Sabtu, 18 Januari 2014

CERPEN:~Aku Ingin Menikah~




~AKU INGIN MENIKAH~

Oleh: Niaw Shin'Ran

Present..

Entah kapan aku akan merasakannya..
*
Apakah karna takdir? Atau hanya suratan nasib hidupku? Berulang kali kutanam benih asmara, namun tak kunjung berbuah. Selama ini aku hanya menjadi seorang wanita yang sederhana, tak pernah mengagumi segala hal yang indah diluar ciptaan tuhan, yang kutahu dunia ini lebih indah dari segalanya. Memiliki masalah yang sering terulang, bagaikan D'javu yang selalu terulang-ulang, bersemi lalu layu, layu lalu bermekaran lagi, entah sampai kapan akan seperti ini. Orang bilang aku wanita yang tak pernah menghargai sosok seorang pria, lantas bagaimana aku dimata tuhan? Apakah aku harus bertahan di dalam kisah yang membuatku tak nyaman? Atau berpura-pura nyaman? Tidak! Aku bukan wanita seperti itu, aku tidak akan pernah bisa dibutakan oleh cinta.

Satu tahun setelah kepergian Zidan dari kehidupanku, aku mencoba membuka hati lagi untuk Alex, namun sayangnya, ternyata Alex selingkuh! Lantas aku tinggalkan dia, hubunganku dengannya hanya satu bulan lamanya, setelah itu, aku mencoba kembali membuka hati untuk pria lain, yaitu Putra. Hubungan kami lumayan cukup lama, namun ketika aku tahu kalau Putra adalah seorang pecandu narkoba, aku tak segan-segan untuk memutuskan hubungan kami. Rasanya aku sudah lelah dengan yang namanya 'Pacaran', aku ingin menikah saja.
**
Aku bosan diCAP sebagai wanita playgirls oleh teman-teman dan tetanggaku, mereka pikir aku wanita yang tak pernah menghargai apa itu cinta, tapi yang jelas, mereka tidak tahu apapun tentang keburukan dan kebaikanku, yang tahu hanya aku dan tuhanku. Sempat aku berpikir, apakah tidak ada lagi pria baik untukku? Ah! Itu pikiran negativeku saja, sementara hatiku mengatakan bahwa suatu hari nanti pasti akan ada seorang pria yang tulus dan meminangku dengan harapan hidupku akan selalu bahagia. Amin.

Beberapa surat undangan sudah kudatangi, tinggal satu surat undangan lagi yang belum sampai pada hari dimana aku harus mendatangi undangan itu. Zidan dan Rani, Zidan adalah cinta pertamaku, sementara Rani adalah sahabatku, mereka berdua sangatlah hebat, berpura-pura baik di depanku, ternyata hati mereka busuk bak buah nangka yang jatuh dari pohonnya. Aku akui kalau Rani memiliki segalanya, jika dibandingkan denganku, aku hanya batu kerikil yang tersusun rapih di halaman rumahnya, sungguh menyedihkan. Mau tak mau, aku harus datang ke pernikahan mereka untuk mengucapkan selamat atas kemenangan mereka yang berhasil membuatku bodoh!
**
Bajuku basah kuyup, setelah kepulanganku dari gedung resepsi pernikahan Zidan dan Rani yang berlangsung begitu mewah dan megah. "Mereka begitu bahagia, aku iri ya tuhan.." ucapku lirih mendekap lutut sembari menatap hujan dari balik jendela, tak terasa air mataku terjatuh dan membasahi permukaan pipi.

Dret! Dret! Dret!

Ponselku bergetar tanda ada pesan yang masuk.
''Selamat malam cantik, gue tau sekarang lo pasti lagi nangiskan?" isi pesan masuk dari Adi. Adi adalah sahabat terbaikku.
"Dari mana lo tau?" balasku

"Jelas gue taulah, barusan gue liat lo lari dari gedung resepsi pernikahan si Zidan brengsek itu ke luar cari taksi dengan paras wajah yang sedih, iyakan?" jelas Adi

"Hemm.. Cuma lo yang tau semua tentang gue Di. Tapi kenapa lo gak ngejar gue? Payungin gue ke!, apa ke!"

