Kamis, 04 September 2014

Cerpen:~Siapkah Aku?~



-SIAPKAH AKU?-
Oleh : Niaw Shinran


Present ...

Dari sekian banyaknya cerita yang kudengar, dari sekian banyaknya pertanyaan yang kudapatkan, siapkah aku? Entahlah, yang kutahu segala sesuatu yang telah diniatkan dari hati belum tentu akan terjadi, kecuali jalan Tuhan, kita hanya patut menunggu.

**

''Iya, aku udah lama banget ngerencanain ini semua, bahkan sebelum pertunangan itu terjadi pun sudah aku rencanakan, tapi ... '' seru Nayla, salah satu sahabatku yang sudah bertunangan lima bulan yang lalu

''Tapi apa Nay?'' tanyaku serius

''Tapi, dia mengulur waktu untuk yang kesekian kalinya May, aku tuh bingung harus ngomong apa lagi sama ayahku, sementara diluar sana sudah banyak yang tahu kalau diakhir bulan ini aku akan menikah'' ujar Nayla menceritakan semua kebimbangannya. Aku hanya bisa menghela napas dan mencoba memberi sedikit ketenangan untuknya.

Nayla, sahabatku yang sudah kebelet nikah dari satu tahun yang lalu itu sedang dilanda kebimbangan, kekasihnya kembali mengulur-ulur waktu untuk menentukan tanggal, hari serta bulan pernikahan mereka, sementara disisi lain ayahnya yang bisa dibilang keras kepala merasa kalau kekasihnya itu hanya ingin mempermainkan keluarganya saja. Sering sekali Nayla datang ke rumah untuk mencurahkan isi hatinya kepadaku, mau senang ataupun sedih seperti sekarang ini, tak sendiri, Nayla selalu datang bersama sahabatnya, termasuk sahabatku juga, Ita namanya. Ita pun tak bisa berkomentar banyak akan permasalahan yang sekarang ini Nayla hadapi, namun sebagai sahabat yang baik, aku dan Ita akan selalu ada untuk Nayla, biar bagaimanapun kita bertiga adalah sahabat yang sudah seperti keluarga.

Sesekali aku mengambilkan Nayla tisyu untuk menghapus air matanya yang mulai menetes, mendengar ceritanya membuatku ikut merasakan apa yang dirasakannya, sesama perempuan pasti aku juga akan mengalami hal yang sama walaupun berbeda cerita, tapi aku selalu berdoa untuk kebaikan semuanya.

''Nay, coba kamu minta dia untuk bicara langsung sama Ayah kamu, biar sama-sama enak dan bisa dicari jalan keluarnya'' saranku

''Iya Nay, ini tuh udah jadi urusan keluarga dia sama keluarga kamu, jadi harus dibicarakan baik-baik'' lanjut Ita

''Ita bener Nay, memangnya apa sih alasan dia kenapa selalu mengulu-ulur waktu?'' tanyaku

''Hiks ... dia bilang persiapannya belum 100% siap May, Ta, tapi kenapa dulu dia selalu bilang siap, siap dan siap kapan aja, tapi nyatanya apa? Dia malah kaya gini kan, aku tuh malu sama teman-teman yang lain dan juga tetangga-tetangga aku yang mulutnya pada ember!'' seru Nayla dengan sedikit emosi

''Sabar Nay, semua masalah pasti ada jalan keluarnya kok'' ujarku

''Iya aku tau itu, makanya aku dateng kesini mau sharing sama kalian berdua, biar beban yang aku hadapi ini sedikit berkurang, siapa tau aja kan kalian punya solusinya buat aku'' celoteh Nayla sambil merobek-robek tisyu yang sedikit basah bekas air matanya. Aku dan Ita saling bertatapan dan sepertinya ada yang ingin Ita katakan padaku

Dreeet ... Dreeet ... Dreeet

Ponselku bergetar tanda ada sms masuk, lantas kulihat dan kubaca, ternyata sms itu dari Ita, pantas saja sedari tadi kulihat tangannya sibuk mengetik sesuatu di ponselnya

''Maya, aku gak bisa ngasih solusi apa-apa kalau untuk urusan serumit itu ke Nayla, karena aku gak punya pengalan apa-apa tentang itu, jadi aku gak mau banyak bicara lagi, aku takut salah, kamu aja ya yang tenangin Nayla, aku mau shalat dulu'' isi pesan Ita.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul empat sore, adzan ashar pun telah berkumandnag. Ita permisi ijin ke kamarku untuk menumpang shalat, kini hanya aku yang mendengarkan keluhan Nayla. Tak tega rasanya melihat sahabatku sesedih ini, kulihat sekarang Nayla tengah melihat-lihat photonya bersama kekasihnya di dalam ponselnya, sekejap rona wajahnya tak terlihat sedih, namun beberapa detik kemudian Nayla terlihat sedih kembali, yang aku takutkan Nayla depresi, jangan sampai itu terjadi ya Tuhan.

Lima belas menit kemudian Ita keluar dari kamarku, tentunya sudah selesai shalat, aku dan Nayla tengah haid.

