Kamis, 29 Agustus 2013

CERPEN: Roti Rasa Senja


~Roti Rasa Senja~
By: Niaw Shin'Ran

Pernah terpikir untuk memecahkan khayalan, namun ternyata harapanku terlalu tinggi, memuncaki hatiku, menenggelamkan kenyataan, dan aku hanya bisa berpijak dari mimpi ke mimpi. Alangkah indah rasanya dapat dimiliki, tanpa satu kekurangan yang harus kuhapuskan, cinta ya cinta, aku mendambakannya, seiring kumenatapi diri pada cermin yang tak dapat berkata, namun gambaran diri ini menjawab semua yang kutakutkan, nanti.

Aku jatuh hati pada seorang pria yang mungkin berselera tinggi, aku pun tak bisa menghapus bayangannya meski dalam pejaman mata. Dan sentuhlah hatiku, cinta, mengapa aku tetap bersembunyi, dan jawabannya ada pada cerminku, menjelaskan bahwa kita berbeda kasta.

Kupandangi dia yang tengah melukis awan disana, dibukit yang jua sering kudatangi, diam-diam kuperhatikan setiap gerak-gerik semua indranya, sampai akhirnya aku terhanyut, dan terjatuh

"aww..!!"
teriakku,

dan itu spontan membuatnya mengetahui keberadaanku, aku tak dapat lagi menghindar dari pandangannya, hingga barulah kudengar suaranya

"kau baik-baik saja?"
tanyanya, lalu mengulurkan tangan.
Aku gugup tak karuan menatap matanya, seolah-olah ingin menancapi bola mataku, inginnya aku acuhkan, namun hati tak dapat menolak, dia bagaikan magnet yang menarik-narik hatiku

"terimakasih sudah mau menolongku"
ucapku, lalu tiba-tiba saja dia menatapku erat-erat dengan mengadukan kedua halisnya seperti orang yang keheranan dan ingin mengatakan sesuatu

"kau.." ujarnya, diam sejenak sembari mengingat-ingat
"kau Veronika si penjual roti itukan? Ya.. Aku baru ingat, Kau si gadis penjual roti itu!"
ucapnya dan tersenyum

(dari mana dia tahu namaku?) pikirku

"kenapa? Kau heran, kenapa aku bisa mengenalimu?"
tanyanya, dan aku memanggut-manggut

"karna, karna rotimu itu enak, hahaha. . Tidak,tidak.. Maksudku, siapa si yang tidak mengenal seorang Veronika si penjual roti keliling yang paling enak di sini, iakan?"
tanyanya lagi

"aku.. Aku tak pernah merasa setenar itu"
seruku sambil merapihkan baju kodokku dari jatuh tadi

"oyah? Perkenalkan, aku Shander, salah satu penggemar rotimu itu, lalu, Apakah kau masih berjualan?"

"tentu, tentu saja, aku masih berkeliling menjual roti-rotiku, dan itu keranjangnya"
ucapku sembari menunjukan jemariku pada keranjang roti

"wah, kalau begitu maukah kau menemaniku melukis hari ini? Kebetulan aku sangat ingin memakan rotimu itu, bisa?"

"de..dengan senang hati tuan!"
celotehku terbata-bata

(ya tuhan, kini aku tengah berada disisinya, ini adalah momen yang istimewa untukku) gumamku dalam hati yang bahagia

setiap apa yang tengah ia katakan padaku bagaikan alunan nada-nada yang indah yang memanjakan telingaku, angin nakal berlarian tak kuhiraukan, rambutnya yang sedikit pirang pun memanjakan mataku, senyumannya, matanya, lekukan lesungnya, oh tuhaaaaan.. Sempurna sekali pria ini

tak terasa beberapa rotiku sudah habis dimakannya, aku senang karna dia ternyata begitu sangat baik dan menyenangkan, hingga sampai lukisannya selesai diwaktu senja datang, dia terlihat enggan pergi dari sini, apakah karna aku? Ataukah karna rotiku? Ah.. Mungkin karna senja

"rotinya sudah dingin, sudah tidak enak untuk dimakan"
ucapku sembari merapihkan keranjang rotiku

"hust, kata siapa tidak enak? Enak kok.. Liat deh, cahaya senja itu pasti bisa menghangatkan roti-roti ini"
serunya

"gimana caranya?"
tanyaku menatap lurus kedua matanya

"kamu tinggal arahkan saja roti ini kecahaya senja itu, pasti akan terasa hangat dan rasanya pun akan berbeda"

lalu kuambil satu buah roti dan kuarahkan pada cahaya senja itu seperti apa yang dia katakan tadi
"rasa yang berbeda? Rasa apa? Apakah akan tetap enak?"

"rasa senja, dan rasanya sudah pasti akan lebih enak, hahaha.. Masuk diakal bukan!!"

"ia ia. .tuan benar, rasa senja, terdengar aneh, tapi unik yah!"
celotehku

aku dan dia tertawa dan bercanda bersama, disaksikan oleh keranjang roti dan cahaya senja disore ini, rasanya aku ingin sekali membuatkan roti special untuknya, roti rasa senja. Semoga pertemuan tak sengaja ini menjadi awal yang baik antara aku dan dia.

Roti rasa senja..
Siapa yang mau?

_selesai_

Nia kurnia sari
Bogor/22/05/2013

CERPEN: Bila Mana Kau Jadi Aku

~BILAMANA KAU JADI AKU~ 
By: Niaw Shin'Ran 

Dengan sadar aku telah memusnahkan segala sesuatu yang selalu hadir didalam benakku, namun dengan tidak sadar aku terus menerus membuka dan menutup pintu hati dan menciptakan kesan plin-plan. Sebelumnya aku tak pernah seperti itu, sebelumnya aku tak pernah merasa bimbang seperti ini, kehilangan satu kisah yang dulunya mampu membuatku bertahan melawan situasi yang hampir membunuhku. Dia pergi, aku akui, aku hanya akan menjadi beban yang amat teramat merisihkan, dan itu pun yang dikatakannya

"Sayang, entah sampai kapan lagi aku akan terus menemanimu dalam ketidak berdayaanmu ini, kapan kau akan membuatku terbebas dari kisahmu ini?"
ucapnya dalam pejaman mataku, namun yang sebenarnya aku tak benar-benar terpejam

ya tuhan, apakah Wisnu menginginkanku mati? Aku pun tak ingin seperti ini.. Pikirku, ingin rasanya aku menangis dihadapan Wisnu, tapi yasudahlah, dia sudah tak lagi ada untuk menemaniku seperti dahulu, kalau pun masih ada, aku tak mau terus menerus membiarkannya membodohiku
*
satu bulan lamanya aku terkapar dirumah sakit, barulah aku kembali menghirup udara segar. Aku rindu akan rumahku, keluargaku, kampusku juga sahabat-sahabatku, Rina dan Lala. Serasa seperti mereinkarnasi dari keterpurukan kemarin, kini aku merasa lebih ceria semenjak Wisnu pergi meninggalkanku, namun efeknya aku malah menjadi wanita yang sedikit PHP alias pemberi harapan palsu. Dikampus aku banyak dekat dengan laki-laki, namun hanya sekedar dekat saja, selebihnya aku hanya ingin membuat mereka merasa nyaman didekatku lalu kutinggalkan. Dan semenjak itu pula aku tengah disibukkan dengan berbagai kegiatan yang sempat fakum karna sakit yang ku derita ini. Satu kegiatan lagi yang aku tambahkan ke daftar kesibukanku, yaitu menebar pesona pada setiap pasang lelaki yang memandangku