"Lo itu larinya udah bisa nandingin laju motor gue tau gak! Baru aja mau gue kejar lo udah naik taksi, pastinya gue gak perlu jadi tukang ojeg payung buat lo Sa.. Hahaha" ledeknya yang lantas membuatku tertawa dan bisa melupakan kejadian tadi.
"Hahaha.. Lo emang paling bisa buat gue ketawa Di, makasih ya" ujarku

"Ya, kembali kasih.. Gue kan sayang sama lo" jujurnya membuatku mengkerutkan kening.
"Sayang? Tumben banget lo ngomong kaya gtu ke gue Di? Haha.."

"Yaudah lupain aja Sa.. Oiyak sory yak gue gak sempet buat tlp lo, sinyal di tempat gue jelek banget, sama kaya lo.. Haha"

"Ikh, gue tuh cantik tauuu.. Banyak cowok yang suka sama gue. Huh!"

"Termasuk gue Sa.. Haha, lupain! Yaudah gue lagi sibuk ni, see you Sania, bye" ujarnya mengakhiri percakapan di sms tadi.

Terkadang aku merasa bimbang akan statusku yang sekarang ini, lajang, ya! Sekarang ini aku sedang lajang. Aku takut tidak ada pria yang mau mencintaiku, menyayangiku, pun meminangku, dan itu adalah sebuah mimpi buruk bagiku, separah itukah? Apa aku sudah tidak percaya lagi akan janji tuhan bahwa setiap insan itu akan diberikan pasangan? Ya tuhan.. Aku takut sekali melupakan itu semua, gumamku. Aku beranjak ke tempat tidur dan mulai terlelap, berharap aku tidak takut lagi akan kehabisan seorang pria yang baik hati. Amin.
**
Pagi ini diberitakan dalam berita melalui televisi, ada seorang wanita yang tega menggunting alat vital kekasihnya, lantaran cemburu karna sang kekasih mengobrol dengan adik kandungnya sendiri. Hah! Berita konyol
"Ya ampun, itu perempuan sadis banget, amit-amit deh, jangan sampai Sania kaya gitu ya tuhaaan" seru Mamah yang menyaksikan berita itu.

"Ada apa si mah? Pagi-pagi udah berisik banget! Bawa-bawa nama Sania sgala lagi" cetusku menghampiri mamah sembari merapihkan baju yang kupakai.

"Itu tuh, kamu liat aja sendiri beritanya, pokoknya kamu jangan seperti itu ya sayang, malu-maluin keluarga tau gak si" mamah nyerocos

"Mah! Mana mungkin aku kaya gitu, mamah tuh ada-ada aja deh! Yaudah ah Sania mau pamit keluar dulu, dah mamah" aku pun keluar rumah. Aku menuju ke tempat pekerjaan Adi, dia bekerja sebagai penyiar radio. Aku senang mengunjunginya, selain tempat kerjanya yang bagus, teman-teman penyiar radio yang lain pun juga asik dan baik, namun aku tak pernah berpikir apakah Adi tidak merasa risi atau bosan akan kedatanganku ini? hmm entahlah!

Aku memilih duduk di sudut ruangan yang tidak terlalu terlihat oleh orang-orang yang berjalan melewati tempat yang kududuki, kuambil sebuah majalah cerpen dari dalam tasku yang berjudul 'My Facebook, My Desire', tulisan dari Niaw Shin'Ran yang mampu membuatku tak bosan-bosan untuk selalu update akan cerpen-cerpen barunya. ah! Forget it!