''Lama banget shalatnya Ta??'' tanya Nayla

''Kan baca-baca doa dulu, tak lupa pula aku doain kamu supaya masalah yang kamu hadapi sekarang ini ada jalan keluarnya'' ucap Ita

''Amiiin ... '' seruku dan Nayla secara bersamaan

Lalu tiba-tiba Nayla menanyakan sesuatu tentang pernikahan kepadaku dan juga Ita, lantas pertanyaan Nayla itu membuatku dan Ita tersenyum simpul dan menjawab seadanya
''Kalau kalian berdua kapan mau marid?'' tanya Nayla

''Biar Maya duluan deh yang ngejawab, kalau aku kan masih PDKTan tuh, jadi masih belum kepikiran menikah, heehehee'' seru Ita sedikit mencubit pahaku

''Yee, namanya juga rencana Ta, berandai-andai juga gak apa-apa kali'' ujar Nayla yang sepertinya sudah sedikit tenang

''Iya siii, tapi beneran deh aku gak kepikiran untuk nikah diusia muda, kalian tau sendirikan kalau ibu sama ayahku itu doyan banget ngejodoh-jodohin anaknya, kayaknya aku nunggu dijodohin aja, tapi gak tau kapan, soalnya aku masih punya dua kakak yang melum menikah, heheheheee'' jelas Ita yang lebih memilih pasrah akan pilihan kedua orang tuanya

''Lho?? Terus cowok yang lagi PDKT sama kamu gimana?'' tanyaku

''Kan masih PDKT May, belum tentu juga jadiankan'' celoteh Ita. Aku dan Nayla hanya menggeleng-gelengkan kepala

''Terus kamu May?'' tanya Nayla padaku

''Aku? Mmm ... Aku juga gak kepikiran untuk nikah muda sih, siap gak siaplah, tapi pacaran lama-lama juga gak enak, yang aku takutin malah putus ditengah jalan, tapi jangan sampe deh kaya gitu'' jawabku

''Aku kasih saranin ya sama kalian berdua, kalau bisa gak usah deh pake acara tunangan-tunangan segala, takutnya malah lama ketahap penikahan dan ujung-ujungnya tetap aja masih pacaran, kaya aku, hmmmm'' Nayla kembali curhat

''Hahaha, iya Nay, udah dong gak usah sedih lagi, semua pasti akan indah pada waktunya'' seru Ita

''Jiyaaah, kaya Judul lagunya Delon tuh, hahaha...''

''Iya, semoga, semoga dan semoga ... Amin ya Allah'' lanjut Nayla

Obrolan panjang antara aku, Nayla dan Ita pun semakin panjang dan menarik, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Nayla dan Ita pun pamit pulang dengan meninggalkan cerita di rumahku. Setelah mendengarkan cerita Nayla, ada yang terpikirkan di dalam otakku, menikah itu bukankah hal yang sepele, menikah itu bukanlah hal yang harus ditunda-tunda, ya, aku tahu, tapi kesiapan diri haruslah tetap menjadi nomer satu, hati, batin, jiwa dan raga, semua itu harus dipersiapkan.

Siapkah aku Menjalani hari-hari dengan seorang suami? Siapkah aku menjalani hari-hari dengan menjadi seorang istri? Siapkah aku memegang amanah untuk berbakti kepada suami? Siapkah aku menimang anak sebagai bukti cinta suami dan istri? Aku harus siap? Apakah harus sekarang? Tidak! Aku belum siap.

Tak hanya Nayla yang kudengar kabar penikahannya yang terombang-ambing bak sebuah ban di tengah lautan yang notabenenya karena diawali dengan pertunangan, apa sih makna dari pertunangan itu sendiri? Ada yang bisa menjawabnya untukku? Disela-sela kesibukan Nayla sebagai guru, disela-sela kesibukan Ita sebagai mahasiswi dan aku sebagai seorang penulis hanya bisa berdoa.

**

Tak kudapatkan kabar dari Nayla lagi semenjak satu minggu yang lalu ia berkunjung ke rumahku bersama Ita, tapi Ita selalu tau kabar Nayla, karena adik Nayla sendiri adalah teman satu kampusnya Ita. Terakhir Ita sms padaku kalau Nayla sekarang sedang dekat dengan seorang laki-laki yang katanya mantan adik kelas kami sewaktu SMA, aku hanya mendecahkan bibir.

Sore ini aku berniat untuk bertemu Ita disalah satu warung bakso yang tempatnya tidak jauh dari kampus Ita sendiri, pertemuan kami sekaligus untuk merayakan hari ulang tahun Ita yang ke 20 tahun, sayangnya Nayla tidak bisa datang karena sibuk.

''Hay, May ... Apa kabar?'' sambut Ita yang sudah stay di warung bakso langganannya

''Baik, Ta, kamu apa kabar?'' tanyaku balik

''Kabar aku baik kok, cuma sedikit agak flu aja sih''

''Flu apa? Jangan-jangan flu burung, hahaha'' ledekku

''Woo! Enak aja ... Kamu mau bakso gak? Aku pesenin ya ...?'' tanya Ita, aku mengiyakannya

Disela-sela perbincangan Aku dan Ita, kita membahas soal kedekatan Nayla dengan brondong itu, tak begitu heran ataupun kaget, karena Nayla memang sedikit labil, dia masih saja dekat dengan beberapa laki-laki, walaupun diantara mereka tidak ada apa-apa.

