Rabu, 27 Agustus 2014

Cerpen: ~Mr KESAYANGAN~



Mr KESAYANGAN
Oleh : Niaw Shinran

Present ...

Dari semua hal yang sering banyak orang lakukan, begitupun denganku, tak ada yang membuatku merasa nyaman ketika melakukan hal itu selain bermusik dan bernyanyi, ya, aku senang melakukannya.

**

Kulihat tak banyak orang yang ikut bergabung untuk mengikuti les bernyanyi seperti biasanya, Marcel si anak bule dan juga kedua temannya pun tak hadir hari ini. Mr Juna, begitulah aku memanggilnya, dia adalah guru pembimbing les bernyanyi, dia adalah guru sekaligus kekasihku. Setiap hari dia bernyanyi untukku, menuliskan bait demi bait lirik lagu romantis untukku. Romantis bukan? Ya, karena itulah kenapa aku bisa jatuh hati padanya.

Mr Juna menghampiriku, sontak semua mata tertuju padaku, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya, lalu tiba-tiba saja dia mengulurkan tangannya dan memintaku untuk bernyanyi bersamanya di depan teman-teman, lantas suara sorakan pun menggema ditelingaku. Rona merah diwajah ini membuatnya mengejekku dan dia pun berbisik mesra, ''Kamu lucu'' ujarnya dan tersenyum.
''Disini, kau dan aku, terbiasa bersama, menjalani kasih sayang, bahagia, kudenganmu ....'' Dia mulai bernyanyi, menyanyikan lagu yang berjudul Heart, dengan sedikit gugup aku pun ambil suara

''Pernahkah, kau menguntai, hari paling indah, kuukir nama kita berdua, disini, surga kita ... '' sama-sama kita pun saling menatap

''Bila kita mencintai yang lain, mungkinkah hati ini akan tegar, sebisa mungkin, tak akan pernah sayangku akan hilang ... If you love somebody Could we be this strong, I will fight to win Our love will conquer al, lWouldn't risk my love, Even just one night, Our love will stay in my heart''

''My heart ...'' diapun mengakhirinya.

Teman-teman bertepuk tangan, bahkan ada yang bilang kalau kami adalah pasangan yang sangat romantis, ya, mereka sudah tau hubungan kami.

''Kapan kalian akan menikah?'' tanya salah satu teman perempuanku, Mary.

''Ya, kami sudah tidak sabar untuk menjadi saksi dipernikahan kalian nanti'' lanjut oleh Lucky.

Aku dan Mr Juna hanya tersenyum, aku kembali ketempat dudukku, masih kurasakan getaran-getaran betapa gugupnya aku di depan teman-teman tadi sambil bernyanyi, karena itu adalah hal pertama kalinya yang kulakukan.

''Apa yang kalian saksikan barusan adalah sebagai pembukaan pembelajaran kita hari ini, biar saya semangat, kalian semangat, dan yang pasti seseorang yang saya cintaipun juga bersemangat'' celotehnya dan melirikku.

Semangat yang diberikan olehnya untukku sudah pasti menjadi sebuah perhatian yang sangat luar biasa sekali bagiku, satu tahun lamanya kita menjalin hubungan ini tak ada hal sekecil apapun yang kami biarkan bisa merusak hubungan kami.

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, seperti biasanya aku tak langsung begitu saja pulang, aku menunggunya di depan pintu seraya dia merapihkan perlengkapan mengajar ke dalam ranselnya yang lumayan besar berwarna hitam itu. Baru saja kami akan pergi ke pasar malam sore ini tiba-tiba hujan turun dan kamipun memutuskan untuk menunggu hujan reda di dalam kelas, ada sedikit kekecewaan di dalam hatiku, aku menghela napas kecil dan menyandarkan kepala ke pundaknya. Dia mengelus rambutku, menggenggam tanganku sembari menatap hujan yang terlihat dari jendela
''Kamu pasti kecewa, iyakan?'' tanyanya seolah-olah bisa membaca pikiranku, aku hanya mengiyakan ucapannya
''Maaf ya, aku gak pernah minta hujan sama Tuhan untuk membatalkan rencana kita pergi ke pasar malam sore ini'' lanjutnya

''Kenapa kamu bicara seperti gitu?'' tanyaku

''Lantas? siapa yang harus aku salahkan tas kekecawaanmu?'' tanyanya lagi seakan-akan dia menyalahkan Tuhan

''Sssst ... Kamu gak boleh bicara seperti itu, aku memang kecewa, tapi sudah terobati kok'' ujarku tersenyum dan mencoba untuk tidak membuatnya memikirkan kekecewaanku

''Sudah terobati karena apa?'' tanyanya lagi

''Karena Tuhan menurunkan hujan untuk membuat kita bisa duduk berdua seperti ini, aku seneng kok, dan aku udah gak kecewa lagi'' seruku sembari memeluknya dan diapun membalas pelukakanku.