Aku merasa sudut pandanganku dicuri oleh seorang pria tampan yang duduk di tengah-tengah koridor sana, kuperhatikan dia semakin jelas, jelas, dan ternyata pria itu adalah Adi, "Hah? Itu kan Adi, sejak kapan dia terlihat tampan seperti itu?" tanyaku dalam hati, lantas aku memanggilnya, "Adiii..!!" sahutku, Adi menoleh kepadaku dan menghampiriku. Aku masih memperhatikannya, hingga sampai dia duduk di sampingku.
"Adi, lo Adikan?" tanyaku

"Yaialah, lo pikir gue siapa Sa? Ada yang aneh sama gue?" tanya balik Adi yang merasa keheranan

"Eng.. Gak kok, gak ada yang aneh, cuma hari ini lo keliatan ganteng aja'' jujurku, Adi pun tertawa terbahak-bahak, membuat orang-orang seisi ruangan melihat kami, aku membungkam mulutnya.
"Lo bisa pelanin suara ketawa lo gak si? Malu tau diliatin sma orang-orang" bisikku

"Yaelah Sa, gue tuh udah biasa ketawa sekenceng itu di sini. Oiya, tadi lo bilang kalau gue terlihat ganteng? Emang kemarin-kemarin lo kemana aja? Kok kalau update si sama fansfans gue?" ucapnya kePDan, aku hanya menghela nafas, hmm.. Gue emang baru nyadar kalau sahabat gue ini emang ganteng, pikirku.
"Ah yaudahlah, gue gak ada waktu buat perhatiin muka lo, yang tadi itu cuma kebetulan aja gue liat lo ganteng!" cetusku sambil sedikit buang muka

"Tukaaan, lo ngambek ya Sa? Sory ya gue kan cuma becanda.. Mmmm sebagai tanda permintaan maaf gue, gimana sekarang lo ikut aja sma gue, maukan?" ajaknya

"Emangnya mau kemana? Di luarkan mau hujan"

"Tenang aja Sa, gak jauh kok, kalau hujan kita bisa neduh dulu, ayolah" ajaknya lagi

"Oke gue mau.." ucapku pelan, Adi tersenyum dan menyubit pipiku pelan, dia menggandeng tanganku menuju ke parkiran motornya. Sejenak dia menstater motornya lalu kami pun pergi.

Di jalan aku mendengar Adi berkata-kata, namun aku tak begitu jelas mendengarnya, ada satu pertanyaan yang kudengar darinya.
"Sa, lo gak bosen ngejomblo? Apa belum ada cowok yang bisa naklukin hati lo lagi?" tanyanya

"Gue gak bosen kok, karna gue mau hati-hati pilih pasangan, gue gak mau kaya kemarin-kemarin lagi Di" sahutku

"Baguslah kalau begitu, gue juga gak mau kalau lo salah pilih pasangan lagi Sa" ucapnya penuh perhatian

"Makasih ya Di, lo emang sahabat gue yang paling baik" aku memeluknya "Kira-kira siapa ya cowok yang nikah sama gue dan jadi suami gue Di?" lanjutku bertanya

"Kalau gue gimana Sa?" tanya Adi membuatku melepaskan pelukan tadi. Ngikkk... Belum sempat aku menjawab pertanyaan Adi, motornya berhenti.
"Kita sudah sampai Sa, yang tadi lupain aja, yuk!" ajaknya dan menggandeng tanganku masuk ke dalam gedung. Adi selalu seperti itu, pertanyaan yang belum sempat kujawab selalu dimintanya untuk lupakan, aneh!

"Hah? Lo ngajakin gue kondangan Di? Ihh lo malu-maluin gue aja tau gak!" aku menarik tangannya keluar gedung resepsi pernikahan

"Aduh Sa, gue bukannya mau ngajakin lo ke sini, gue cuma mampir aja karna ada urusan penting sama yang punya IO di sini" jelasnya membuatku bertanya-tanya.

