Minggu, 23 Maret 2014

CERPEN~Aku Bukan Upik!!~


Penulis: Niaw Shin'Ran

Present..

Kejujuran yang tak terduga bisa kita dengar dari siapa saja, baik dan buruk, senang dan sedih juga yang paling pahit sekalipun..

**

Percakapan minggu kemarin itu membuatku tak bisa tidur semalaman, mungkinkah aku merasa terbebani dengan amanatnya? Ataukah aku mulai tidak sanggup merahasiakan perasaanku ini? Ya, mungkin. Seberapa pantaskah kumiliki rasa cemburu setiap kali kudengar dia menyebutkan nama perempuan itu di setiap kali kuajaknya bercerita tentang sesuatu yang lebih menyenangkan dari pada dia, dia dan dia. Aku hanya bisa terpaku, sementara telingaku sudah ingin meledak, seandainya aku bisa membungkam mulutnya agar tidak terlalu sering menyebutkan namanya, kenapa selalu dia? Tentangnya, senyumnya, matanya, rambutnya dan STOP!! Aku tak ingin mendengarnya lagi.

"Ayolah Rie, hanya satu bulan ko, aku minta km untuk jagain Mira buat aku" pinta Candra kemarin malam itu

"Kenapa harus aku si? Emangnya dia anak kecil apa mesti dijagain segala? Gak usah lebay deh!" cetusku

"Yasudah kalau begitu kita gak usah kontekan selama satu bulan aku ke luar kota!" ancamnya

"Ta-tapi.. Hmmm Baiklah!" seruku terpaksa

"Nah gitu dong, itu namanya anak penurut, hehe" ujarnya lalu membelai rambutku.

Ya, aku terpaksa melakukan itu, entah bagaimana mulutku ini mengatakan "Baiklah" dengan sendirinya, mungkin juga karna dorongan perasaan yang tak ingin jauh dari Candra sekalipun itu via handphone. Beberapa kali aku biarkan diri ini menjadi seperti upik di kehidupan Candra semenjak mengenal Mira. Aku bosan disuruh membeli lolipop untuk Mira, aku bosan disuruh menulis puisi untuk Mira, semua untuk Mira. Aku capek!!

Dan lagi, malam ini aku tak bisa tidur, lelah seharian berpura-pura perduli kepada perempuan yang memang pemicu rasa cemburuku, Mira. Sementara Candra yang katanya sedang sibuk di luar kota untuk urusan rahasianya membuatku merasa kerepotan sendiri, hari ini dia tak membalas pesanku, membuatku merasa terlupakan.

"Kalau saja Candra lebih peka sama perhatian yang selama ini aku lakukan, mungkin aja kan kita sekarang udah jadian. Hmm.. Ngarep banget si" celotehku. Terlalu lelah hari ini, aku pun tertidur.

Pagi-pagi sekali Candra sudah menelphoneku dan menyuruhku untuk segera bangun. Tak ada yang penting, dia hanya menyuruhku untuk membuatkan sarapan untuk Mira, jelas saja aku marah dan tidak mau melakukan itu.

"Gak! Aku gak mau! Mira kan bisa masak sendiri, lagi pula yang sering nyiapin sarapankan si Mira, bukan aku!" cetusku

"Tapi kali ini aku minta km yang nyiapin sarapan buat Mira, cuma satu bulan ini aja ko Rie, plis" pinta Candra yang mengeluh

"Apah! Sekalian aja aku yang nyuci baju dia, aku yang setrika baju dia, semuanya aja aku yang lakuin!" aku pun marah, lalu mematikan telephone. Tak lama kemudian Candra mengirimkan pesan singkat, jelas dan padat.

"Terimakasih"

Menyebalkan!
Aku tak menuruti apa yang disuruh Candra tadi. Aku merasa tidak ada harganya lagi dimatanya, dia benar-benar sudah menganggapku seorang upik alias pembantu. Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarku.

Tok!
Tok!
Tok!

"Siapa? Aku masih ngantuk" ujarku

"Ini Mira, embak. Katanya hari ini mau ngajarin Mira les bahasa inggris, terus embak Tarie juga bilang hari ini mau ngajarin aku bagaimana caranya dandan biar cantik. Oiya embak, tadi mas Candra bilang katanya embak mau buatin Mira sarapan, ayo bangun embak, udah siang" tuturnya yang membuatku ingin sekali tutup telinga

"Iya bawel!!" seruku. "Ihh.. Kenapa jadi ngeselin kaya gini si? Kenapa aku ngerasa jadi pembantu di rumahku sendiri?" gerutuku di kamar. Sementara Mira senyam-senyum di balik pintu kamarku.