Setelah hampir satu jam lamanya kami menunggu hujan reda, kami pun bergegas keluar dan mencari kendaraan umum untuk segera menuju ke pasar malam. Ditengah perjalanan aku tertidur, kurasakan belaian mesra darinya yang membuatku semakin tertidur pulas. jarak tempuh menuju pasar malam adalah tiga kilo meter, kami pun tiba di pasar malam, baru saja kami turun dari angkutan umun terdengar suara nada dering handphone yang ternyata itu adalah suara dari handphonenya, lantas segera diangkatnya di hadapanku
''Iya, Mah, kenapa? ... kenapa gak suruh anaknya aja sih yang jemput? ini aku lagi sama Renata mau ke pasar malam, yaudah iya aku usahain'' setelah menutup telphone dari mamahnya, dia menatapku sedih, aku keheranan dengan mimik wajahnya itu yang tiba-tiba saja terlihat sedih
''Kamu kenapa?'' tanyaku

''Maafin aku ya, sayang, aku gak mau buat kamu kecewa lagi, tapi ... '' ucapannya terhenti

''Tapi kenapa?'' tanyaku lagi mulai merasakan ada yang tidak beres

''Tadi mamah nelphone, mamah minta aku untuk jemput tetangga aku di mall sekarang juga'' jelasnya

''Apa? Emangnya gak ada orang lain? Itukan cuma tetangga kamu'' seruku mulai kecewa

''Iya aku tau, tapi mamahku itu orangnya gak tegaan dan perduli banget sama hal-hal sekecil dan sepele apapun, dan aku gak mau ngebantah'' celotehnya membuatku muak

''Mamah, mamah, mamah!!! Lagi-lagi karena mamah, kita sering kaya gini tuh karena mamah kamu, kenapa sih kamu gak bisa sekali aja gak nurutin apa kemauan mamah kamu yang sepele itu?'' tanyaku

''Sekali lagi aku minta maaf banget sama kamu, kumohon maklumi sifat mamahku dan maklumi juga sikap aku terhadap mamahku, ya'' pintanya. Aku memejamkan mata dan menghela napas untuk meredam emosiku, tanpa berpikir panjang untuk mengatakan apapaun lagi, lantas aku memintanya untuk segera pulang
''Sanah, kamu pulang aja, aku gak apa-apa kok'' ujarku menahan air mata

''Te-terus kamu?'' tanyanya tebata-bata

''Aku udah bilang barusan kalau aku gak apa-apa, kalau kamu tetap mau nurut sama mamah kamu yaa sanah, aku juga mau pulang aja'' celotehku lalu berjalan ke depan tanpa melihatnya, aku sangat sedih, karena dia hanya melihat kepergianku tanpa mencoba untuk melarangku, lima menit aku berjalan tanpa menoleh kebelakang, ketika kucoba untuk menoleh ternyata dia sudah tidak ada dan benar-benar meninggalkanku, sepertinya hal sepele yang terlalu sering kami hadapi ini membuatku mulai jenuh dan tidak bisa menahan kekecewaan seperti biasanya, lalu aku pun pulang dengan hati yang sedih.

Malam ini aku memutuskan untuk tidak masuk les besok, entah mengapa aku masih tidak bisa terima oleh pengabaian Juna. Kulihat layar handphone tak ada sms ataupun telphone darinya, aku berpikir apakah dia sama sekali tak mengkhawatirkanku? Atau dia tidak merasakan disini ada kekasihnya yang sedang bersedih? Kuambil gitar pemberian darinya, kupeluk, kucium, biarpun sudah kecewa tapi rasa rindu tak bisa terpungkiri, inilah cinta
''Aku mulai tak suka, ketika kau mulai acuhkan diriku, apakah kau sudah tak menganggap diriku sebagai kekasihmu, seringkali kau acuhkanku saat bersama teman-temanmu, pilih aku atau teman-tamanmu, dan kukan pergi tinggalkanmu'' kunyanyikan lagu yang berhudul Aku atau temanmu, lumayan pas utuk menggambarkan suasana hatiku sekarang ini.