"Hah? Ada urusan penting Sama yang punya IO? siapa yang mau nikah? Lo Di?" tanyaku bertubi-tubi, Adi hanya tersenyum dan menatapku
"Ya, suatu saat gue pasti akan menikah, tapi bukan sekarang, tahun sekarang atau pun tahun depan" jelasnya lagi

"Trus? Lo ngapain nemuin Orang itu? Kan malu banyak tamu" tanyaku lagi

"Ah! Adalah, lo gak usah kepo dulu. Yaudah, kalau lo gak mau ke dalam, gue aja sendiri, lo tunggu di sini, gak lama kok, habis ini gue mau ajak lo ke tempat yang asik, gimana?" tawarnya

"Iya, Iya. Gue nurutin apa kata lo aja deh, awas kalau lama!" gertakku. Adi pun melesat ke dalam menghampiri orang yang ditujunya. Pikiran pesimis plus negativeku kembali bermunculan. Kayaknya Adi bakalan nikah duluan, dan gue gak akan bisa jalan barang lagi sama sahabat gue yang satu itu. Pikirku di tengah-tengah hujan yang mulai menjamah bumi. Sepuluh menit berlalu, aku masih belum juga melihat Adi keluar dari dalam ruangan itu. Aku mulai bosan, aku pun mulai kehausan. Kupaksakan diri pergi ke sebuah warung kecil yang letaknya tidak jauh dari gedung itu untuk membeli minuman. Bajuku lumayan basah, tapi tak mengapa, yang penting aku bisa menghilangkan rasa hausku ini. "Ahh.. Segarnya" kuminum air dalam kemasan yang kubeli. Dibalik hujan kulihat ada orang yang berlari menghampiriku. Bajunya basah, juga wajah tampannya pun terselimuti air hujan, ternyata orang itu adalah Adi.
"Lo kenapa gak nunggu gue di dalam gedung aja si Sa? Kalau lo sakit gimana?" seru Adi yang mengkhawatirkanku.

"Gue haus, di sana gak ada yang nawarin gue minuman, kepaksa deh gue ke sini" jelasku sembari memeluk tubuhku sendiri.

"Lo kedinginan ya Sa? Nih pake jaket gue. Sory ya gara-gara gue lo jadi kaya gini" ujar Adi merasa bersalah, lalu memakaikan jaketnya ke pundakku. Dilain sisi ada anak SMA yang meneduh, dia berbisik kepadaku "Suaminya ya ka? So sweet banget si, hehe" godanya, aku hanya tersenyum, lalu memberitahukan kepadanya kalau Adi bukanlah Suamiku. "Kalau bukan suami berarti pacar ya?" tanya anak itu lagi, aku kembali tersenyum, tak lama Adi melihatku, dia keheranan dan bertanya-tanya.
"Kenapa Sa? Ada yang lucu ya?" tanya Adi. Aku menggelengkan kepalaku.
"Gak, ada kok" jawabku bohong.

"Sa, kayanya kalau hujan sudah reda, gue anter lo pulang aja ya? Gue takut kalau dilanjut jalan lo sakit Sa, gak apa-apa kan?"
tanyanya

"Iya, gue juga pengennya kaya gitu, yaudah kita tunggu sampai hujan reda aja" ujarku. Adi tersenyum padaku, lalu menyandarkan kepalaku di pundaknya, aku seperti memiliki pacar. Ya, pacar.
**
Aku sudah sampai di rumah, diantar oleh Adi setelah hujan reda, kutawari dia mampir ke rumah untuk sekedar minum teh hangat, tapi dia memilih pergi lagi menuju ke tempat kerjanya untuk onair bersama temannya, Wili. Selesai mandi, aku langsung mendengarkan Adi yang tengah onair di tempatnya bekerja. Suara Adi tak begitu besar atau pun kecil, melainkan mendayu-dayu, membuat siapa saja yang mendengarkan merasa ingin didekatnya, terutama perempuan.