Sekarang aku sudah siap dengan wajan dan kompor yang ada di depanku, kumasak semua yang kulihat di dalam lemari es, entah akan seperti apa jadinya.

"Tadaaa.. Ni sarapan buat kmu.. Habis ini jangan lupa tolong setrika baju aku, oke" ucapku menyodorkan makanan yang kumasak tadi

"Tapi embak, kata mas Candra, embak yang ngerjain semuanya, termasuk baju Mira juga embak" tutur Mira yang membuatku naik darah

"Sebenarnya majikan kmu itu siapa si? Aku atau Candra? Ngapain si kmu dengerin dia segala!" merongosku

"Maaf embak, kata mas Candra itu semua karna perjanjian embak dan mas Candra minggu kemarin" jelas Mira membuatku tak bisa menahan kesabaran lalu pergi dari hadapan Mira. Dan lagi, Mira senyam-senyum sendiri.

"Emmhh!! Asin banget si, embak tari benar-benar harus terbiasa masak biar bisa masak" celoteh Mira setelah mencicipi masakanku.

Seperti apa yang Mira katakan tadi, aku memang pernah menjajikannya untuk belajar bahasa inggris lalu mengajarinya makeup yang benar. Walau hati ini sebenarnya sudah sangat gondok, tapi apa boleh buat, aku pantang tak menepati janji, apalagi ini demi perasaan cinta.

"I love you" kataku

"Aku cinta padamu" kata Mira

"I Need you" kataku

"Aku butuh kamu" kata Mira lagi

"I Miss you" kataku

"Aku rindu kamu" kata Mira. "Embak, apa gak ada yang lebih susah dari pada itu?" lanjut Mira bertanya

"Ada kok" Jawabku

"Apa embak?" tanya Mira Lagi

"I Kill you" kataku sedikit melotot

"Artinya apa embak? Ko embak ngomongnya sambil melotot si? Artinya serem ya?" tanya Mira polos

"Ah sudahlah, cukup sampai di sini aja"

"Loh embak, ko cuma sebentar si? Trus dandannya gimana?" tanya Mira lagi yang membuatku pusing

"Dandan aja sendiri!!" cetusku lalu keluar rumah. Seperti biasa Mira haya tersenyum melihatku yang kesal.

Aku sempat berpikir untuk mencari seberapa seriusnya Candra menyukai Mira, belum jadian saja sudah menyusahkan orang lain, apalagi kalau sudah benar-benar jadian, mungkin aku akan ditendang dari rumahku sendiri oleh Mira tanpa memperdulikan suatu hak dan kepemilikan.

**

Candra usai menerima telphone dari seseorang. Setelah itu tertawa kecil sendiri di depan sebuah potho yang terpajang di kamarnya. Terkadang aku merasa dia aneh, aneh karena baru kali ini dia menyukai perempuan yang statusnya adalah seorang upik, setahuku dia memiliki selera yang tinggi dalam memilih pasangan, namun aku tak tahu dari segi mananya. Biarlah, biar dia yang tahu sendiri.

"Kmu masih betah tinggal di rumah nenek?" tanya seorang perempuan tua yang menghampiri Candra yang tidak lain adalah neneknya

"Eh nenek, pastinya Candra masih betah dong nek, apalagi di sini banyak perempuan-perempuan cantik, hehe" ujar Candra. Lalu sang nenek mencubit Candra yang genit

"Aww. . Sakit nek"

"Kmu tuh ya, nenek gak suka kalau kmu genit-genit sama perempuan"

"Ya ampun nek, Candrakan cuma bercanda, lagi pula aku udah gak mau genit-genit lagi sama perempuan lain, karna aku udah punya calon pacar" jelas Candra yang membuat nenek memeluknya karna merasa senang

"Nah gitu dong, tapi kmu jangan sampai asal-asalan cari pacar ya, dia harus cantik, baik, lembut dan pintar masak" tutur sang nenek. Candra sedikit terdiam

"Iya nek, nanti aku akan bawa dia ke sini, tapi sebelumnya jangan lupa doain aku biar bisa jadian sama dia"

"Nenek selalu doakan yang terbaik untuk kmu" ucap nenek lalu mencium kening Candra.