''Kok bisa sih si Nayla deket sampai-sampai jalan bareng sama brondong itu, Ta?'' tanyaku penasaran

''Manakutahu, Nayla cuma cerita kalau dia emang lagi deket banget sama dia, padahal kalau diperhatiin tuh berondongkan mantan bullian kita waktu SMA'' seru Ita

''Hah?? Serius?? Yang kumisan itu? Ckckckc'' ...
''Nayla tuh gila ya? Punya masalah bukannya diselesaikan malah berulah'' lanjutku

''Udah gak usah dipikirin, kan bukan sekali atau dua kalinya Nayla kaya gitu, Nayla cuma butuh waktu untuk mendewasakan diri'' ujar Ita

''Hah! Tapi aku salut sih sama dia, masih muda tapi udah kebelet pengen nikah'' celotehku

''Nikah muda itu bagus kok, pastinya di atas 17 tahun, nikah muda, punya anak, anak udah gede, sukses, dan kita tinggal menikmati kesuksesan anak-anak kita'' lanjut Ita

''Terus kamu sendiri kenapa gak kepikiran buat nikah muda waktu cerita seminggu yang lalu di rumahku?'' tanyaku

''Aku bukannya belum siap, aku kan nunggu perjodohan dari ayah sama ibuku''

''Kok kamu gak sedih sih dijodoh-jodohin kaya gitu? Kalau aku sih ogah'' kataku

''Siapa juga yang mau dijodoh-jodohin May, sebagai anak baik, pintar dan shalehah kaya aku gini nih harus patut sama orang tua, nyari jodoh itu susah loh, makanya aku pengen tau seperti apa pilihan mereka untukku nanti, kalau boleh memilih sih aku lebih memilih nyari jodoh sendiri, tapi apa boleh buat, sudah tradisi di keluarga sih'' jelas Ita membuatku berpikir keras untuk memahami ucapannya yang sedikit kolot
''Kamu kapan dong maridnya? Aku udah gak sabar jadi pagar ayunya, hahaha'' lanjut Ita

''Jangan tanyakan hal itu padaku, aku masih belum kepikiran untuk menikah, aku belum siap'' jawabku

''Hahaha ... Oke deh''

Pertemuan kami pun menyenangkan, makan bakso, ngobrol-ngobrol, saling bertanya satu sama lain, tukar pikiran dan masih banyak lagi.

Jangan memaksa untuk bilang 'ya' sementara hati tak mengatakan apa-apa, jangan berbohong untuk bilang 'tidak' sementara hati sudah berkata jujur, selaraskan hati dan bibirmu, selaraskan sikap dan pemikiranmu, jangan berbuat bodoh atas kelabilanmu, jangan bertingkah angkuh atas kedewasaanmu.

Selesai

Bogor, 04 September 2014

Cerpen:~Cintaku Bukan Drama~



-CINTAKU BUKAN DRAMA-
Oleh : Niaw Shinran

Present ...

''Lupakan yang pernah terjadi di antara kita, karena yang kulakukan hanya sebatas pormalitas belaka''

**

Tak enak rasanya menjadi seorang pengagum, apalagi hanya sebatas pengagum kecil yang dipandang sebelah mata, layaknya kerikil di antara bebatuan yang menumpuk, sama sekali tak terjamah dan tak terlihat, apalagi dapat dicintai, nasib ...

Aku akui bahwa sudah beberapa bulan lamanya perasaan ini muncul, entah harus dengan cara apalagi untuk kulupakan, sementara sinetron yang sering kulihat terus saja mempengaruhi otakku dengan adegan-adegan dimana yang mencintai itu harus berusaha dapat dicintai pula, apakah aku harus beracting seperti halnya disinetron? Tidak, aku tidak mau ada drama, apalagi ini urusannya dengan yang namanya cinta, biarlah, biarlah mengalir apa adanya.

Dialah Dika, laki-laki yang kusukai selama ini. Popularitasnya sebagai salah satu laki-laki tampan di kampus memang patut diacungi jempol, bahkan beberapa sensasinya yang dianggap panas mampu mengalahkan popularitas beberapa laki-laki tampan yang lainnya, apa yang kusukai darinya? Mmmm entahlah, namanya juga naluri perempuan, gak boleh liat yang ganteng dikit langsung berasa sejuk di hati, mungkin karena aku memang lagi jomblo juga si. Plakk!!
Aku pernah sekali memberikan sesuatu kepada Dika dihari ulang tahunnya berupa kaos pendek berwarna merah yang bertuliskan 'I Love You', ketika dipakainya kuharap dia mengerti akan maksudku, ya, kuharap dia tak hanya mengatakan terimakasih, tetapi juga mengatakan ''I love you too'', alhasil sia-sia, dia hanya tersenyum simpul lalu disibukan dengan banyaknya hadiah yang diterimanya.

''Gimana, gimana? Dia suka sama hadiah dari lo?'' tanya Gina temanku

Aku menghela napas dan duduk dengan kecewanya
''Kayaknya si dia suka, bahkan bajunya dia pake kok'' jawabku

''Ahhhh serius? Wah selamat yaaaa, akhirnya cinta lo gak bertepuk sebelah tangan juga'' riang Gina tak bisa membeca raut wajahku

''ihhh! Siapa juga yang nerima cinta gue, orang dia gak ngucapin apa-apa kok, dia cuma senyum terus ... '' diam sejenak

''Terus apa Nel?'' tanya Gina menyerobot penasaran

''Yaaa gitu deh, gue gagal ... Hikss'' aku memeluk Gina dan bersandar di pundaknya

''Cup cup, lo yang sabar ya Nela, gue yakin ada banyak cowok lain yang mau nerima cinta lo'' ujarnya

''Lo kok ngomongnya gitu banget si, emangnya gue gak laku banget apa'' cetusku

''hehehe ... '' Gina cengengesan lalu mengelus pundakku

Tak hanya aku yang patah hati waktu itu, banyak perempuan lain yang juga dibuat patah hati oleh Dika, semampunya kami sebagai kaum hawa hanya bisa menangisi saja, tapi tidak untuk berkelanjutan walaupun hati tak bisa tuk berdusta, karisma dari seorang Dika semakin hari semakin terlihat mempesona, bentuk bibirnya yang rintik dan berwarna merah seperti karet gelang yang teranyam benar-benar cute.