"Hy hy hy selamat sore sobat sweet radio semuanya, terutama buat lo lo semua para jiwa muda yang udah stay tune buat dengerin gue pada sore kali, gue sekarang ditemenin sama cowok ganteng yang udah ada di samping gue.. Namanya Adi, kalian sudah taulah yang mana orangnya, penyiar yang ganteng kedua setelah gue, hahaha.. Sehay dong buat Si ganteng Adi, hayy Adi" celoteh Wili yang mulai onair bersama Adi.

"Hay juga abang Wili yang katanya paling ganteng pertama sebelum gue, PD banget lo,, eh asal lo tau ya, gue nemenin lo karna Terpaksa! Lo beruntung udah gue temenin Wil, gue bela-belain gak mampir ke rumah cewek yang gue suka demi nemenin lo!" jelas Adi, lantas aku yang mendengarnya bertanya-tanya tentang perempuan yang disukainya itu.

"Apah? Yang bener? Sory ya, gue gak pernah maksa lo buat nemenin gue Di, atau jangan-jangan lo lebih suka sama gue dari pada sama cewek itu, haha. . Gak nyangka banget ya sobat" seru Wili membuat suasana semakin ceria.

"Ahaha, amit-amit tujuh turunan! Yaudahlah dari pada ngebahas yang gak penting mending kita buka aja tema hari ini.. Temanya adalaaaah?" seru Adi

"Resolusi ditahun ini, nah sobat muda, apa si resolusi atau harapan lo ditahun ini? Kirim lewat sms di 08557001083, atau mention kita di twitter @SweetRadio dengan hanstag Harapanku, oke. Nah kalau harapan lo ditahun ini apa Di?" tanya Wili

"Gue punya harapan gak banyak-banyak Wil, semoga hidup gue semakin penuh dengan kebahagian, dan semoga gue gak jadi Jones lagi, amin"
ucap Adi, aku sedikit tertawa kecil mendengarnya. Sore semakin larut menjelang malam tiba, tak terasa aku pun terlelap. Kubiarkan Adi terus berceloteh untuk menemaniku tidur malam ini.

Rasa lapar membangunkanku dari tidur tadi, kubuka mata pelan-pelan, kutatap setiap sudut kamar "HAH? Gue ada dimana nih?" kulihat tata ruangan itu seperti rumah sakit, dan benar saja, aku sedang berada di rumah sakit memakai baju serba hijau. "Kenapa gue ada rumah sakit? Lho, itukan Adi" kulihat Adi sedang tertidur lelap di sofa, aku menghampirinya, menatapnya, lalu pelan-pelan membangunkannya.
"Di, Adi bangun.. Adiii" sahutku. Adi pun bangun, melihatku ada didekatnya, lalu dia memeluk erat tubuhku dengan paras wajah yang penuh kecemasan. Ya, aku bisa merasakannya.
"Sania, lo gak apa-apa kan? Gue khawatir sama lo, ini pasti gara-gara kehujanan kemarin kan? Maafin gue ya" seru Adi membuatku heran

"Ikh, lepasin gue! Emangnya gue kenapa? Kenapa gue bisa ada di rumah sakit? Bokap sama nyokap gue mana?" tanyaku penasaran, lalu Adi pun menjelaskan semuanya.
"Semalam nyokap lo angkat tlp dari gue, katanya badan lo panas, nyokap lo tau itu karna pintu kamar lo sedikit terbuka, lo ngigo kesana-kemari, ketika itu gue tlp lo tp gak lo angkat Sa, trus gue langsung ke rumah lo dan bawa lo ke sini" jelasnya. Aku menghela nafas kecil, kemudian memeluk balik Adi sebagai tanda terimakasih. Rasa laparku sudah hilang setelah beberapa lelucon yang diucapkan Adi membuatku tertawa.
"Hahaha. . Lo tuh paling bisa buat gue ketawa. Oiya, bokap sama nyokap gue mana?" tanyaku

"Mereka gue suruh pulang Sa, karna ada gue yang nemenin lo di sini" ujarnya

"Makasih ya, lo emang the best buat gue" diam sejenak, tiba-tiba melintas dipikiranku akan kata-kata Adi sewaktu Onair malam tadi "Oiyak, apa bener lo udah gak mau jadi jones lagi Di? Kenapa? Bosan yaaaa?" tanyaku sedikit menggodanya.