Tak ada yang lebih menyenangkan memang, selain bercanda gurau dengan teman dan pacar, dengan sanak saudara pun jauh lebih menyenangkan.

**

Rencananya hari ini aku akan pergi menemui teman-temanku, Ardi dan Ila, mereka berdua adalah sepasang kekasih. Aku ingin curhat kepada ke dua temanku itu tentang masalah yang kini menimpaku. Bagiku menjadi seorang perempuan yang rajin bersih-bersih dan memasak itu adalah masalah yang besar karna memang aku tidak biasa melakukan semua itu.

"Rie, memangnya si Mira itu secantik apa si? Ko si Candra sampai segitunya sma dia?" tanya Ila yang kutemui di Cafe bersama Ardi

"Cantik? Emmm.. Biasa aja si. Justru aku juga heran kenapa Candra bisa segitunya sama dia, sampai-sampai aku ngerasa jadi upik abu di rumahku sendiri" ujarku

"Loh? Kok bisa si Rie?" tanya Ila lagi yang sedikit pelupa

"Ya karna permintaan Candra minggu kemarin itu sebelum ke luar kota, aku kan pernah cerita soal ini sebelumnya La" jelasku

"Oh, ya ya ya. . Aku baru inget Ri. Keterlaluan banget si!" gerutu Ila. Aku hanya menghela napas kecil sembari memainkan sedotan dalam minumanku

"Kalian ngerasa gak si ada yang aneh sma Candra?" ucap Ardi membuka mulut

"Aneh? Maksud km apa?" tanyaku penasaran

"Ya aneh aja, kmu kan pernah bilang kalau Candra berubah semenjak kenal sma Mira kan? Nah, anehnya di situ Rie" sahut Ardi

"he'emm.. Itu juga yang aku pikirin" seruku

"Padahal ni, dulu Candra pernah bilang sama aku kalau dia suka sma kmu Rie" jelas Ardi yang membuatku sedikit kaget

"Apa? Candra pernah bilang sama kmu kalau dia suka sma aku?" sahutku tak pernah menduga

"Iya Rie, tapi gak tau ko sekarang dia suka sma si Mira itu ya?" ujar Ardi yang juga bertanya-tanya.

Percakapan kami pun semakin serius, tanda tanya bergelantungan di benakku. Apalagi ketika Ardi mengatakan hal itu. "Candra pernah menyukaiku, Tapi kenapa dia gak pernah bilang?" pikirku. Lantas aku tak mau sampai terlalu terlihat bingung di hadapan Ardi dan Ila, karna mereka berdua tidak tahu kalau aku pun menyukai Candra. Lalu aku memutuskan untuk mengajak Ardi dan Ila ke rumah untuk melihat seorang Mira yang baru bekerja dua bulan di rumahku.

Setibanya di rumah kami disambut dengan keadaan rumah yang berantakan, aku langsung emosi dan berteriak memanggil Mira.

"Miraaaa.. Kenapa rumah jadi kaya kapal pecah seperti ini siii.. Mira!" teriakku

"Sabar Rie, inget ini bukan di hutan" ujar Ila

"Ini emang bukan di hujan, tapi ini rumah aku La, liat aja berantakan kaya gini, gimana aku gak kesel coba?" kesalku. Tak lama Mira menghari

"Iya embak, ada apa?" tanya Mira pura-pura tidak tahu apa-apa

"Km nanya ada apa? Km gak liat rumah berantakan kaya gini? Km tuh di rumah ngapain aja si?" tanyaku tambah kesal melihat Mira tersenyum lebar

"Oh, ini, jangan marah dulu embak, kan embak sendiri yang bilang sma mas Candra kalau embak yang akan ngerjain semuanya termasuk membereskan rumah, iyakan, yasudah embak Mira mau ke kamar dulu lanjut isi TTS" celoteh Mira dengan mudahnya lalu pergi dari hadapanku

"What?!! Oh my Goood.." keluhku sembari melempar tas ke sembarang arah. Sementara Ardi dan Ila hanya terpaku melihat sikap Mira yang seperti majikan di dalam rumahku.

Aku benar-benar tak habis pikir akan merasakan menjadi seorang pembantu di rumahku sendiri, bermimpi mengalami hal seperti ini pun tidak pernah. Aku benar-benar sudah dipermainkan.