Satu bulan kemudian rehabilitas dari patah hati pun mulai memudar bahkan terlupakan. Pagi-pagi sekali aku berangkat ke kampus untuk menemui Gina, entah ada apa dia menyuruhku datang ke kampus pagi-pagi sekali. Kulihat Gina sudah menunggu di depan kampus, tak lama kemudian dia menarik tanganku menuju ke toilet

''Gina! Lo apa-apaan sih tarik-tarik tangan gue kaya gini? Emangnya gue kambing apa!! Ughh!!'' merongosku, Gina hanya cengengesan lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya

''Taraaaa ... Liat nih gue bawa apa buat lo Nel'' ujar Gina menaik turunkan alisnya yang tipis sambil tersenyum memperlihatkan sesuatu yang dipegangnya sekarang

''Buat gue? Apaan nih?'' diam sejenak mengambil apa yang ada ditangan Gina, ''What? Ini buat gue? Baju alay kaya gini buat gue, Na? Gak salah?'' jelasku menggeleng-gelengkan kepala dengan herannya

''Iya, baju ini harus lo pake, gue mau satu semua orang yang ada di kampus ini tau kalau lo itu sebenarnya cantik, termasuk Dika, urusan makeup biar gue yang makeapin lo, hehe'' jelas Gina membuatku semakin tak mengerti

''Ta-tapi, Na ... Gue gak butuh kaya beginian, baju alay kaya gini gak pantes buat gue''

''Ihh baju alay apanya si, Nel, ini tuh baju trend di tahun 2014, lo kudate sih'' celotehnya lagi

''Terserah lo deh, mau trend di tahun berapa juga pokoknya gue gak bakalan pake baju itu''

''Pokoknya harus!'' Gina memaksaku dan merubahku seperti magic, beberapa menit kemudian aku sudah seperti merenkarnasi dengan tampilan yang berbeda, oh my god.

''Aaaaaaa ... Gina! Kenapa gue jadi kaya tante-tante gini sih?'' tanyaku terkejut melihat penampilan baruku

''Lo nora banget siiii ... Gue udah makeupin lo senatural mungkin, lo itu cantik Nela, yuk kita keluar'' ajak Gina menarik tanganku

''Gue gak mauuu ... Jangan paksa gue''

Brakkkk ...!

Dengan kencangnya Gina menarik tanganku keluar dan membanting sepatuku kelantai, kini yang kupakai adalah baju aneh yang entah apa itu namanya, juga heels yang tingginya lima senti sudah menggantikan sepatuku.

Banyak orang yang menatapku, entah menatap karena aneh atau yang lainnya, yang ada dipikiranku sekarang ini hanyalah pemikiran-pemikiran negative. Ada pula yang menyapaku dengan berbagai kata-kata

Cowok1 : ''Hay Nela, penampilan baru lo oke juga, jadi pangling gue ngeliatnya''

Cowok2 : ''Widiiiih, ada mahasiswa baru dari mana nih seger banget diliatnya, neng, dangdutan dama Aa nyokk ... Hahaha''

Cewek1 : ''Nel, lo salah minum obat ya? Sepatu dekil lo kemana? Hahaha''

Cewek2 : ''Ciee, kenapa gak kemarin-kemarin aja tampil cantik Nel?''

Pak Dosen : ''Wahh ... Bapak jadi naksir sama kamu''

''Aaaaaah ... Kabur, Na, gue gak mau ditaksir sama dosen burik kaya dia'' aku menarik tangan Gina berlari ke arah kantin

Brukkk ... !

Aku menubruk seseorang yang tak lain adalah seseorang yang kusukai selama ini, ya, Dika. Aku menganga ketika melihat kalau yang kutubruk itu adalah Dika, spontan aku langsung meminta maaf dan merapihkan rambutku

''So-sory sory ya, aku gak sengaja, soryyyy banget'' ucapku

''Lo? Lo itukan cewek yang ngasih gue hadiah yang isinya kaos bertuliskan I love you kan?'' tanya Dika

''I love you too ... '' celotehku bengong melihat wajahnya sedekat ini

'' ... ?'' Dika terdiam melihat sikap anehku tadi

''Nel, Si Dika lagi nanya sama lo, bukan lagi nembak lo, huh! Lo payah'' bisik Gina yang memecahkan lamunanku

''Eng? Sory ya ... I-iya aku yang ngasih kaos itu ke kamu, hehehe, kamu suka kan?'' tanyaku mulai basa-basi

''Iya, gue suka, btw lo kok beda banget ya? Gak kaya waktu lo ngasih hadiah itu ke gue'' ujar Dika