"Gue kan cowok normal yang butuh pasangan hidup Sa, kalau terlalu lama Ngejomblo yang ada gue galau terus" jelasnya

"Oh, jadi selama ini lo galau ya.. Hahaha. Memangnya siapa si cewek yang lo suka?" tanyaku lagi penasaran seperti paparazi.

"Kalau lo dengerin gue onair kemarin sore pasti lo tau siapa cewek yang gue suka Sa"

"Gue denger kok, buktinya gue tau kalau harapan lo ditahun ini gak mau jadi jones lagi kan? Emangnya ada yang kelewat ya sama gue, ah mungkin gue lupa" celotehku sambil mengingat-ngingat.

"Yaudahlah Sa, lupain aja gak usah diinget-inget. Kalau boleh tau, harapan lo ditahun ini apa?" serunya. Aku terdiam, menyelisik jawaban yang ada di dalam hatiku.
"Eng.. Gue.. Gue pengen menikah Di, tapi gue belum ketemu sama cowok yang tulus dan mau ngajak gue menikah" jawabku membuat Adi sedikit terkejut.

"Apa itu harapan terbesar lo Sa?" tanya Adi

"Ya, gue bosen pacaran, gue capek pacaran yang gak ada ujungnya. Gue gak mau disakitin lagi. Kalau seandainya cewek yang lo suka itu ngajak lo nikah, apa tanggapan lo Di?
Tanyaku membuat Adi tersenyum simpul

"Kalau emang cewek yang gue suka ngajak gue nikah sekarang, gue akan turutin apa yang dia mau, karna gue juga bukan sekedar mencari pacar, tapi juga calon ibu untuk anak-anak gue. Kalau udah sama-sama suka dan sayang, kenapa enggak langsung nikah, iyakan" jelas Adi membuatku semakin kagum padanya. Namun aku menghela nafas dan merundukkun kepala.
"Hmm, beruntung banget cewek yang lo suka itu Di. Dan itu artinya lo bakalan nikah duluan dong Di? Lo gak mau nungguin gue? Kita nikah bareng-bareng aja yuuu.. Hehe" seruku dengan nada manja. Tiba-tiba saja Adi mendekatiku, semakin dekat dan dekat, kini hidung kami saling bersentuhan, lalu kejadian yang tak pernah kuduga sebelumnya pun terjadi, Emmmuuaach..! Adi mencium mesra bibirku, setelah itu dia memelukku dan membisikkian satu kalimat 'I LOVE YOU'. Jantungku berdetak kencang, aku seperti terhipnotis oleh kecupan itu, aku tak bisa berkata apa-apa, yang jelas saat ini aku tengah merasakan sesuatu yang luar biasa indahnya. "Adi mengecup bibir gue.. Dan gue diam aja, apakah ini bertanda kalau gue juga..?" pikirku bertanya-tanya. Adi masih memelukku, kurasakan debaran jantungnya seakan-akan dia takut kehilanganku. Aku masih terdiam, Adi melepaskan pelukannya, kutatap wajahnya yang tertunduk, tak lama dia menghela nafas kecil, seakan-akan kejadian tadi membuatnya kehilangan banyak energi. Aku ingin bicara sesuatu padanya, namun bibirku beku tak dapat mengatakan apapun kecuali terus menatap Adi dan merasakan sentuhan bibirnya yang masih hangat dibibirku.
"Ma-maafin gue ya Sa" ucapnya tiba-tiba "Gue udah kurang ajar ngelakuin itu ke lo. Gue gak tau lagi gimana caranya untuk buat lo sadar kalau gue tuh suka dan sayang sama lo" jujurnya membuatku tak kuasa menahan haru dan membendung air mata yang terasa panas. Adi masih menundukkan kepalanya, lantas aku mencoba merubah suasana yang lumayan tegang menjadi sedikit rileks. Aku menghapus air mataku dan mulai mengalihkan pembicaraan.
"Gue gak tau apa ini mimpi atau beneran nyata, tapi yang jelas gue gak pernah menduga sebelumnya kalau lo berani ngelakuin hal tadi sma gue" ujarku. Adi mulai menatapku dan menjelaskan semuanya, walau tanpa harus dijelaskan pun aku sudah bisa mengerti.
"Demi tuhan Sa, gue sayang banget sma lo. Maafin gue karna gue udah kurang ajar sma lo, lo harus percaya kalau gue benar-benar tulus" jelas Adi. Melihat kedua matanya yang mulai mengeluarkan air mata membuat hatiku luluh dan tidak ingin mengecewakannya. Tulus dari dalam hati, aku memeluknya, dan berbisik mesra di telinganya "I LOVE YOU TOO".
**
Satu bulan telah berlalu semenjak aku dan Adi resmi berpacaran. Banyak yang merasa bahagia dengan status kami yang sekarang. Mamah dan Papah merestui hubungan kami. Hingga saat dimana Adi ku undang makan malam di rumah bersama keluargaku, dia ditanya ini dan itu, terutama tentang masalah pernihan. Oh tuhan, aku sungguh bahagia.