"gila lo ya, Hampir semua cowo dikampus kita tuh suka sama lo Ril, gue salut deh sama lo, hahaha.." diam sejenak " tapi sayang gue gak kecipratan satu cowo pun, huh, nyebelin" seru Lala sambil memakan snacknya dengan sedikit kecewa

sementara itu Rina tengah asik mengabsen laki-laki yang menyukaiku dengan jemari tangannya
"ada Rio, Angga, Rifki, Jems, Lee, Fathur, Ibnu sama itu tuh satu lagi yang sering bawa Moge, si Yoga!! Mereka tuh cowo-cowo terkeren dikampus kita, masa diantara mereka gak ada yang lo terima si Ril? Ril.. AVRIL!!"
jelas Rina memecahkan lamunanku ditengah-tengah apa yang aku pikirkan

"sory sory, tadi gue ngelamun.. Ya gue si belum kepengen punya pacar lagi, gue mau nemenin kalian ngejomblo. .haha"
ledekku

"huh, lo pikir kita gak laku apah!! Oiya, ada satu cowo yang menurut gue gak pernah tuh ngelirik lo Ril"
ujar Rina

kedua halisku beradu dan memandang serius Rina
"Siapa? Dia ganteng?"
tanyaku sambil sedikit berbisik

"Namanya Rafka, si cowo paling jutek dikampus ini"
seru Rina

Sleb.. Menyorot ke Rafka

"RAFKA;si Ganteng yang jutek yang hoby banget baca buku dibawah pohon belakang kampus, selain jutek dia juga dikenal sebagai cowo yang paling rajin masuk kelasnya pak Warto, Dosen yang paling galak. Biar pun Rafka jutek, tapi banyak banget cewe yang suka sama dia, termasuk gue,hehe" jelas Rina

aku semakin mengadukan halis, karna aku tak pernah tahu siapa Rafka itu, dan itu membuatku penasaran untuk mengenalnya
"dari mana lo tau kalau Dia gak pernah ngelirik gue? Kaya anak dukun aja!!"
cetusku

"ikh Avril, lo tuh kaya yang gak tau kita aja deh, kita berdua itu kan mis update dikampus ini, jadi kalau soal begituan doang mah kecil."
seru Lala sambil memanyunkan bibirnya

Rafka? Hem.. Ini bakalan jadi mainan baru buat gue.. Gumamku

"kalau begitu gue punya tugas buat lo berdua.. Sini gue bisikin"

Rina dan Lala hanya manggut-manggut lalu tersenyum ketika ku bisikan sebuah rencana nakal untuk Sore nanti

 Pertama kali mendengar kata Rafka, aku langsung tertarik dengan laki-laki yang katanya jutek itu, lebih penasaran dari apa yang sering membuatku penasaran. Mungkin kesibukanku menjadi seorang PHP itu bisa dibilang konyol, karna tak sedikit perempuan yang membicarakanku dari belakang, begini dan begitu, but whatever, otakku dan hatiku seakan sudah membeku.

Sore ini Lala dan Rina tengah melakukan apa yang aku suruh, mengajak Rafka ketempat yang nantinya aku akan berpura-pura pingsan

"Si Rafka kemana ya? Kok tumben dia gak duduk disana"
tanya Lala kepada Rina

"mana gue tau, emang gue emaknya" diam sejenak
"eh eh. . Itu Rafka, yuk kita samperin!!"
seru Rina memegang tangan Lala

Lala dan Rina pura-pura lari tergesa-gesa dan memperlihatkan wajah yang ketakutan, lalu segera mendekati Rafka

Rafka. .Rafka. . .
Teriak Lala dan Rina. Rafka yang tadinya duduk pun segera berdiri dan bertanya keheranan melihat Lala dan Rina yang berlarian menghampirinya

"kalian berdua kenapa si? Kaya yang dikejar-kejar setan aja, norak tau gak!!"
cetus Rafka

"pyuuh. .haduh kaaa lo jangan jutek kaya gitu dong, tolongin teman kita disana"
seru Rina

"iya ka, tolongin dong"
lanjut Lala sembari memegang tangan Rafka, mengambil kesempatan dan kesempitan

Rafka semakin kebingungan
"ikh lepasin tangan gue!! Memangnya kenapa sama teman lo berdua?"
tanya Rafka serius

"Teman kita Pingsan!!"
jelas Lala dan Rina menjawab secara bersamaan. Tanpa tunggu lama lagi Lala dan Rina pun berhasil melakukan tugasnya. Sementara itu aku yang sedari tadi pura-pura pingsan merasa kesal, karna yang ditunggu-tunggu belum datang juga

"ishh, Lala sama Rina mana si? Badan gue udah gatel-gatel ni tiduran disini, ah lama bener tu anak!!"
merongosku. Lalu tiba-tiba saja ada yang memanggilku dari belakang

Avril..

"kayanya gue kenal deh sama suara itu" diam sejenak lalu menoleh kebelakang
"WISNU? Ngapain lo disini?"
tanyaku, entah mengapa ketika kutatap mata Wisnu hati ini terasa sakit sekali

"seharusnya aku yang nanya sama kamu, kamu gak apa-apakan? Kamu kenapa duduk-duduk ditanah kaya gini? Kan kotor"
ujar Wisnu

"lo tuh gak usah deh soksoan perhatian sama gue, gue tuh benci sama lo! Dan mendingan lo pergi dari sini karna gue gak mau liat muka lo lagi"

"Ril, maafin aku.. Please maafin aku"

Mendengar permohonan maaf Wisnu malah semakin membuatku emosi
"lo tuh udah bikin hati gue sakit, lo tuh gak akan seenak ini kalau bukan karna gue, tapi kenapa lo khianatin gue, oh.. Mentang-mentang sekarang lo udah kaya dan juga terkenal lo jadi banyak tingkah dan soksoan jadi playboy kampung!!"
aku mendorong Wisnu hingga terjatuh dan meninggalkannya

hatiku merasa lega, apalagi tadi Wisnu terjatuh karna ku dorong, tapi rasa kecewa masih tetap ada hingga penyakit lamaku sedikit kambuh
"ha. .ha. . Duh asma gue kambuh!!"
aku panik lalu segera mengambil alat untuk menghilangkan asmaku berhenti didalam tas
"huh.. Sampai kapan gue terus menerus ketergantungan sama alat ini? Hemm.."
keluhku

dilain tempat Lala dan Rina kebingungan mencariku, dan Rafka terlihat kesal karna merasa telah dibohongi
"mana teman lo yang pingsan itu? Katanya dia pingsan disini? Mana? Lo berdua bohongin gue ya? Wah..Parah lo berdua"
Rafka kesal dan pergi

Lala dan Rina saling bertanya-tanya akan semua ini
"Avril kok gak ada disini si La? Avril kemana? Duh!!"
tanya Rina sembari menepak jidat

"ya mana gue tau, lo kan tau dari tadi kita tuh berdua ngebujuk si Rafka, sekarang Rafka pergi deh gara-gara Si Avril gak ada disini"
seru Lala

"yaudah yu. .kita cari Avril"

lantas Lala dan Rina pun keliling kampus mencariku. Aku sedikit heran sama mereka, tidak biasanya mereka selalu mau disuruh-suruh olehku, semenjak aku keluar dari rumah sakit, mereka berdua jadi semakin perhatian, dan itu malah jadi aneh!!
*
Dirumah, mamah dan papah tengah asik membicarakanku, dan tak sengaja aku yang baru saja pulang dari kampus mendengarkan pembicaraan mereka
"kasian Avril ya pah. Lagi-lagi dia ditinggalin sama pacarnya, dan ini untuk ketiga kalinya"
ujar mamah

"ia mah, memangnya apa si yang membuat laki-laki itu meninggalkan Avril?"
tanya papah sambil meneguk tehnya

"setau mamah si karna.. Karna Avril memiliki penyakit pah"
jelas mamah

mendengar semua pembicaraan itu aku langsung muncul di hadapan mamah dan papah dalam keadaan sudah menangis
"bukan mereka yang ninggalin Avril mah, pah.."
seruku

"AVRIL,,"
mamah dan papah pun terkejut dengan kehadiranku

"Bukan mereka, tapi Avril yang ninggalin mereka karna mereka gak pantas buat Avril!!"
setelah itu aku pun berlari menuju kamar

tak kuasa rasanya mataku memendung air mata ini, kekecewaan terhadap laki-laki yang selalu saja menyakiti hatiku muncul disaat yang tidak tepat. Aku terus menerus menangis dibalik pintu kamar yang akan menjadi saksi kesedihan ini,
"ya tuhan, kenapa engkau tidak membiarkanku mati saja dari pada aku terus menerus seperti ini, aku gak kuat.. Hik"
celotehku

Setiap detik, setiap menit, setiap jam bahkan setiap hari semenjak aku seperti ini tak ada lagi yang bisa mengerti apa yang aku rasakan, dan aku seperti hidup sendiri, namun aku tak mau terlalu lama bersedih durja seperti ini, biar bagaimana pun aku harus bisa move on, ya..