''Mmm maksudnya?'' tanyaku tak mengerti

''Maksud gueeee lo hari ini cantik, kalau boleh tau siapa nama lo? Sekalian nomer handphone lo'' jelas Dika menanyakan namanku dan meminta nomer ponselku, jantungku berdetak kencang tak karuan, rasanya aku ingin sekali mencium pipi Gina untuk mengucapkan terimakasih atas apa yang sudah dia lakukan

''Namaku, Ne-nela ... '' diam sejenak untuk menulis nomer ponsel, ''Dan ini nomer aku'' lanjutku

''Oke, thanks ... Salam kenal Nela, gue cabut dulu, bye''

''Bye ... '' ''Oh Tuhaaaaan, mimpi apa gue semalem, Na ...? Tadi Dika minta nomer hape gue'' seruku

''Wahhh Dika pasti suka sama penampilan lo yang sekarang, lo harus banyak-banyak berterimakasih sama gue, Nel'' ujar Gina

''Iya, Nam gue terimakasih banyak banget sama lo, kalau gitu hari ini gue traktir lo makan sepuanya di kantin, yuk'' ajakku

Sengan wajah sumringan Gina pun kuajak kekantin untuk merayakan hari terristimewa bagiku.

**

Semalaman aku menunggu adanya sms atau telfon dari Dika, harap-harap cemas aku melirik ponselku berulang-ulang kali, hingga pada pukul satu pagi aku tertidur dan terbangun setelah beberapa menit kemudian ada nada sms yang kudengar, tadinya kupikir itu sms dari Gina yang selalu memintaku untuk menemaninya curhat, tapi satu nomer baru yang kulihat yang bertuliskan sms seperti ini, ''Hay cantik, kayaknya gue suka deh sama lo, tiga kata yang ada di kaos pemberian lo itu masih berlaku untuk gue jawabkan? Kalau iya gue mau to the point langsung sama lo, I love you too, mulai hari ini kita sudah resmi jadian. -Dika-''

''Aaaaaa .... Yes! Yes! Yeeeeees! Akhirnya Dika nerima cinta gueeeeeee'' aku terkejut lalu berteriak histeris bahagia, sampai-sampai kedua orang tuaku terbangun dari tidurnya

''Nela, Nel ... Kamu kenapa? Kok teriak-teriak? Buka pintunya Nel'' teriak Ayah dan ibu dibalik pintu

''Gak ada apa-apa kok bu, yah, ta-tadi itu ada kecoa masuk keselimutnya Nela'' jawabku berbohong

''Kamu tuh buat panik Ibu sama Ayah saja'' ucap Ayah

''Iya maaf''

Lalu ibu dan ayah pun kembali ke kamar mereka, sementara aku tidak bisa tidur sampai matahari terbit, rasa ngantuk tak kurasakan, beberapa kali kubaca sms dari Dika, kini statusku bukanlah lagi sebagai seorang pengagum saja, kini aku pacaran dengannya, its amaging.

makeover yang dibuat oleh Gina memang mampu membuat Dika jatuh hati padaku hanya dalam jangka waktu satu hari, dan aku memutuskan untuk merubah penampilanku sepenuhnya seperti apa yang sudah dilakukan Gina kemarin. Hari ini aku datang ke kampus dengan Dika, aku turun dari mobil mewahnya dan menggandeng tangannya, semua pasang mata tertuju pada kami, tak terkecuali dosen burik yang naksir padaku itu, rasanya aku ongin sekali memamerkan kebahagiaanku ini kepada semua mahasisiwi betapa beruntungnya aku

''Sayang, kita kekantin yuk, aku belum sarapan nih'' ucapku

''Kamu duluan aja ya, nanti aku nyusul'' Seru Dika

''Kamu mau kemana?'' tanyaku

''Eng ... Aku mau ambil dompet, dompet aku ketinggalan di mobil, sebentar ya'' Dika pun pergi meninggalkanku sendiri untuk mengambil dompet yang ketinggalan di dalam mobilnya, tapi entahlah

Beberapa mahasiswi menghampiriku dan menanyakan apa rahasianya kenapa aku bisa jadian dengan Dika, ternyata berita itu sudah diketahui oleh semua mahasiswa, aku bingung, apa yang harus kukatakan kepada mereka, karena aku tidak punya rahasia apapun, yang kulakukan hanya merubah penampilanku saja. Tak lama kemudian tiba-tiba ada yang menarik tanganku yang tak lain adalah Gina

''Ihh! Lo kebiasaan banget siihh! Jangan taik-tarik gue kaya kambing dong'' cetusku

''Duh sory-soryy, gue cuma bantuin lo menghindar dari mereka Nel'' ucap Gina

''Iya, tapi gak gitu juga caranya, tangan gue sakit tau ... ''

''Btw, selamat ya Nel, akhirnya lo bisa jadian juga sama cowok yang lo taksir selama ini''

''Thanks ya Gin, ini semua juga berkat lo kok''

Aku sudah lupa dengan rasa laparku lalu mengajak Gina untuk masuk ke kelas.

Satu minggu kemudian, popularitas Dika di kampus semakin menjadi nomer satu, yang kurasakan semenjak jadian dengannya adalah hambar, semenjak jadian dengan namaku juga ikut populer, namun aku tak membutuhkan itu, yang aku butuhkan hanya perhatian darinya, Dika memang baik, dia selalu menyempatkan waktu disela-sela kesibukannya untuk menemuiku, walau hanya untuk beberapa menit saja, bahkan Dika sudah sangat baik padaku, Dika tidak segan-segan memperkenalkanku kepada teman-teman yang juga setara kepopulerannya, tapi kenapa aku masih merasa kalau Dika gak benar-benar ada untukku? Apakah aku belum terbiasa? Mungkin saja iya mungkin saja tidak.