Ardi dan Ila yang sedari tadi hanya melihatku bersih-bersih tertidur di sofa depan televisi setelah menghabiskan beberapa bungkus snack dan ice kream yang ada di lemari es milikku. Satu jam sudah berlalu, keadaan rumah sudah sangat rapih dan bersih. Tiba-tiba saja perutku keroncongan, aku pun menuju meja makan untuk segera makan. Pelan-pelan kubuka benda penutup makanan yang ada di meja, alhasil aku kembali dikejutkan dengan pemandangan meja makan yang polos, tak ada makanan sedikit pun, lalu aku kembali berteriak sambil merengek.

"Aaaaa. . . Nyebelin banget si. Hik!" teriakku di ruang makan, aku duduk dan terus merengek seperti anak kecil. Mira yang diam-diam memperhatikanku hanya tersenyum.

Ardi dan Ila sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah kubangunkan, Ila merasa khawatir melihat wajahku yang pucat karna tidak makan dan tidak mau pulang dari rumah untuk menemaniku, Namun aku meminta Ila untuk pulang saja.

Mira masih di dalam kamarnya, inginnya aku meminta dia untuk membuatkan makanan untukku, tetapi aku tidak mau, aku terlanjur kesal padanya dan membiarkan perutku kosong juga lemas. Lantas aku segera masuk ke kamar untuk istirahat. Sementara itu Ternyata Mira sedang menerima telephone dari Candra di dalam kamarnya.

"Iya mas, iya Mira baik ko mas"
..
"Embak Tarie ngelakuin apa yang mas suruh ko, iya mas tenang aja" Bla.. Bla.. Bla.. Entah apa yang tengah mereka bicarakan.

Tengah malam sekali aku terbangun karna perutku sudah benar-benar lapar, aku pun memutuskan untuk memasak sesuatu di dapur. Tapi sebelumnya aku meraih handphoneku untuk mengirimkan pesan kepada Candra.

"I Miss You.." pesanku

tak lama

"I Miss You Toooo.." balasnya.

Aku terdiam sebentar lalu berkata-kata di dalam hati "Ternyata Candra belum tidur, Percuma kamu bilang kangen balik sama aku Dra.. Karena kangen kamu sma aku hanya sebatas teman aja, hemmm".

Segera aku keluar kamar menuju dapur. Kubuka lemari es hanya ada dua butir telur, sementara persediaan snack sudah habis di makan oleh Ardi dan Ila. Aku pun bingung, aku tidak bisa memasak telur karna pasti akan memercikan minyak.

"Kenapa cuma ada telur si? Gimana dong?" keluhku.

Lalu dari belang ada yang penepuk pundakku yang tidak lain adalah Mira. Aku pun kaget, Mira tertawa kecil melihat reaksiku.
"Haha.. Embak ngapain tengah malam kaya gini di dapur? Embak Tarie laper ya?" tanyanya. Aku hanya menganggukan kepala, padahal tadinya aku ingin sekali marah

''Yasudah, embak tunggu sebentar ya, biar Mira yang masakin" ucapnya.

Selang beberapa menit kemudian makanan pun sudah ada di depan mataku. Kulihat Mira menyimpan Handphonenya di meja makan sementara Mira membuatkan susu coklat untukku, lalu handphonenya berbunyi tanda ada telephone masuk, kulihat sekilas siapa yang menelphonenya tengah malam seperti ini, "Candra?" gumamku, "Ngapain dia telpon malam-malam kya gini ke Mira? Aku angkat gak yaa.. Emmmh.. Angkat aja deh" lanjutku lalu kuangkat telephone dari Candra.

"Hallo" kataku

"Hallo, Tarie? Kenapa kmu yang angkat? Miranya mana?" Tanya Candra yang sama sekali tidak menanyakan kabarku

"Mi-Mira, Miranya lagi di kamar mandi, kalau gtu sory ya aku udah gak sopan, selamat malam!" kumatikan telephone dari Candra lalu aku geletakan handphone Mira kembali dan segera masuk ke dalam kamar lagi.

Aku benar-benar sakit hati dan sedih, Candra sudah tidak menganggapku ada, aku hanya dijadikan womansiter untuk Mira olehnya. Aku menangis di dalam kamar sementara makanan yang sudah disiapkan oleh Mira sama sekali belum aku sentuh.

Candra langsung menelphone Mira kembali pada waktu itu juga, wajahnya sedikit kebingungan, tak seperti pertama menelphone Mira tadi yang kuangkat.