Malam ini aku bergegas pergi keluar rumah untuk sekedar menghilangkan penat dipikiranku, karna sedikit melamun akhirnya tak sengaja ku tumpahkan Ice kopi kebadan seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah denganku

"eits. . Heh cewe!! Kalau jalan tuh pake mata dong!! Minuman lo tumpah ni kebadan gue tau!!"
seru suara laki-laki itu
dengan nada yang tinggi

"Heh cowo!! Lo bisa gak si ngomong pelan dikit? Gue tuh gak budek,, gue minta maaf!!"
ucapku cetus dan jutek

"heh.. Mana ada orang yang minta maaf kaya gitu, lo mesti ganti rugi baju gue yang baru gue beli ini"

"baru lo beli? Oke gue bakalan ganti.. Paling juga BBM alias bukan barang mahal.. Sebentar gue ambil duitnya dulu... Nih!!"
kubanting uang ketangannya

"heh, lo gak ikhlas banget si.." diam sejenak sambil melihat uang itu
"WHAT??? Sepuluh ribu?? Lo pikir baju gue baju bekas apah!! Wah.. Parah lo ya, sial banget gue ketemu sama cewe kaya lo!"
laki-laki itupun merongos

"heh! Yang ada tuh gue yang sial karna ketemu sama cowo yang jutek kaya lo!!"

kita berdua pun semakin kesal
"DASAR SIAL!!"
Tak sengaja ucapan itu keluar secara bersamaan dari mulutku dan mulutnya, akhirnya kita pun pergi dan menghentikan perdebatan itu
*
tadi malam adalah malam yang menyebalkan, aku melamun dikelas sambil memainkan pulpen. Rina dan Lala datang menghampiriku
"Avril, kemarin sore lo kemana? Gue sama Lala udah berhasil bawa si Rafka ke TKP tapi lo malah ngilang, kemana si lo?"
seru Rina, dan Lala hanya manggut-manggut

"duh sory deh, soalnya tiba-tiba aja ada si Wisnu nyamperin gue"
jelasku

"WISNU?"
Ucap Rina dan Lala
"ngapain tu si Wisnu nyamperin lo lagi?"
tanya Lala

"dia minta maaf sama gue, dan gue rasa si dia pengen gue balikan lagi sama dia, langsung aja gue maki-maki dia terus gue dorong dia sampai jatuh!!"

"heum. . Dia emang pantes digituin Ril, karna cowo yang gak tau balas budi kaya si Wisnu itu gak pantes jadi pacar lo"
celoteh Rina

"ya, gue pikir juga begitu"
seruku

"terus rencana lo yang kemarin gimana?"
tanya Rina

"gue mau kalian berdua ngelakuin tugas itu lagi, dan Gue bakalan pura-pura pingsan di sini. . Ayo cepet sanah sanah!"
suruhku

dan lagi, Rina dan Lala melakukan apa yang ku suruh, mencari Rafka untuk membawanya ke TKP yang sudah ditentukan. Tak butuh waktu lama bagi Rina dan Lala untuk menemukan seorang Rafka yang hobynya baca buku

"Rafkaaaa.."
sahut Rina dan Lala yang tiba-tiba muncul dihadapan Rafka

"lo? Lo berdua mau ngapain lagi si nyamperin gue secara tiba-tiba kaya gini? Ganggu banget!"
cetus Rafka

"Rafka, please kali ini lo mesti bantuin kita, teman kita yang kemarin itu pingsan lagi"
seru Lala

"terus? Apa hubungannya sama gue? Lo minta bantuan aja sanah sama yang lain, kenapa mesti gue lagi?"

"tapikan kemarin gak jadi ngebantuin. . Iakan?"
ujar Rina ngeles

"ah. . Teman lo berdua tuh ribet,, yaudah ayo ayo ah!"
Rafka berjalan didepan, sementara Rina dan Lala saling mengadukan kedua telapak tangannya dan berkata, yes!!
*
"temen lo yang mana?"
tanya Rafka di TKP

"itu yang pingsan, kan disini gak ada siapa-siapa lagi selain dia, duh ganteng-ganteng kok oon!!"
seru Lala

Rafka belum jelas melihat wajahku karna tertutup rambut tebalku, ketika Rafka meraih tangan dan pundakku barulah aku yang memang tidak benar-benar terpejam melihat jelas wajah Rafka dan begitu pun dengan Rafka, kita berdua saling berteriak karna terkejut

"HAH. . Elo??"
seruku, sementara Rina dan Lala terlihat kebingungan

"Elo kan cewe semalem yang numpahin Ice kopi kebaju gue, ngapain lo disini?"
seru Rafka

"heh.. Cowo jutek, gue tuh kuliah disini tau, jangan-jangan lo mau mata-matain gue ya!?"
tanyaku so tau

"gak ada kerjaan banget gue mata-matain lo kesini, heh gue juga kuliah disini tau!!"
lanjut Rafka merongos

"kok kalian jadi ribut kaya gini si? Avril, lo udah kenal sama Rafka?"
tanya Rina
belum sempat kujawab Rafka sudah berceloteh kembali
"Oh. .jadi ini yang namanya Avril si Cewe PHP yang hobynya tebar pesona?! Heh, asal lo tau ya, cewe kaya lo tuh gak pantes dapetin cowo yang baik-baik, lo tuh gak pantes dicintai, cewe kaya lo tuh mesti diamankan tau gak!"
jelas Rafka
mendengar ucapan Rafka yang sinis itu langsung membuat hatiku sakit, dan rasa sedih itu pun kembali datang, tak terasa air mataku menetes di hadapannya, lalu dengan sangat keras aku menamparnya

Pakkk..
"lo tuh gak tau apa-apa tentang gue, lo gak usah so tau karna lo gak ngerasain apa yang gue rasain!"
seruku lalu pergi meninggalkan Rina, Lala dan juga Rafka

dengan spontan Rafka bilang kaya gitu ke gue, apa gue emang udah gak pantes untuk dicintai? Pikirku

dan lagi-lagi asmaku kambuh, dengan cepat aku mencari alat hisapku didalam tas, namun sayangnya alat itu tidak ada dan entah kemana, aku semakin tersiksa dan akhirnya aku terkapar dan pingsan. Orang-orang yang melihatku langsung menggerumuiku. Rina dan Lala yang juga melihatku pun segera berlari menghampiriku dan membawaku langsung kerumah sakit

tidak ada banyak orang yang mengetahui akan penyakit yang menyebalkan yang ada didalam tubuhku ini. Mamah, papah, Rina dan juga Lala begitu mencemaskanku, sementara dokter masih memeriksaku.
Beberapa menit kemudian Dokter pun keluar dari ruangan

