetes, kuterduduk di sampingnya, membelai rambutnya
''Juna, aku khawatir banget sama kamu, maafin aku, kebiasaan burukku itu membuatku gak bisa ngelakuin apa-apa, aku selalu saja ketiduran dan baru tau kabar kamu sekarang, hikss!'' ujuarku menangisi ketidakberdayaan Juna

''Seharusnya aku yang minta maaf sama kamu, aku gak mau murid kesayangan aku nangisin aku kaya gini, aku minta maaf sama kamu soal yang kemarin ya'' celoteh Juna yang sedari tadi sudah menyadari kedatanganku

''Dan aku juga gak mau Mr Kesayangan aku sakit kaya gini, aku gak mau kamu kenapa-napa, aku sayang sama kamu, dan aku udah maafin kamu kok'' jelasku. Juna mendekatkan tubuhku ketubuhnya dan kitapun berpelukan.

Aku merasakan adanya kedekatan yang lebih selain hanya sekedar pacaran, aku butuh Juna, aku butuh dia selalu ada di sampingku, aku butuh dia selalu ada untuk menghapus air mataku, aku butuh Juna untuk menghalalkan cinta ini, maka dari itu akan kuminta dia untuk segera menikahiku.

Cinta laksana air sungai yang tak selalu jernih, adakalanya air keruh memudarkan bayangan kuncup bunga yang akan tumbuh, namun sifatnya mata air yang tak pernah berhenti mengalir akan membuat jalannya ia mengalir dan mendapatkan tempanya kembali untuk menjernihkan bayangan bunga yang sudah bermekaran.

Selesai

Bogor, 25 Agustus 2014

Kamis, 07 Agustus 2014

Cerpen:-SEINDAH PANTAI CINTA-


-SEINDAH PANTAI CINTA-
Oleh: Niaw Shinran

Present ...

''... Kenapa? Mungkin kamu akan bertanya-tanya mengapa aku lebih memilih untuk menulis surat ini dari pada harus bicara langsung sama kamu, hingga saatnya kamu telah menemukan amplop warna biru yang bertuliskan rumitnya masalah hati yang sedang kualami ini, mungkin pada saat itulah aku tengah berada di atas jembatan yang entah aku akan berjalan ke arah kanan yang berarti 'ya' atau kiri yang berarti 'tidak', dan itu tergantung sama kamu, I love you, Vio. Ya, i love you, aku mencintaimu. Setibanya nanti di Paris akan kupastikan jawabanmu sudah masuk ke handphoneku. Vio, diperjalanan nanti aku akan selalu berharap semoga Tuhan mendengar doaku dan semoga kamu pun merasakan apa yang selama ini aku rasakan, bilamana aku kembali lagi, itu atas kebahagiaanku karena tak ada yang sia-sia, bilamana aku tetap berada di sana, itu atas keharusan yang menimpaku untuk melupakan semua rasa cinta ini, aku pergi dulu, pastikan aku kembali lagi ya ...''
-Dave-

''Ya ampun sayang, ini kan surat yang waktu itu aku nembak kamu, kok masih kamu simpan sih?'' tanyaku sembari merangkul kekasih yang sudah kupacari selama tiga tahun lamanya, kekasihku itu hanya tersenyum simpul, sementara aku masih dibuatnya tidak menyangka, ''Hey, kok cuma senyum-senyum doang si?'' diam sejenak, kuarahkan pandangan matanya untuk menatap mataku, ''Vio, sayang, aku belum sempat nanya loh sama kamu tentang satu hal yang sangat penting'' seruku membuatnya mengkerutkan kening lalu bertanya
''Satu hal yang sangat penting? Apa?'' tanyanya, bibir merah tipisnya mulai menari-nari dipelupuk mataku, ya, aku suka bibirnya
''Ya, satu hal yang sangat penting, dan itu wajib kamu jawab'' kuajak Vio berjalan labih dekat kepinggir pantai, ''Waktu kamu baca surat ini, apa yang ada dipikiran kamu waktu itu?'' tanyaku

''Emmm ... Apa ya?? Yang pasti aku takut kalau salah mengambil keputusan'' jawabnya yang membuatku tidak sedikit tidak mengerti akan kata 'takut' yang diucapkannya

''Takut? jadi selama ini ada ketakutan di dalam hati kamu?'' tanyaku lagi penasaran

''Bukan, maksudku bukan itu, Dave. Yaa aku takut aja ketika aku jawab iya tapi gak bisa ngebahagiain kamu, dan aku takut jawab tidak tapi gak mau kehilangan kamu, jujur aku udah jatuh cinta sama kamu waktu pertama kali Lisa kenalin aku ke kamu, ta-tapi aku malu kalau harus bilang suka duluan sama kamu'' jelasnya sambil memeluk tubuhku, lantas kubalas pelukannya, kubelai rambutnya, kucium keningnya, kutatap matanya untuk meyakinkan bahwa rasa suka , cinta dan sayangku lebih besar dari pada ketakutannya, memang bukan aku yang merasakannya, tetapi dia sudah memberitahukan sesuatu yang baru kuketahui, ternyata dulu kita sama-sama saling memendam perasaan, ahh! malang sekali.