Pagi menjelang siang, kudapatkan lima sms dan sepuluh panggilan tak terjawab dari Juna, ternyata aku salah menilainya semalam, dia pasti sangat mengkhawatirkanku, lantas kubaca sms darinya

Mr KESAYANGAN : (sms pertama) ''Sayang, aku mau kita bicara walaupun hanya lewat telphone, angkat sebentar ya''
Mr KESAYANGAN : (sms kedua) ''Pliss, angkat sebentar, aku khawatir sama kamu''
Mr KESAYANGAN : (sms ketiga) ''Aku tau kamu marah banget sama aku, pliss maafin aku''
Mr KESAYANGAN : (sms keempat) ''Sayang, maafin aku, kalau bisa aku mau banget nemuin kamu malam ini juga, tapi aku gak bisa, kamu mau tau kenapa?''
Mr KESAYANGAN : (sms terakhir) ''Kurasa kamu harus tau walaupun kamu gak mau tau, aku kecelakaan, aku sudah ke rumah sakit dan mendapat pertolongan pertama dari dokter, sekarang aku ada di rumah, I miss you''

''Apah!!!'' sontak aku terkejut membaca isi sms terakhir dari Juna, bergegas aku segera pergi ke rumahnya tanpa memikirkan aku harus pakai baju apa, sepatu dan tas apa, kekecewaanku kemarin sore kini menjadi penyesalan yang sangat besar.

Di perjalanan aku terus menerus memikirkan Juna, kekasihku. Aku takut kenyataan yang kuterima akan lebih menyedihkan lagi dengan apa yang aku bayangkan. Setibanya aku di rumah Juna, kutemui mamahnya dan meminta ijin untuk menemui Juna
''Tante, Juna kenapa? Dimana dia?'' tanyaku cemas

''Tenang Renata, Juna ada kok di kamarnya, dia lagi istirahat, kamu mau nemuin dia?''

''Iya tante, aku khawatir banget sama dia''

''Yasudah, cepat temui Juna di atas, sebelumnya tante minta maaf ya sama kamu atas sifat tante itu''

''Maksud tante?''

''Juna sudah cerita semuanya kok. Gih buruan sana temui Juna di kamarnya, Juna pasti senang kamu ada di sampingnya''

''Iya tante, makasih ya'' segera aku menuju kamar Juna.

Kulihat kekasihku sedang berbaring di atas kasur, kaki kanannya diperban begitu sangat tebal, tak terasa air mataku menetes, kuterduduk di sampingnya, membelai rambutnya
''Juna, aku khawatir banget sama kamu, maafin aku, kebiasaan burukku itu membuatku gak bisa ngelakuin apa-apa, aku selalu saja ketiduran dan baru tau kabar kamu sekarang, hikss!'' ujuarku menangisi ketidakberdayaan Juna

''Seharusnya aku yang minta maaf sama kamu, aku gak mau murid kesayangan aku nangisin aku kaya gini, aku minta maaf sama kamu soal yang kemarin ya'' celoteh Juna yang sedari tadi sudah menyadari kedatanganku

''Dan aku juga gak mau Mr Kesayangan aku sakit kaya gini, aku gak mau kamu kenapa-napa, aku sayang sama kamu, dan aku udah maafin kamu kok'' jelasku. Juna mendekatkan tubuhku ketubuhnya dan kitapun berpelukan.

Aku merasakan adanya kedekatan yang lebih selain hanya sekedar pacaran, aku butuh Juna, aku butuh dia selalu ada di sampingku, aku butuh dia selalu ada untuk menghapus air mataku, aku butuh Juna untuk menghalalkan cinta ini, maka dari itu akan kuminta dia untuk segera menikahiku.

Cinta laksana air sungai yang tak selalu jernih, adakalanya air keruh memudarkan bayangan kuncup bunga yang akan tumbuh, namun sifatnya mata air yang tak pernah berhenti mengalir akan membuat jalannya ia mengalir dan mendapatkan tempanya kembali untuk menjernihkan bayangan bunga yang sudah bermekaran.

Selesai

Bogor, 25 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan jadilah pembaca setia cerpen maupun puisi saya...