"dokter.. Bagaimana keadaan anak kami?"
tanya papah

"anak bapak tidak kenapa-kenapa, hanya saja setiap dia merasa sedih dan emosi, asmanya akan kambuh, sore ini pun dia bisa pulang ko, tapi saya sarankan agar anak bapak tidak dulu melakukan aktifitas apapun selama satu bulan penuh agar dia juga tidak terlalu kelelahan, kalau begitu saya permisi dulu"
jelas dokter itu

"terimakasih dokter"

suasana tegang pun mulai meredup. Kembali pada awal hari yang membuatku bosan, diam dirumah dengan pantauan mamah dan papah
*
entah apa yang kini aku rasakan, namun yang pasti ucapan Rafka kemarin itu masih bersemayam dibenakku, dan itu yang membuatku hanya bisa terdiam dan menangis

sementara itu Rafka yang sedang asik mengobrol dengan beberapa temannya menolehkan pandangannya kearah Rina dan Lala yang berjalan menuju kantin,
mereka kok cuma berdua? Si Avril kemana? Pikir Rafka

Rafka terus menerus mempertanyakan ketidak adaanku dikampus semenjak kejadian itu

Satu bulan kemudian. Rafka tak henti-hentinya mondar-mandir didepan teras rumahnya
"udah satu bulan gue gak pernah liat Avril jalan bareng sama Rina dan Lala, dia kemana ya? Kenapa dia sampai gak masuk kuliah lama kaya gini? Apa mungkin Avril resent dari kampus? Tapi kenapa?. .aduuh kenapa gue jadi ngekhawatirin dia si?" diam sejenak
"gue jadi merasa bersalah karna udah bikin dia nangis waktu itu, padahalkan gue pantang banget bikin cewe nangis, apa gue minta maaf aja ya sama Avril? Tapi giamana caranya?" diam lagi sembari memikirkan cara "aha!! Kan ada Rina sama Lala yang bisa bantuin gue, hemm"
mantap sudah niatan Rafka untuk meminta maaf kepadaku

Rafka bergegas pergi ke kampus untuk menemui Rina dan Lala. Tak lama Rafka pun menemukan mereka
"Rina, Lala.. Gue mau ngomong sesuatu sama lo berdua"
seru Rafka, Rina dan Lala saling menatap

singkat cerita, Rafka pun menceritakan apa yang ingin dibicarakannya, begitu pun Rina dan Lala yang menceritakan tentang keadaanku

"apah? Avril sakit? Sakit apa dia?"
tanya Rafka serius

"Avril punya penyakit asma yang sewaktu-waktu bisa kambuh"
jelas Rina

"lalu? Gimana keadaannya sekarang? Dia baik-baik aja kan?"
tanya Rafka lagi

"Avril baik kok, hanya saja dia harus banyak istirahat dirumah"
jawab Lala

"kalau gitu anterin gue kerumah Avril sekarang juga, gue mau minta maaf sama dia"

"ikh. . Lo tuh kenapa si? Kok panik banget! Woles aja woles, nanti sore kita juga mau kerumah Avril kok!"
seru Rina

"ia nih lo aneh banget,, jangan-jangan lo suka ya sama Avril.. Hahaha"
lanjut Lala yang membuat Rafka terdiam

gue suka sama Avril? Memangnya salah ya kalau gue bisa suka sama dia? Gumam Rafka

Rina dan Lala terus menerus menggoda Rafka karna sikapnya yang mendadak aneh dan perhatian
*
"lo berdua yakin Avril gak bakalan usir gue dari rumahnya?"
ucap Rafka yang memang tengah berada didepan rumahku bersama Rina dan Lala

"lo gak usah khawatir, Avril itu sebenarnya cewe yang manis dan baik kok, gue aja salut sama ketegaran dan semangatnya, sayang gue gak bisa jadi seorang Avril"
Lala mengkhayal tingkat tinggi

"hust.. Kalau terus disini kapan gue mau minta maafnya sama Avril"
Rafka merongos

didalam kamar aku mendengar suara diluar, lantas aku mengintip dibalik jendela
"hah.. Ngapain Rina sama Lala bawa Rafka kesini? Duh.. Gue kok jadi deg-degan kaya gini ya? Kata Rina dan Lala kalau kita deg-degan ketika akan ketemu seseorang atau cowo, itu berarti ada perasaan yang gak biasa.. Hah? Perasaan yang gak biasa? Apa ya? Ah.. Tau ah bingung"
lalu kubuka jendela kamarku yang tepatnya dilantai kedua
"heh.. Cowo jutek! Ngapain lo datang kerumah gue? Lo mau maki-maki gue lagi?"
seruku, Rafka, Rina dan Lala sontak kaget melihatku langsung marah-marah dibalik jendela

"Avril, si Rafka datang kesini mau minta maaf sama lo.. Lo turun kesini dong!!"
ucap Lala

"idih, kenapa juga mesti gue yang nyamperin dia, kalau lo mau minta maaf, lo mesti teriak sambil bilang maaf sama gue"
cetus Avril

ini cewe rese banget si.. Tapi gue suka!! Pikir Rafka

emang enak gue kerjain, tapi sebenarnya gue seneng banget si dia bisa nyamperin gue kerumah, kayanya gue mulai suka deh sama Rafka, gumamku

"ayo cepet lakuin apa yang dibilang Avril tadi ka.."
seru Rina

"oke!! Gue bakalan ngelakuin apa yang lo minta" diam sejenak sembari menghela napas
"AVRIL, GUE MINTA MAAF SAMA LO, DAN GUE HARAP LO MAU MAAFIN GUE,, AVRIL.. GUE MAU LO DENGAR SATU HAL LAGI DARI GUE, GUE SUKA SAMA LO, GUE JATUH CINTA SAMA LO DAN GUE MAU NGERASAIN APA YANG LO RASAIN, IZINKAN GUE MENJADI DIRI LO YANG MAMPU CAIRKAN HATI GUE YANG BEKU INI" Jelas Rafka yang membuatku terkejut, serasa mimpi, namun ini semua memang nyata. Aku bergegas turun dan menghampiri Rafka, Rina dan Lala pun ikut terkejut, tak menyangka Rafka akan seromantis itu pandanganku tertuju pada Rafka, begitu juga dengan Rafka, entah rasa apa yang tengah melandaku, aku ingin menangis terharu akan apa yang Rafka ungkapkan kepadaku. Aku tersenyum tak jelas didepannya, aku malu dan aku sangat tidak pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Rafka berlutut dihadapanku
"Avril, gue butuh jawaban lo sekarang"tuturnya

"gue. . Gue maafin lo kok!! Dan gue, gue juga gak tau bisa jatuh cinta sama lo Rafka.. Gue juga suka sama lo" 

Rafka pun berdiri kembali dan memelukku

"semenjak kejadian kemarin itu, gue selalu mikirin lo, gue gak bisa lupain bayangan wajah lo" sahut Rafka

"gue yakin seyakin yakinnya.. Lo gak akan nyakitin guekan?"

"gue akan jagain lo Ril, gue sayang sama lo" pelukan Rafka semakin erat kurasakan, Rina dan Lalu pun saling berpelukan, ikut merasakan kebahagian yang aku rasakan

Ya tuhan.. Terimakasih. 