''Sayang, kamu gak usah takut gak bisa ngebahagiain aku, karena bagi aku sudah mendapatkan cinta dari kamu itu bisa membuat aku sangat bahagia, dan adanya aku disisi kamu sekarang ini adalah untuk ngebahagiain kamu, jadi kamu gak usah khawatir, yang aku inginkan adalah ketulusan dari kamu aja, gak lebih'' tuturku memendamkan kepalanya didadaku, tak lama terdengar isakan kecil dari bibirnya, aku tak berkomentar apapun, kubiarkan ia menangis dalam dekapanku dan mendengarkan irama detak jantungku seirama dengan isakannya yang terdengar merdu ditelingaku.

Suasana pantai mulai tak nyaman, semakin ramai, berisik, dan tak lagi seromantis tadi, aku mengajak Vio kembali ke Villa menemui teman-teman yang lainnya yang juga ikut berlibur, ada Lisa si mak comblang, ada Fey si raja gombal, ada Ryan si wajah ganteng, katanya, dan ada Dea si super bawel. Mereka teman-temaku dan juga kekasihku, Vio.

''Ohh jadi kamu selalu bawa surat ini kemana-mana di dalam tas kamu, kok aku baru tau si sayang?'' tanyaku setelah Vio banyak bercerita lagi tentang surat itu

''Karena dengan surat ini aku akan merasa selalu didekat kamu walau kita lagi gak jalan bareng'' ujarnya, aku tersenyum sembari menggandeng tangannya berjalan menuju Villa.

**

Perjalanan cinta kita memang tak semulus pembicaraan kita sewaktu di pantai kemarin sore, kita sering salah paham, pertengkaran kecil, maunya menang sendiri, gak bisa dikasih tau, egois dan segala masalah sudah kami lahap bersama, lelah? Iya, bosan? Tentu tidak, aku tak pernah merasa bosan apalagi jenuh untuk menjalani semua itu, toh gak ada perjalanan cinta yang mulus semulus kulit bayi, sekalipun mereka orang bangsawan, anak raja atau keturunan ningrat, kerikil-kerikil kecil pasti ada di dalamnya, di dalam kisah cintanya. Siapa bilang aku dan Vio itu harmonis-harnonis saja? Asal kalian tahu saja, aku mengajaknya liburan ke pantai karena dua hari yang lalu kita bertengkar hebat, mau tau alasannya? Ahh! Cukup aku, Vio dan Tuhan sajalah yang tahu.

Terkadang Vio sering cemberut ketika ingat kenangan dulu tentang perasaan yang kupendam terhadapnya, dia bilang mengapa aku harus memendam perasaanku? padahal aku ini laki-laki dan sebagai seorang laki-laki harus bisa berbicara. Ya, itu lagi, namun aku hanya tersenyum mendengar ucapannya itu lalu kemudian memeluknya dan meminta maaf, sementara di dalam hati aku berbicara, ''Itu kan dulu, gak usah diingat-ingat lagilah, toh sekarang kan kita udah jadian, lagian kenapa juga kamu gak berani bilang suka sama aku dulu? untung saja ideku untuk pura-pura pergi ke Paris berhasil, maaf ya sayang, mana mungkin aku pergi ke Paris, aku kan cinta Indonesia, hmmm, cup cup cup''. Gilak ya, pacar lagi nangis tapi hati tetap aja gak mau jujur, sebenarnya si mau jujur, tapi gengsi, gak benar-benar ke Paris karena gak punya cukup ongkos, hehehe.

Pagi ini aku berencana mengajak Vio untuk keliling pantai dengan bersepeda, tapi Vio menolak dan memilih untuk pergi ke tempat penjualan pernak-pernik bersama Lisa dan Dea, ''Dasar cewek'' batinku.

Si raja gombal menghampiriku sembari membawa setangkai bunga mawar merah berpita warna pink, dia menggoyahkan tubuhku di sofa, ''Dave, Dave gue minta saran nih dari lo ...'' serunya lalu duduk di sebelahku yang diikuti oleh Ryan yang juga ikut duduk

''Minta saran apa si? Soal si Dea lagi?'' tanyaku

''Iya Dave, barusan gue gagal lagi buat nembak dia, gue garus gimana ya? gue tuh udah gak tahan pengen romantis-romantisan sama dia kaya lo sama Vio di pinggir pantai'' jelasnya dengan memperlihatkan mimik muka yang tak enak dipandang

''Yaa mau gimana lagi? Mungkin Dea bukan jodoh lo, lo harus terima itu dong, gimana si!!'' seruku