Hari ini aku datang kekampus sendiri, ada yang berbeda lagi dari penampilanku, tentunya kukembalikan penampilanku yang dulu lagi, aku sudah tak nyaman memakai pakaian yang serba terbuka, belum lagi kedua orangtuaku melarang sekali aku memakai baju alay yang kemarin kupakai, penampilanku yang dulu membuatku nyaman untuk melakukan aktivitas apapun. Dan lagi, semua pasang mata tertuju padaku dengan dua alasan, pertama karena aku tidak ditemani oleh Dika, yang kedua karena penampilanku kembali seperti dulu lagi, Nela yang simple.

''Nel, lo yakin mau pake baju itu lagi kaya dulu?'' tanya Gina

''Iya, Na ... Gue sebenarnya gak nyaman banget pake baju-baju terbuka kaya kemarin itu''

''Tapi gimana sama Dika nanti? Dika belum tentu suka sama penampilan lo yang sekarang ini'' ujar Gina

''Gue yakin kalau Dika pasti mau nerima gue apa adanya, gua gak mau Acting atau Drama di depannya kalau gue suka pake baju itu, makanya hari ini gue mau bilang ke dia kalau gue lebih suka tampil apa adanya'' jelasku

Tin ... Tin ...

Kudengar bunyi klakson mobil dari belakang, ternyata itu Dika
''Nel, masuk ke mobil aku sekarang'' ucap Dika serius, lantas aku menurutinya dan masuk ke dalam mobil. Dika memutar balik arah ke luar kampus

''Sayang, kita mau kemana?'' tanyaku

''Kita gak akan kemana-mana kok'' jawabnya

''Terus??''

Ngikkk ... !

Mobil berhenti secara tiba

''Aku mau ngomong sesuatu sama kamu'' seru Dika serius dengan menatap ke depan

''Kamu mau ngomong apa? Kayaknya serius banget deh'' tanyaku

''Ini emang serius, aku mau kita putus sekarang juga'' jelas Dika membuatku terkejut dengan pernyataannya

Deg ... Deg ... Deg ...

''Ta-tapi kenapa? Apa karena penampilan aku yang kaya dulu lagi? Atau ada oranf ketiga?'' tanyaku serius

''Bukan, bukan karena itu, kamu taukan kalau aku punya selera tinggi dalam memilih pasangan, apa kamu gak merasa kalau kamu itu gak pantes buat aku?'' ucapan Dika menyayat hatiku

''Tapi kenapa? Kenapa di sms kamu bilang seperti itu sama aku? Dan kenapa kamu lakuin semua ini sama aku? Apa salah aku? Hikks ... '' tanyaku, air mata mulai menetes ke pipi

''Lupakan semua yang pernah terjadi di antara kita, karena yang kulakukan hanya sebatas pormalitas belaka'' ucapnya semakin membuat hatiku sakit

Betapa bodonya aku saat ini di hadapannya, air mataku menetes tak berguna menangisi laki-laki yang tak punya hati seperti Dika

''Sekarang aku minta kamu keluar dari mobilku'' pintanya

Dengan senang hati akupun langsung bergegas keluar dari dalam mobilnya, dan kini hanya punggung mobilnya sjalah yang bisa kulihat dari kejauhan. Kali ini aku mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga, tak ada yang tahu jalan Tuhan seperti apa, namun yang pasti aku sudah siapa seseorang yang kusukai selama ini, dia tak lain adalah laki-laki yang tak punya hati dan perasaan.

Mencintai seseorang dengan kekurangan yang kita miliki akan menciptakan cinta yang sederhana dan apa adanya, sementara kelebihan yang dibuat-buat hanya akan menciptakan ketidakjujuran dan kebohongan.

Tak ada cinta yang sempurna melebihi cinta terhadap diri sendiri.

Selesai

Bogor, 03 September 2014

Cerpen:~Campur Aduk Rasa~


-CAMPUR ADUK RASA-
Oleh : Niaw Shinran

Present ...

Setelah sekian lamanya menyendiri dalam balutan sepi juga ikatan status jomblowati, sekian lamanya menanggapi cemoohan dan bulian yang membuatku sering menangis sendiri, benarkan aku adalah perempuan terpayah di dunia ini? Atau terjelek, terhina, tersisih, terasing, ter-ter-ter-ter ... Ah! Forget it. Kini aku punya cinta.

**

Namaku Leria, ya, aku tahu, tak ada yang menanyakan itu, setidaknya kalian tidak akan bertanya siapa namaku setelah mengetahui aibku selama menjadi jomblowati, malang sekali bukan? Begitulah.