"Halo, Mira?" sahut Candra

"Iya mas ada apa tengah malam menelphone Mira?" tanya Mira

"Apa Tari masih ada di situ?" tanya Candra

"Loh? Ko mas tau kalau embak Tarie ada di sini tadi?" tanya Mira balik

"Tadi yang angkat tlphone itu dia, sekarang mana dia?" tanya Candra

"Embak Tarienya masuk lagi ke kamarnya mas" ujar Mira

"Oh begitu, yasudah, selamat malam" Candra mematikan telephone begitu saja tanpa menunggu Mira membalas selamat malam darinya. "Kenapa mas Candra langsung mematikan telphonenya si? Padahal kan aku pengen ngobrol sma dia" celoteh Mira, lalu pandangannya tertuju pada makanan yang dibuatnya tadi, "Loh? Ko makanannya gak di makan si? Ah biarin ajalah, kalau embak Tarie sakit bukan salahku, huh!" ujarnya.

Aku tak lagi merasakan kelaparan, rasanya aku sudah kenyang dengan sikap Candra.

**

"Sial! Sial! Sial! Knapa tadi aku langsung menanyakan Mira? Pasti Tarie marah banget sama aku, gimana aku bisa lupa kalau Tarie itu orangnya sensitive banget, aku harus pulang, ya!" seru Candra setelah menutup telephonenya tadi.

Candra memperhatikan gambar yang ada di layar handphonenya, seorang perempuan. Dia pun segera merapihkan bajunya ke dalam ransel untuk rencananya kembali ke jakarta.

Pagi pun menjelang, Candra menemui neneknya yang sedang menikmati secangkir teh di belakang rumah.
"Nek" sapa Candra.

"Ya" diam sebentar sembari memperhatikan Candra yang sudah rapih dan membawa ransel, "Kamu mau kmana?" tanya nenek

"Candra mau pulang nek" ujar Candra

"Loh! Kamu bilang masih betah, ko tiba-tiba sekarang mau pulang? Ada apa?" tanya nenek sedikit khawatir

"Gak ada apa-apa ko nek, Candra kangen sma teman-teman Candra yang di jakarta , gak apa-apa kan kalau aku pulang sekarang?" tanya Candra lagi

"Ya gak apa-apa dong, masa nenek mau ngelarang kmu pulang si, tapi ingat ya, kmu harus kesini lagi dan kenalin calon pacar kmu itu sma nenek"

"Pasti nek, Aku pasti akan bawa dia ke sini. Oiya nek, aku titip potho dia di kamar ya"

"Potho? Memangnya kmu simpan pothonya di kamar? Ko nenek belum pernah liat ya?"
tanya neneknya lagi

"Iya nek, aku simpan pothonya di kamar, hehe. Yasudah kalau gtu aku pergi dulu ya, jaga diri nenek baik-baik, dah"

"Ya, hati-hati di jalan ya, salamkan nenek pada mamah dan papahmu"

"Iya..". Candra pun segera pergi.

**

Kalau saja hatiku terbuat dari besi dan baja, maka aku tak akan pernah perduli sampai di mana Candra membuatku sesedih seperti sekarang ini karna perubahan sikapnya semenjak mengenal Mira padaku.

Hari ini aku, Ila dan Ardi kembali bertemu di tempat kemarin, kali ini aku benar-benar menangis di hadapan mereka akan sikap Candra yang keterlaluan itu. Ila merangkul tubuhku, Ardi yang juga diam-diam mencuri kesempatan memembelai rambutku, tapi ketahuan Ila yang akhirnya kaki Ardi di injak oleh Ila, dan Ardi pun kesakitan.

"Hik.. Aku udah gak mau lagi liat Mira, aku kesal sama dia, aku benci" rengekku

"Mira kan gak salah Rie, yang salah itu si Candra yang nyuruh kmu ngelakuin ini dan itu buat Mira" seru Ila

"Iya Rie, Ila bener. Tapi kenapa si waktu itu kmu mau aja di suruh Candra buat ngelakuin ini semua?" tanya Ardi

"Ya karna aku cinta sama dia.." jelasku tak menyadari apa yang kukatakan tadi adalah rahasiaku yang sudah lumayan lama kusimpan. Lantas Ila dan Ardi pun terkejut mendengar pengakuan tak disengajaku itu

"Apaaa?? Kamu cinta sama Candra?" sahut Ila dan Ardi secara bersamaan. Aku pun tak bisa membohongi mereka, karna biar bagaimanapun mereka adalah teman baikku