''Iya Fey, lo harus sabar dan ikhlas nerima semuanya, kan masih banyak cewek2 yang cantik di luar sana'' tambah Ryan

''Kalian gimana si? Gue kan belum di tolak sama si Dea, gue cuma belum bisa nembak dia, berarti gue harus terus berusaha dong, iyakan?'' sahut Fey berusaha optimis

''Tapi apa lo gak capek? Waktu aja gak pernah ngasih momen yang pas buat lo, itu artinya lo gak direstui'' lanjut Ryan yang membuatku cengengesan

''Kampret lo!! Eh Dave, apa gue ikutin cara lo aja ya? Gue nulis surat ke Dea, gue pura-pura pergi kemana gitu buat ngeyakinin dia.. Hahaah pasti berhasil'' serunya kegirangan ketika ingat rencanaku dulu untuk menembak Vio

''Enak aja lo!! Itu ide brilian gue, gak boleh ada yang ngikutin selain keturunan gue nanti, titik!'' cetusku melarang Fey untuk mengikuti ideku dulu, lalu aku beranjak dari sofa meninggalkan Fey dan Ryan.
''Terus gimana doooong?? Hiks ...'' Fey terus mengeluh, sementara Ryan pun ikut meninggalkan Fey sendiri sambil menggelengkan kepalanya.

Tiga tahun lamanya itu bukan waktu yang sebentar, tiga tahun lamanya itu adalah perjuangan untuk bertahan, tiga tahun lamanya itu adalah kesetiaan dan kepercayaan. Tak banyak sepasang kekasih yang mampu mempertahankan semua itu, mungkin perjalanan ini masihlah sangat awal dimana nanti kan kutemukan jalannya kehidupan yang sebenarnya bersama kekasihku untuk kujadikan seorang istri, kan kupinang ia dengan cinta, kasih sayang, ketulusan, kesetiaan, kenyamanan hidup, kehangatan yang abadi dan kebahagiaan yang sempurna.

''Sayang, kamu masih lama disana?'' seruku menelfon Vio, ''Ohh, kalau gitu aku tunggu di tempat yang kemarin ya, plisss aku mau kita jalan berdua lagi disana, ya.. I love you'' kututup telfonnya lalu setelah itu kutelfon Lisa
''Halo, Sa, gimana, semuanya udah siap?'' tanyaku, ''Oke, thanks ya, gue mau lo bawa Vio ke lokasi sambil ditutup ya matanya, biar surpice'' ... ''Sip, sip, gue tunggu'' tuuuuuut ...

Jika kalian ingin tahu, dari awal aku memang sudah merencanakan sesuatu untuk Vio, aku meminta Lisa untuk menyiapkan segala sesuatunya, mendekor tempat, memesan makanan yang lezat dan menambahkan bunga-bunga disana agar terlihat romantis, tak lupa juga sudah kusiapkan sepasang cincin untukku dan juga Vio, aku akan melamarnya di tepi pantai sekarang juga.

...
Dengarkanlah
Wanita pujaanku
Hari ini akan kusampaikan
Janji suci, kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama
Dan terakhir ...
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Kutak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu ...
...

Kulihat binar cahaya dikedua bola matanya, aku sukses membuatnya merasa terharu dan paling kuistimewakan, ku raih tangannya, kukecup dan kupasangkan cincin cantik itu dilentiknya jari manisnya.
''Sayang, demi apapun aku bersumpah, tak ada pantai yang indah seindah pantai yang menjadi saksi melingkarnya cincin ini, di pantai ini, aku sayang sama kamu'' ucap Vio memelukku, akupun membalas pelukannya untuk yang kesekian kalinya, namun kali ini penuh dengan rasa memiliki, walau belum memiliki seutuhnya, namun aku akan segera mempersuntingnya

''Aku juga sayang sama kamu, makanya aku buat surpice seperti ini khusus buat kamu, buat kita. Selama tiga tahun ini kita udah sama-sama melewati ketidakmulusannya kisah cinta kita, tetapi itu semua yang membuat aku bertahan untuk selalu ada buat kamu, karena aku yakin suatu saat nanti kita akan hidup bersama, kamu percaya itu?'' tanyaku, namun Vio hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum.

Tak lama kemudian Lisa dan yang lainnya datang menghampiri dan memberikan tepuk tangan menunjukan rasa bahagia mereka melihatku dan Vio akan menjadi sepasang kekasih sehidup dan semati.

Kepercayaan dan kesetiaan dalam suatu hubunganlah yang membuatku dan Vio akhirnya memutuskan untuk menikah diakhir tahun 2014 yang akan datang, semoga kelak apa-apa yang sudah direncanakan dari sekarang bisa menjadi sebuah niatan yang direstui oleh semua pihak dan Tuhan.

I love you, Vio ...

Selesai
Bogor, 07 Agustus 2014