_selesai_ 
Nia kurnia sari
Bogor/28/06/2013

PUISIKU

~JIWA JIWA YANG KEJAM~

Tak pernah mereka risi akan kericuhan
karna mereka tak pernah mau berpikir

ini adalah kekejaman yang terlalu lama
hingga tak pernah terlihat indah;disini tangan kecil menanda, berupaya untuk saling menggapai, tak pernah ingin terjadi seperti ini, mereka kejam

saling menyalahkan
saling memojokan
tak pernah mereka sadari akan yang kita alami
hanya tersenyum kecil
meliwat wajah wajah yang terkucil dari negri sendiri

hilang sudah rasa saling berempati
jiwa jiwa kejam saling menghujati
akhirnya kita yang mati

Nia kurnia sari
Bogor/19/06/2013

CERPEN: Si Ratu Kodok Cantik

~SI RATU KODOK CANTIK~
By: Niaw Shin'Ran

Hemm.. Ternyata menjadi anak satu-satunya itu sangat membosankan, hanya awalnya saja aku merasa kasih sayang dari kedua orang tuaku tertuju kepadaku, tapi lama kelamaan aku pun merasa sepi, apalagi semenjak aku dan mamah ditinggal pergi oleh papah untuk selamanya, dan selama tiga tahun lamanya papah telah meninggalkan kami berdua dirumah kami yang tercinta. Dan semenjak itu pula, mamah memiliki hoby baru, yaitu sering keluar rumah dan menghambur-hamburkan uangnya. Aku sebagai anak satu-satunya yang harus menjaga mamah atas amanat dari almarhum papah pun merasa sudah tidak sanggup lagi melarang-larang mamah agar tidak seperti itu, akhirnya, aku hanya mengintil mamah dari belakang demi menjaga kalau mamah tetap baik-baik saja dan tidak kecentilan kepada laki-laki lain. Mentang -mentang janda!!

Ting tung ting tung..
Nada dering handphoneku berbunyi dikala aku tengah asik mendengarkan musik dikamar. Segera ku raih handphoneku itu

"hallo siapa ni?"
tanyaku

"ini gue Arga!!"
jawabnya, lalu aku teriak histeris setelah tau siapa yang menelphone dengan nomer baru

"AAAA. . ARGAAA. . Gue kangen banget sama lo, lo kapan balik ke indonesia?"

"kangen ya sama gue, haha.. Ia sore nanti gue pastiin ada dirumah lo Jes"
"yang bener lo? Oke gue tunggu ya, awas kalau bohong"

"ia, tenang aja, gue bawain oleh-oleh dari singapore buat lo"

"hah singapura?"
tanyaku kaget

"Singapore Jesikaaa.. Lo tuh kaya orang kampung aja deh!!"
ledeknya

"yee sama aja kali, lonya aja yang lebay.. Yaudah deh gue tunggu ya, gue mau mastiin nyokap gue dulu lagi ngapain, entar yang ada nyokap gue kabur lagi"

"hahaha.. Yaudah see you"

"daaah sampai ketemu"
tuturku

bergegas aku keluar kamar menuju ruang tv, tak lama aku kembali berjalan menuju dapur, tapi tidak kulihat batang hidung mamah disana. Ternyata mamah sedang mengendap-ngendap keluar rumah di ruang tamu menuju pintu depan dengan menenteng sepatu beserta koper
"jangan sampe Jesika tau kalau saya mau liburan kesingapore, kalau sampe Jesika tau, uuh bisa ribet urusannya, yang ada dia malah mau ikut. Lagian jadi anak kok tega banget sama mamahnya sendiri, protektif gak jelas"
celoteh mamah, alhasil mamah berhasil keluar rumah tanpa sepengetahuanku

"MAAAH. . Mamah!!, duh, mamah dimana si? Jadi orang tua kok ngerepotin banget, Mah!!"
seruku memanggil mamah setelah tak kudapati mamah dikamarnya. Lalu, tak lama bi Yanti pembantu dirumah menghampiriku dan memberikan sebuah surat kecil

"non.. non Jesika! Ini ada surat dari bu Sofi buat non"
ujarnya

"surat dari mamah? Memangnya mamah kemana bi?"
tanyaku serius

"sebaiknya dibaca saja suratnya non, soalnya bu Sofi tadi gak banyak bicara, hanya menitipkan surat itu saja ke bibi"

"oh.." diam sejenak sembari membaca surat itu
~Sayang.. Kamu jangan kaget ya, karna sekarang mamah mau liburan kesingapore.. Hati-hati dirumah, dah sayang~
begitulah isi suratnya, namun setelah membacanya aku langsung Syok
"WHAT? KESINGAPURA?"
Kagetku

lalu bi Yanti malah mencela ucapanku
"Singapore non, bukan singapura!!"

"ikh.. Bi Yanti jangan ikut-ikutan nyebelin deh!! Mamah juga.. Tega banget si ninggalin anaknya sendiri dirumah!!"
celotehku merongos

dan lagi, bi Yanti ikut berbicara
"gak usah sedih non, kan ada bi Yanti yang akan selalu ada dirumah"
ucapnya, aku tak lagi menghiraukan ucapan bi Yanti, aku pun kembali kekamarku dengan hati yang kesal
*
hari sudah hampir gelap, namun yang kutunggu-tunggu belum juga datang, karna merasa jenuh lantas aku pergi keluar rumah untuk sekedar menghilangkan rasa jenuhku. Aku berjalan dipinggiran jembatan, memandang langit yang seakan-akan mentertawakanku atas kelalaianku menjaga mamah

"hemm.. Mamah lagi ngapain yah disana? Biasanya kan jam segini kita lagi judes-judesan"
ujarku, lalu dari belakang ada yang menepuk pundakku

"hay sayang. . Kamu lagi ngapain jalan sendirian disini?"
tanya Boby, dia pacarku

"eh sayang, aku cuma lagi iseng aja keluar rumah terus diam disini deh"
jelasku

"tumben banget kamu kaya gini, biasanya kamu lagi dirumah ngawasin mamah kamu yang ganjen itu!!"
ucap Boby

mendengar ucapannya aku sedikit kesal
"kamu kok ngatain mamah aku ganjen si? Gak sopan banget!!"
"sayang.. Kenyataannya kan emang kaya gitu, seminggu yang lalu waktu aku datang kerumah kamu, tante Sofi menanyakan teman cowo sama aku, apa itu bukan ganjen namanya?"
jelasnya

mamah memang keterlaluan, bisanya bikin malu aja!! Gumamku

"tapikan gak seharusnya kamu bilang kaya gitu didepan aku!"

"ia ia. .maafin aku sayang. Terus mamah kamu keluar rumah lagi?"
tanya Boby

"ya! Malah sekarang mamah pergi liburan ke singapura"

"singapore maksud kamu? Wah asik dong"

"asik? Apanya yang asik, aku tuh khawatir tau gak!!"

"gak usah terlalu khawatir, mamah kamu kan bukan anak kecil!!"
serunya

Tin.. Tin..
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang berhenti didepanku dan Boby
Lalu seseorang yang ada didalam mobil itu pun keluar. Ternyata dia adalah Arga, sahabatku yang sedari tadi kutunggu, aku menghampirinya kegirangan dan memeluknya, begitu pun Arga yang membalas pelukanku. Sementara Boby hanya terdiam namun tersimpan kesal didalam hatinya
"Arga lo udah pulang? Dari tadi tuh gue nungguin lo dirumah tapi lo gak dateng-dateng"
ujarku

"ia sory ya, tadi ada kesalahan tekhnik sama mobil gue. Oiya, gue punya banyak oleh-oleh tuh buat lo dimobil, kita kerumah lo yuk!"
ajak Arga, namun tiba-tiba Boby menarik tanganku, aku sedikit kesakitan, dan aku pun tahu kalau Arga tidak akan diam, namun aku tak membiarkannya ikut campur
"Jes, cowo itu siapa? Kok kamu berani banget si peluk dia didepan aku?"
tanya Boby serius

"dia itu sahabat aku yang baru datang dari singapura, dan kamu gak usah cemburu sama dia, sekarang aku mau pulang, dah sayang"
jelasku, bergegas aku masuk kedalam mobil Arga dan pergi meninggalkan Boby
"Jesika!! JES. .JESIKA, Sialan tuh cowo!!"
seru Boby merongos setelah tak kuhiraukan dia memanggil namaku. Bagiku seorang sahabat adalah segala galanya
*
kedatangan Arga membuatku senang, karna yang kutahu Arga itu tidak akan membuat sahabatnya merasa bosan, apapun akan dia lakukan agar sahabatnya merasa senang ketika berada didekatnya. Beberapa oleh-oleh diberikannya kepadaku, mulai dari jam tangan, sepatu, boneka dan juga beberapa buku Antologi kesukaanku.
"wah.. Yang lo bawa ini bener-bener keren, makasih ya, lo emang sahabat gue yang paling baik"
celotehku sambil memperlihatkan senyuman termanisku

"hem ya ya ya.. Dari dulu sampai sekarang lo tuh gak pernah berubah ya, dua tahun gue di singapore tapi lo tetep aja kaya gitu"
serunya. Kedua halisku mengadu dan mataku menyipit tak mengerti apa yang dikatakannya
"maksud lo? Emangnya gue kaya gimana?"
tanyaku serius

"lo tuh kenapa si gak ngerubah penampilan lo sedikit aja!! Baju kodok lo tuh, kaya anak kecil tau"

"yee.. Emangnya kenapa? Gue suka dan nyaman kok pake baju ini"

"apa lo mau gue ledekin Si ratu kodok lagi? Gak kan?"