"Jadi kapan nak Adi mau mempersunting anak om yang satu ini?" tanya papah di tengah-tengah waktu makan malam berlangsung. Dengan tegas Adi pun langsung menjawab pertanyaan papah.
"Kalau saya kapan saja siap kok Om, minggu depan juga bisa. Tinggal menunggu kemauan dari Sanianya aja" seru Adi sedikit menatapku. Aku tersenyum tersipu malu.
"Sania, kalau Adi ngajakin kamu nikah minggu depan gimana? Kau mau tidak?" tanya papah yang tesenyum simpul menatap mamah.

"Eng.. Aku gak mau pah, mah.." jawabku membuat semuanya kaget, apalagi Adi, wajahnya terlihat kecewa. "AKU GAK MAU DITUNDA-TUNDA, Hahahaha" sahutku membuat Adi, mamah dan papah jantungan setengah mati. Adi mencubit pipiku, mamah memelukku sementara papah mengelus dadanya sendiri karna takut aku akan membuatnya kecewa, dan itu tidak mungkin kulakukan, karna aku memang sudah ingin menikah.

Malam ini adalah malam yang sangat istimewa. Baju pengantin sudah siap kupakai. Mamah melihatku dengan tatapan mata yang mulai berkaca-kaca, aku tahu apa yang ada dipikirannya, namun aku tak ingin membuat suasana menjadi terlalu haru.

"Saya terima nikahnya Sania Ramadhani binti bapak Agung Ramdhani dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai!!" seru Adi mengucapkan Ijabnya di depan penghulu dan semua yang menyaksikan pernikahan kami.

"SAH?"

"SAAAAAAH" Sahut semua orang. Puji syukur Kehadirat Tuhan yang telah mempersatukan kami. Kutemukan ketulusan dalam persahabatan yang kini menjadi Sebuah cinta sejati.

Adakalanya kita harus lebih peka akan apa dan siapa yang kini dekat dengan kita, karna siapa sangka, dibalik semua itu ada cinta.

Tamat.
#Niaw_ShinRan
19 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan jadilah pembaca setia cerpen maupun puisi saya...