Satu tahun yang lalu, ingatanku masih sangat bagus, sampai sewaktu ketika aku dipermalukan oleh mantan sahabatku sendiri yang bernama Ayu, semenjak dia memiliki pacar yang bisa dibilang anak orang kaya, semenjak itulah dia menjauhiku karena statusku yang masih saja jomblo dan dia malu berteman dengan jomblowati sepertiku, mungkin dia merasa lebih cantik setelah memiliki pacar. Kejadian itu begitu saja terjadi tanpa memberikanku kesempatan untuk menghindar. Ayu sebagai ketua tim basket perempuan di sekolahku dengan sengaja melempar bola basket ke kepalaku, sakitnya bukan main, kata teman-teman yang melihatnya sih aku pingsan, entahlah, karena setahuku aku tak pernah mengalami yang namanya pingsan. Teman-teman membawaku ke UKS, disana aku tak sadarkan diri selama tiga puluh menit, katanya, kata seseorang yang memang bertugas sebagai penjaga UKS, dia seorang laki-laki, namaya Tomi, dia cukup tampan dan membuatku salah tingkah

''Kamu sudah siuman?''ujar Tomi

''I-iya, ma-makasih ya udah jagain aku''ucapku terbata-bata. Aku mulai merapihkan rambutku dan kuarahkan jari telunjuk ke sela-sela mata kanan dan kiriku, karena kutakut ada sesuatu disana, be to the lek.

''Udah jadi tugas aku kok, kamu pingsan lumayan lama juga ya''ucapnya lagi sembari merapihkan beberapa wadah kecil yang berisikan obat

''Eng? Memangnya seberapa lama?''diam sejenak
''Sebelumnya aku belum pernah mengalami yang namanya pingsan''tanyaku

''Tiga puluh menit''jelasnya membuatku mengkerutkan kening,''Kalau begitu aku antar kamu ke kelas ya, atau kamu mau aku pintakan surat izin pulang?''ujarnya menawarkan bantuan.

''Ya tuhan dia baik banget siiiii ... Kira-kira aku izin pulang gak yaaaa??'' batinku

''Hey! Kok ngelamun?'' tanyanya sedikit mengagetkanku

''Hehe, mmmm menurut kamu baiknya gimana?'' tanyaku lagi. Tomi memainkan jari telunjuknya ke dagu untuk sedikit berpikir, hal itu membuatnya cute dan manis

''Bagaimana kalau kamu pulang saja, toh kelas sebentar lagi juga mau bubarkan'' sarannya

''Ta-tapi, hari ini aku ada piket''

''Tidak apa-apa, kan ada surat izin, kalau kamu mau nanti aku antar kamu pulang, gimana?'' ucapnya menawarkan diri untuk mengantarku pulang, tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan tawarannya itu

''Kalau begitu kamu tunggu disini dan aku akan pintakan surat izin dulu buat kamu'' ujarnya seraya tersenyum dan keluar dari ruangan UKS.

Tak tahan dari beberapa menit yang lalu menahan rasa ingin buang air kecil aku bergegas ke wc,''Hahhh ... Lega rasanya, pantas saja sering sekali ada siswi yang keluar masuk ke UKS, orang yang jaganya aja ganteng, hehe, dia mau antar aku pulang? Yess!'' seruku bahagia. Aku pun kembali ke UKS, disana sudah ada Tomi yang menunggu

''Kayaknya gak usah diantar pulang pun kamu bisa pulang sendiri'' ujarnya membuatku salah tingkah

''Ta-tapi, kepalaku masih sakit dan aku takut kalau pingsan di jalan nanti'' aku pun berbohong

''Yasudah, ditanganku sudah ada surat izin untuk kamu tunjukan ke pak satpam di depan, kalau begitu yuk aku antar pulang'' ajaknya, sekali lagi akupun mengiyakannya.

Beberapa menit lagi kelas akan bubar, sementara itu aku masih menunggu Tomi menghidupkan sepeda motornya yang sepertinya mogok, beberpa kali dia mencoba menghidupkan lagi tapi belum bisa, Tomi putus asa dan menghampiriku,''Kayaknya motor aku ngadat lagi deh, aku gak bisa antar kamu pulang jalan kaki, gimana kalau kamu pulang naik taksi aja?'' ucapnya

''Lho? Kenapa enggak bisa? Jalan kaki juga gak apa-apa kok'' jelasku berusaha untuk membuatnya harus mengantarku pulang

''Tapi gimana sama motor aku?'' tanyanya

''Mmmm kalau gak salah didekat sini ada bengkel kok, aku antar kamu ke bengkel untuk benerin motor kamu itu, yuk'' ajakku. Tomi diam sejenak

''Kenapa jadi kamu yang antar aku? Kan aku yang mau antar kamu'' katanya lagi sembari menghela napas kecil

''Tapikan motor kamu mogok, jadi sebelum kamu antar aku pulang aku antar kamu ke bengkel dulu aja, biar adil, iyakan''

''I-iya juga sih, yaudah deh ... Yuk'' Tomi pun akhirnya mau kuantar ke bengkel

Tomi menuyun motornya, sementara aku sibuk curi-curi pandang, sesekali aku tersandung, memalukan memang, tapi aku cuek saja. Bekas hujan tadi pagi membuat jalanan sedikit basah dan menimbulkan kubangan air.

Byuuuurrr ...

''Aaaaa ... Woy bawa mobilnya pelan-pelan dong, kena gue nih''seruku merongos pada seseorang yang mengendarai mobil, karenanya aku terguyur air kubangan hujan. Tomi meletakan motornya dan memberikan sapu tangan kepadaku

''Ini ambil, bersihin baju kamu pake sapu tangan aku'' ucapnya menyodorkan sapu tangan berwarna biru, jantungku berdetak kencang, tanganku gemetaran menerima sapu tangannya

''Tangan kamu gemetaran, kamu kedinginan?'' tanya Tomi

''Eng-enggak kok, yaa tapi sedikit, hehe'' jawabku terbata-bata.