"justru nama Si ratu kodok itu yang bikin gue axis dikampus, lo gak taukan kalau followers gue udah hampir dua juta orang? Terkenal bangetkan gue?"
seruku

"hem,, terserah ratu aja deh, hamba tidak akan mencela lagi, maafkan hamba.. Hahaha"
ledeknya dan tertawa

"huh, gue lempar pake sepatu baru tau rasa lo!!"

Arga melihat kanan dan kirinya yang dia rasa sepi
"sepi banget ni rumah, nyokap lo mana?"
tanya Arga

"nyokap gue kabur ke singaparna!! Eh. . Maksud gue singapura"
jawabku

"ke singapore? Kok bisa kabur gitu si? Jangan-jangan karna lo yang terlalu protektif sama nyokap lo, makanya dia kabur"

"ikh, gue kaya gitu juga buat kebaikan nyokap gue juga, gue gak mau kalau nyokap gue dibilang ganjen sama orang-orang diluar sana"

"iya gue ngerti kok!! Oiya, cowo yang tadi itu pacar lo?"

"he'eum.. Emang kenapa? Keren ya?"

"masih kerenan gue si, hati-hati playboy!! Hahaha"
tuturnya membuatku kesal namun terhibur
"ikh. . Enak aja!!"

malam ini sangat menyenangkan, disaat mamah tidak ada didekatku, Arga datang dan membuatku merasa senang.
*
aktifitas sehari-hariku sebagai mahasiswi membuatku tak pernah lepas dari yang namanya tugas, aku malas sekali mengerjakannya, apalagi setelah dua hari lamanya mamah liburan disingapore dan tidak pernah memberi kabar,
mamah kok gak pernah ngasih kabar si ke gue? Gue kan khawatir.. Pikirku, lamunanku terpecah saat Boby datang menghampiriku

"hy sayang, kok ngelamun si? Kenapa?"
tanya Boby

"gak apa-apa kok!! Oiya sayang, nanti malam kamu maukan temenin aku kerumah Lia buat ngerangkum tugas? Mau ya..?"

Lia? Wah gawat, Lia kan sepupunya Tari.. Kalau sampai Lia tau gue pacaran sama Jesika, yang ada Lia bakalan ngasih tau ke Tari yang sebenarnya.. Pikir Boby

"sayang? Kamu maukan temenin aku?"
tanyaku lagi

"duh, gimana ya, aku udah ada janji sama temen aku buat ngerangkum tugas juga malam ini, maaf ya, kalau gitu aku masuk kelas dulu, dah sayang"
ucap Boby berbohong, dan dia pun pergi meninggalkanku

tidak diluar atau pun didalam kampus, aku selalu saja dibilang Si Ratu Kodok Cantik, ya, aku sudah tahu alasannya kenapa. Ririn datang menghampiriku disela-sela aktifitasku, dia datang kekampusku dan mengajakku pergi. Ririn adalah temanku, dan kebetulan rumah kita sangat berdekatan

"Rin, ngapain si ngajakin gue ke Mall?"
tanyaku sambil diajak berlari oleh Ririn

"duh.. Lo gak usah banyak nanya dulu, kemaren sore gue kesini, trus liat ada baju kodok kesukaan lo, warnanya juga warna kesukaan lo Jes, ayo cepetan nanti keburu ada yang beli"
jelasnya

"apa? Yang bener lo? Yaudah yu cepetan!!"
seruku

aku pun semakin kencang berlari sampah-sampai satu tali baju kodokku lepas. Aku harus bersyukur karna baju kodok itu masih melekat pada patung boneka yang terpampang dilemari kaca, dan rasanya aku sudah tak sabar ingin sekali memakainya


"wah, lo pasti akan terlihat semakin lucu dan cantik Jes kalau pake baju kodok yang satu ini"
celoteh Ririn membuatku semakin ingin memakai baju kodok itu

"iya, gue percaya itu!! Haaaaa.. Cowo-cowo pasti bakalan bilang gue kaya ini, aduh Jesika, lo semakin hari semakin cantik aja,, hahaha"
ucapku kePDan

"yaudah Jes buruan lo ambil, cepetan!!"

"iya iya. .bawel lo ah!!"

akhirnya aku pun memiliki koleksi baju kodok yang baru. Setelah puas membeli baju kesukaanku, aku mentraktir Ririn makan ice kream yang tempatnya masih didalam Mall
"Rin, lo tinggal ambil aja Ice kream apa yang lo suka, terserah lo mau berapa pun juga gue yang bayar"

"serius lo? Wah asik.." diam sejenak sembari melihat ada sepasang laki-laki dan perempuan tengah asik tertawa, tepatnya disamping belakangku
"Jes, itu Boby bukan si?"
tanya Ririn sambil memandang kearah yang ditanyakannya, lantas aku pun menoleh dan langsung memastikan
"ia Rin, itu Boby.. Sebentar, gue mau labrak tu cowo brengsek!!"
kesalku melihat Boby sedang bersama perempuan lain

"Jes. .Jesika! Duh gawat!!"
ujar Ririn yang tak bisa menghentikan langkahku

BRAAAKKK.. Byuur..
Aku menggebrak meja kursi yang di duduki Boby dan menyiramkan minuman kemukanya
"ngapain lo ada disini sama cewe ini? Ah gue tau, cewe ini selingkuhan lo kan?"
seruku murka, sementara perempuan itu pergi meninggalkan Boby

"Sayang. . Sayang dengerin penjelasan aku dulu, cewe itu cuma fans aku, gak lebih dari itu"
tuturnya berbohong lagi

"hah? Fans? Lo ngaca dong, lo tuh siapa!! Gue gak bisa lo bohongin, KITA PUTUS!!"

PAKKK..
Satu tamparan ku daratkan di muka Boby, banyak pasang mata yang tertuju melihat kejadian itu. Tanpa tunggu lama lagi aku meraih tangan Ririn dan mengajaknya pergi. Sementara Boby hanya menyesali perbuatannya. Aku tak banyak bicara lagi setelah kejadian yang membuatku sakit hati tadi, Ririn pun hanya bisa terdiam melihatku yang benar-benar dalam keadaan emosi. Saking terlalu emosinya aku mempercepat laju mobil yang ku bawa sehingga membuat Ririn membuka mulut
"Aaaaa Jesikaaa.. Lo jangan ngebut dong, gue gak mau mati sia-sia, gue masih jombloooo... Jesika pleaaaace!!"
seru Ririn ketakukan

Ngikkk..
Sampailah didepan rumah, aku cepat-cepat turun dan berlari kedalam rumah. Sementara Ririn masih menstabilkan detak jantungnya didalam mobil, Ririn beberapa kali menghela napas
"huh.. Gila tu anak!! Kalau gue mati bisa berabe urusannya, ckckck Jesika Jesika!"
ujar Ririn lalu segera turun dari mobil
*
dikamar aku menangis sendirian
"hik hik.. Ternyata benar apa yang dikatakan sama Arga tentang Boby. Boby emang brengsek!!"
ucapku, karna merasa kesepian lantas aku menghubungi Arga untuk menemuiku

Tuuttt..
"hallo Ratu kodok?.. Lo nangis yak? Cerita sama gue lo kenapa?"
tanya Arga serius sementara tangannya tengah merapihkan beberap tugas kuliahnya di singapore

"gue mau cerita sama lo Ga, lo kerumah yaa.. Gue tunggu. Bay!"

beberapa menit kemudian Arga pun datang dan menghampiriku dikamar
"Jes.. Lo kenapa nangis kaya gini si?"
tanya Arga sambil memelukku, dan aku pun membalas pelukannya

"ternyata Boby beneran playboy Ga.. Hikhik, dia mesra-mesraan sama cewe lain di Mall"

"kata gue juga apa!! Boby itu pasti playboy, gue tuh bisa liat karakter dia waktu dia narik tangan lo!! Lo si gak percaya sama gue!"
seru Arga. Mendengar ucapan Arga aku malah semakin merengek kencang

"HAAAA. .A. .A. .A. . Gue benci banget sama Boby, Benci Benci Benciiiii.."
teriakku, dan tanpa kusadari Arga tengah memperhatikan wajahku

"ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu? Naksir ya sama gue?"
tanyaku sedikit meledek

"Hahaha, gue salut sama lo Jes. Meski dalam keadaan sedih, tapi lo masih bisa sok tau dan kePDan kaya gitu.. Ya!! Kalau gue suka sama lo emang kenapa?"
tanya Arga lagi, dan pertanyaan Arga membuatku berhenti menangis dan melepaskan pelukannya

"lo yakin bisa suka sama gue?"
tanyaku penasaran

"ah, yasudahlah gak usah dibahas, yang pasti lo gak usah sedih kaya gini, yang ada nanti Ratu Kodok gue yang Cantik ini mendadak Jelek lagi"
serunya meledek

"ikh. .apaan si lo!!"
aku mencubit Arga karna merasa salah tingkah

sebenarnya gue serius suka sama lo Jes.. Gumam Arga

kalau pun emang Arga suka sama gue juga gak apa-apa kok, Toh, Arga kan ganteng, baik lagi.. Hehe. Pikirku
*
dua minggu kemudian setelah perginya mamah ke singapore aku benar-benar merasa sangat kesepian. Tak ada kegiatan yang menarik selain memata-matai mamah pergi keluar rumah. Dan aku merindukan saat-saat seperti itu. Hari ini aku dan Arga mempunyai rencana pergi ke tempat favorit Arga, kawah putih-Bandung. Dia bilang disana banyak sekali kenangan-kenangan indah semasa dulu ia tinggal didaerah Bandung yang tepatnya tidak jauh dari Kawah putih itu
"wohooo.. Akhirnya gue bisa kesini lagi sama orang yang gue sayang"
ucapnya tiba-tiba, aku merasa ada ucapannya yang mesti ditanyakan

"Orang yang lo sayang? Siapa?"
tanyaku, paras wajah Arga seketika sedikit memerah dan merundukan kepalanya


"Ga, Arga!! Lo itu kenapa si? Bukannya jawab pertanyaan gue , lo malah diem!!"
tanyaku, kali ini aku menghampirinya yang sempat kegirangan

"0iya, tante Sofi kapan mau pulang dari singapore?"
tanya Arga mengalihkan pembicaraan, tapi aku tak bisa dibodohi, lantas aku kembali menyakan hal yang sama

"lo tuh kenapa si ngalihin pembicaraan gitu? Lo gak mau ngejawab pertanyaan gue yang tadi?" diam sejenak, namun Arga tetap merundukan kepalanya
"jadi lo tetap gak mau jawab? Yaudah!"
lanjutku dan melangkah pergi dari pandangan Arga, namun baru beberapa langkah saja aku melangkah Arga memanggilku

"Jesikaa..!!"
sahut Arga. Aku pun menoleh dan kembali pada pandangannya yang penuh tanda tanya
"seseorang yang tadi gue maksud itu adalah lo Jes, gue.. Gue sayang sama lo"
serunya. Pengakuan Arga sontak membuatku terkejut

apah? Arga bilang kalau dia sayang sama gue? Apa mungkin itu artinya Arga juga suka sama gue?.. Pikirku
"lo jangan becanda deh.. Gak lucu tau gak!!"
ujarku dan menoleh membelakanginya

lalu tiba-tiba saja hawa yang panas semakin memanas ketika Arga menghampiriku dan memelukku dari belakang. Aku merasa ada getaran yang hebat ketika detak jantung Arga mulai terasa pada tulang punggungku, dan semakin lama detak jantung kita pun mulai seirama
"Gue sayang banget sama lo Ratu kodok!!"
celotehnya

"lo sayang sama gue? Apa lo juga suka sama gue?"
tanyaku dalam dekapan Arga yang membuat keringat di dahiku mulai bercucuran

"apakah kalimat sayang tidak cukup membuktikan kalau gue bukan hanya sekedar suka sama lo? Jes.. Tatap mata gue"
tuturnya sambil membalikkan tubuhku dan memaksaku untuk benar-benar mencari tahu yang sebenarnya. Mata kita pun beradu pandang
"Jes, sebisa mungkin gue luangkan waktu untuk selalu ada buat lo, sebisa mungkin gue rangkai kalimat-kalimat yang bisa membuat lo ketawa, Gue gak bisa liat lo nangis kaya kemarin-kemarin, itu semua gue lakuin bukan semata-mata gue sahabat lo doang, gue sangat perduli sama lo, gue sayang sama lo Jesika, Gue cinta sama lo, lo maukan jadi... Pacar gue? Pleace Ratu kodok, terima gue jadi pangeran kodok lo yaaa "
jelasnya sambil berlutut, dan itu membuatku semakin tidak bisa berkata apa-apa

oh my god!! Arga nembak gue, aduuh gue mesti jawab apa ya sama dia? Celotehku dalam hati
aku masih kebingungan atas apa yang sudah Arga ucapkan tadi, aku hanya bisa menghela napas kecil dan berharap semoga apa yang akan ku jawab nanti adalah jawaban yang tepat

"heummm..huh..!! Arga, lo gak usah berlutut kaya gitu dong, malu tau diliatin sama orang" pintaku, namun arga tetap tak mau berdiri
"Argaaa. .banguuun!"
ucapku sedikit memaksanya untuk berdiri
"lo tuh udah gila ya? Masa Ratu kodok ditembak sama rakyat kodok si?"
ledekku

"Habis Ratu kodoknya cantik si,, hehe. So, lo terima gue jadi pangeran kodok lo kan?"
tanya Arga sembari menggombal

"tapi ada satu syarat!!"

"apa?"