Seseorang keluar dari mobil yang membuatku basah kuyup, dia tak lain adalah Ayu yang keluar dari mobil pacarnya yang memang hampir setiap hari menjemputnya pulang sekolah. Ayu menghampiriku dan mentertawakanku dihadapan Tomi

''Hahahaha, emang enak basah kuyup kaya gitu!! pasti dingin banget ya? Kaciaaaaan, jomlo lumutan kaya lo emang pantes digituin! hahaha'' cetus Ayu lagi-lagi mempermalukanku, aku hanya terdiam

''Kamu jangan kaya gitu dong sama dia, emangnya dia punya salah apa sama kamu?'' tanya Tomi yang ikut berbicara, Ayu yang baru menyadari Tomi ada di dekatku pun menarik tanganku dan berbisik menanyakan sesuatu

''Kok lo bisa sama dia disini?'' tanya Ayu berbisik

''Dia? Dia siapa?'' tanyaku pura-pura tak mengerti

''Dia, Tomi si penjaga UKS yang banyak disukai sama anak-anak di sekolah''

''Ohh, jadi namanya Tomi toh''

''Lo jangan belaga bego deh, gue tanya kenapa lo bisa sama dia?'' tanya Ayu lagi

''Dia mau anterin gue pulang'' ucapku dengan bangga karena laki-laki yang sempat ditaksirnya bisa dekat denganku, Ayu terdiam dan melepaskan genggaman tangannya dari tanganku, dengan wajah yang kesal Ayu pun pergi.

''Dia punya masalah apa sih sama kamu? Kok gitu banget jadi cewek?'' Tanya Tomi

''Dia mantan sahabat aku, tapi yaudahlah, kita terusin lagi yuk jalannya, sebentar lagi sampai ke bengkel kok'' ajakku, Tomi tak banyak bicara lagi dan kembali menuyun sepedah motornya.

Sesampainya di bengkel, Tomi membelikanku minuman dan kita duduk berdua sembari menunggu sepedah motornya selesai dibenarkan.
Entah kenapa detak jantungku yang sedari tadi deg-degan semakin dag-dig-dug, rasanya ingin kuhabiskan langsung minuman yang kupegang ini. Tomi mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri

''Kita belum kenal nama ya? Kenalin nama aku Tomi, kamu?''tanya Tomi

Lagi-lagi tanganku bergemetar untuk meraih tangannya

''Na-nama a-aku Leria'' ucapku

''Tangan kamu gemetaran lagi, kamu masih kedinginan? Atau jangan-jangan kamu masuk angin?'' tanya Tomi lagi

''Enggak kok enggak, mungkin karena gak biasa aja kali pake baju basah kaya gini''

''Yaialah, siapa sih yang mau pake baju basah, kamu sabar ya, kayaknya bentar lagi motor aku selesai deh'' jelasnya

Setelah menunggu dua puluh menit akhirnya Tomi bisa mengantarku pulang dengan sepedah motornya. Dari bengkel ke rumah memang lumayan jauh, sementara kecepatan motor yang dibawa Tomi lumayan cepat dan membuatku semakin kedinginan

''Kamu boleh peluk aku kalau kamu mau, dari pada kamu kedinginan kaya gitu'' ucap Tomi, namun aku menghiraukannya dan membiarkan tangan beserta tubuhku gemetaran

''Gak, Tom, aku gak apa-apa kok''

''Aku bisa liat muka kamu dari kaca spion, muka kamu pucet'' ucapnya lagi

''Enggak apa-apa, cuma dingin sedikit aja kok''

''Kamu kok bandel banget sih jadi cewek? Kalau kamu sakit gimana? Nanti aku yang disalahkan sama orang tua kamu''

''Tenang aja, aku gak minta kamu antar aku sampai ke rumah kok, paling sampai gang aja''

''Yaudahlah, terserah'' serunya.

Tak menyangka kalau Tomi akan seperhatian itu membuat hatiku luluh, hatiku meleleh seperti kepingan batu es yang tersiram air panas. Tanpa kusadari tangan ini memeluk tubuhnya, akupun bersandar dibahunya, kurasakan adanya kenyaman yang tak pernah kurasakan sebelumnya, kupejamkan mata dan membayangkan jika seandainya Tomi ini adalah kekasihku, pacarku, milikku, hmmm bahagianya. Kulihat wajahnya dari kaca spion, betapa lebih bahagianya aku ternyata dia tersenyum menyadari semuanya, menyadari akan adanya rasa yang seketika itu tercipta.

Tomi memegang jemariku lebih memperkuat pelukanku terhadapnya, kini rasanya aku ingin terbang bersama ribuan bintang dan kan kuukir di lagit kata-kata bahwa aku sedang jatuh cinta, betapa banyaknya rasa yang kini kurasakan, senang karena bisa merasakan jatuh cinta lagi dengan seseorang yang sepertinya juga merasakan hal yang sama denganku, sedih karena aku harus dimusuhi oleh sahabatku sendiri dengan masalah yang baru, rasanya campur aduk, tak terkira sebelumnya, tapi inilah kehidupan.

**

Cinta dan persahabatan itu memang memiliki makna yang berbeda, tidak setiap dua hal di antara itu bisa saling melengkapi, adakalanya perbedaan membutakan hati dan pikiran, akan tetapi perbedaan itulah yang menciptakan warna di dalam setiap cerita.

Tomi, your always on my mind and my dreams ...

Selesai

Bogor, 03 September 2014