"lo mesti beliin gue boneka kodok yang super besar!dan gue minta lo pindah kuliah di jakarta bareng sama gue, Gimana? Deal?"
jelasku
tanpa berpikir panjang lagi Arga pun langsung menganggukkan kepalanya
"oke Deal..!"
sahutnya, Arga pun menggendongku dengan bahagia, begitu pun denganku. Ternyata cinta itu tidak bisa dipaksa untuk diundang datang atau pun diusir untuk pergi, kehadirannya sungguh tiba-tiba, dan begitu pula dengan apa yang sedang kurasakan sekarang ini. Ada cinta yang tiba-tiba datang mengetuk hatiku yang kebetulan pula hatiku tengah dilanda galau yang tak jelas hanya karna kekecewaan yang diperbuat oleh laki-laki yang tak jelas, Ya! Boby hanya seorang laki-laki yang tak jelas memiliki berapa pasang cinta untuk diobral, duh, kenapa jadi ngomongin si Boby yah? Kembali pada alur cerita yang tadi. Akhirnya aku dan Arga memutuskan untuk memilih mencintai dari pada hanya sekedar menyanyangi
*
Kembali ke kampusku tercinta, semua orang tengah membicarakanku, banyak pasang mata yang memandangku dengan tatapan yang tajam, aku pun bertanya-tanya
"Li, ada yang aneh ya sama gue? Kok anak-anak pada ngeliatin gue gitu si?"
tanyaku kepada Lia

"mana gue tahu, kayanya ada masalah deh!! Eh eh.. Kok anak-anak pada lari-lari gitu, ada apaan si?"
ucap Lia memperhatikan orang-orang yang berlarian menuju papan pengumuman, aku dan Lia pun bergegas menuju papan pengumuman itu. Tidak sedikit orang yang ingin tahu ada hal apa yang ditempel di papan pengumuman itu, aku dan Lia pun saling berdesakan

"sory. .sory. . Ada apaan si ni rame banget!!"
seruku

"WHAT?? Pengumuman apa nih, Si Ratu Kodok lagi galau gara-gara diputusin sama Boby!!"
sahut Lia lalu merobek selembaran itu, sementara yang lain menyurakiku

"siapa si yang ngelakuin ini ke gue? Ini tuh gak bener!! Yang ada tuh gue yang mutusin si Boby gara-gara dia ngeduain gue sama cewe lain!!"
jelasku

''APAH? jadi cowo yang sering lo ceritain ke gue itu si Boby Jes?"
tanya Lia

"ia, masa lo baru tau si?? Jadi waktu itu tuh gue mergokin Si Boby lagi mesra-mesraan sama cewe di Mall"
tuturku

"aduh.." Lia tepak jidak "kalau gue tau Lo pacaran sama si Boby gue gak akan ngebiarin sepupu gue jadian sama Boby Jes!!"

"HAH? Jadi cewe yang sama Boby waktu itu sepupu lo? Ikh. . Nyebelin banget si si Boby itu!!"
aku pun kesal dan merobek-robek selembaran itu

"aduh Jes, sory gue gak tau, tapi lo gak usah marah-marah gitu dong!! Kan sekarang ada si Pangeran Kodok"
seru Lia yang langsung membuatku ingat kepada Arga. Dan langsung aku berpikir sejenak tentang semua ini
Oiya ya.. Kan sekarang gue udah punya Arga, si pangeran kodok gue.. Pikirku

tak lama setelah kuberpikir seperti itu tiba-tiba saja aku melihat sosok seorang wanita cantik yang berjalan menghampiriku bersama Arga, entah siapa perempuan itu. Setelah kuperhatikan lagi dari cara wanita itu berjalan sepertinya tak asing lagi dibenakku, semakin dekat mereka melangkah menghampiriku semakin aku tambah mengenali wanita itu
"MAMAH..?MAMAAAAH!!" Aku teriak memeluk kedatangan mamah yang begitu surpice
"mah!! Mamah tuh tega banget si ninggalin aku sendirian dirumah!"
seruku memarahi mamah

"kan a

da si pangeran kodok yang nemenin kamu..hehe"
ujar mamah menggodaku

"jadi? Mamah sudah tahu hubungan kita Ga?"
tanyaku beralih ke Arga

"Iya ratuku, Oiya, ada Surpice yang mau tante Sofi kasih tau kekamu!!"
jelas Arga yang membuatku kembali bertanya kepada mamah

"Surpice? Surpice apa mah?"
tanyaku serius

belum sempat mamah jawab tiba-tiba saja ada seorang laki-laki dewasa yang menghampiri kami, paras wajah dan bentuk tubuhnya benar-benar perfec, seperti Bule!!

"hy Jesika.. Me papah baru you!!"
ucap si laki-laki itu

"WHAT?? Papah Baru??. . Haaaa.."
sahutku, Gubrakkk!!

Sementara yang lainnya mentertawakanku dengan gembira

"DASAR SI RATU KODOK!!"

_selesai_
Nia kurnia sari
Bogor/01/07/2013

PUISIKU

~NIKMATNYA RAMADHAN~

Hamparan warna senja di batas waktu sore dan malam
aku berdiri tegak tak ingin jauh menghindar

Suara perut semakin beirama kencang
tergonjang-ganjing lelahnya melaksanakan niat seharian
dahaga pun menggaruk tenggorokan

Puji syukur adzan telah berkumandang
kumpulkan doa di atas meja yang tersaji kenikmatan
lalu mulai tersenyum menyapa ta'jil yang sudah di siapkan

Nikmatnya ramadhan
bulan penuh ampunan
hingga saat hari kemenangan tiba
kan ku sambut dengan hati yang bahagia.

Nia kurnia sari
Bogor/29/07/2013

==================================================================================================
~SUASANA SUBUH~

Kebesaran tuhan
pagi ini kau suguhkan lagi keindahan

bintang masih berkerlip
sementara surya tengah mengintip

awan putih gemas ingin keluar
melihat bumi dan seisi alam

burung-burung masih menyimpan kicauan
pun dengan mawar yang siap bermekaran

subuh
ku terlena akan bias cahaya yang akhirnya merona
menghantar kan aku untuk tak berhenti mencari kilauannya

Seruan adzan berkumandang
bergegas panggilan tuhan ku laksanakan

jelang pagi menjemput subuh
namun sisa-sisa cahaya muda masih betah menghias angkasa.

Nia kurnia sari
Bogor/31/07/2013
==================================================================================================
~UNTUKMU MAMAH~

Ku lihat senyuman itu semakin tak indah di pandang
semakin hari semakin tak melekuk panjang
ada kah gundah yang sedang menghadang?
atau kah karna aku yang jarang pulang?

Mamah oh mamah

tak jarang ku tatap matamu yang terlihat lelah
parasmu yang elok rupawan pun terlihat tak menawan
serta ku rasakan ada gejolak resah yang menerpa

Mamah oh mamah

aku adalah anakmu yang tak tau waktu
membiarkan mu selalalu menunggu
membiarkan mu terlelap tanpa selimutmu

kini aku telah menyadari
betapa besarnya anugrah cinta dan kasih sayang yang telah ku dapat kan

untukmu mamah
aku akan menjadi anak yang shalehah.

Nia kurnia sari
Bogor/30/07/2013
==================================================================================================
~PENUH KEPALSUAN~

Layaknya manusia di balik layar kaca
pandai berakting dan berkata-kata
lupa akan kisah nyata lalu menghilangkan iman di dada

Lidah siapa yang bertulang?
Mampu kah ia menjilat ucapannya?
tidak seperti lidah yang tak bertulang, mampu memutar balik kan fakta dengan kebohongan

kepalsuan menjadi raja
kebohongan adalah temannya
lalu sang pendusta adalah racun pembawa petaka

sungguh kasihan mereka
sedang asik bermain lidah namun malaikat tak pernah bosan mencatat dosa-dosanya.

Nia kurnia sari
Bogor/30/07/2013
==================================================================================================
~PENUH DOSA~

Teriakku bukan memanggilmu
tangisku bukanlah menangisimu

HIDUP!
Aku menakuti kehidupanku sendiri dalam sepi
dan terlupa akan kebahagian yang mungkin saja bisa ku miliki

Semua telah bernadakan sendu
caci maki hati slalu ku ucapkan
Kadang resah, seakan jiwa tak bernyawa

Pahit pun kutelan
indahnya hidup tak terasa telah ku
abaikan

Ingin mati!
inginnya kuakhiri semua ini
namun apalah dayaku
hidup penuh dosa tak ingin ku tambah dengan dosa.

Nia kurnia sari
Bogor/29/07/2013
==================================================================================================