"Iya, aku udah lama cinta sma Candra.. Tapi Candra gak pernah ngerasain apa yang aku rasain, terus waktu Ardi bilang kalau Candra pernah suka sma Aku, aku jadi tambah berharap, tapi kan sekarang dia sukanya sama Mira, hik!" keluhku dalam isakan tangis

"Cup cup cup, udah kmu jangan nangis lagi. Tadi pagi Candra sms aku, katanya hari ini dia mau pulang" seru Ardi yang membuatku berhenti menangis

"Apa? Candra mau pulang? Ko dia gak ngabarin aku si? Tukan dia udah lupa sma aku!" sahutku

"Ssstt.. Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, gak enak tuh diliatin sma yang lain. Mungkin dia mau bikin surpice buat kmu Rie" uja Ardi

"Buat Tarie apa buat Mira?" celoteh Ila yang membuatku semakin kesal, sementara Ardi hanya menghembuskan napas kecil sembari menepak jidatnya

"Aku minta sma kalian jangan pernah bilang sma Candra kalau aku cinta sma dia, karna itu hanya akan membuatku ditertawakan olehnya" pintaku kepada Ila dan Ardi, mereka hanya menganggukan kepalanya.

Sementara itu ternyata Candra sudah sampai dan sekarang sudah ada di depan pintu rumahku di saat aku sedang tidak ada di rumah. Beberapa kali ia mengetuk pintu rumahku barulah dibuka oleh Mira

"Loh, mas Candra sudah pulang? Ko gak ngasih kabar ke Mira mas? Mari masuk mas" seru Mira yang senang akan kepulangan Candra

"Iya maaf Mir, aku mendadak pulang karna ada sesuatu" ujar Candra yang kini tengah duduk di sofa

"Sesuatu? Emm.. Memangnya sesuatu itu apa mas?" tanya Mira yang penasaran

"Soal Tarie" jelas Candra yang membuat Mira sedikit kecewa

"Oh, oiya mas, kenapa kita gak jadian aja?" tanya Mira lagi yang berharap

"Apa? Jadian? Mira, apa kmu lupa? Kita ini kan cuma pura-pura saling suka, gak lebih dari itu" jelas Candra

"Iya Mira tau mas, tapi kenapa juga harus pura-pura?" ujar Mira yang membuat Candra bingung

"Maksud kmu apa si?" tanya Candra

"Jujur mas, sejak pertama kita ketemu, Aku langsung jatuh cinta sma mas Candra, dan waktu mas Candra minta aku berpura-pura di depan embak Tarie itu aku berharap mas benar-benar suka sma aku" jujur Mira membuat Candra sedikit terdiam dan tak tahu harus berkata apa

"Mir. . Mira, aduh gimana ya ngomongnya. Kmu kan tau kalau aku suka sma Tarie, dan maafin aku kalau aku cuma menganggap kmu teman aja, gak lebih dri itu, kmu ngerti kan?" jelas Candra

Mira terdiam dan tertunduk kecewa, lalu Candra mendekati Mira sambil mengenggam tangan Mira, "Mira, aku gak ada maksud untuk mempermainkan hati kmu, dari awal aku udah cerita kalau aku suka sma Tarie, dan aku minta kita pura-pura suka karna aku mau tau reaksi Tarie ketika sikapku begitu terlihat perduli dan sayang sma kmu, bukan hanya itu, aku ingin sekali Tarie tidak terlalu manja, aku tidak mau Tarie kerjanya hanya shoping, main, tidur dan makan saja. Aku kagum sma kmu karna kmu itu perempuan yang mandiri Mira, dan aku mau Tarie bisa seperti kmu, karna suatu saat nanti jika aku bisa menikah dengannya, aku ingin sekali merasakan makanan buatannya sendiri" jelas Candra yang membuat Mira mulai mengerti

"Ya Tuhan, ada apa denganku ini? Aku gak boleh ngerebut mas Candra dari embak Tarie" batin Mira berkata-kata, "Maaf mas, aku minta maaf" seru Mira

"Iya, kmu gak salah ko, aku berterimakasih karna kmu diajak krja sama. Oiya, Tarie kemana?' tanya Candra

"Embak Tarie sedang keluar mas, tapi tadi sempat bilang katanya embak Tarie mau temuin teman-temannya, kalau gak salah mas Ardi sama embak Ila, mas" ujar Mira

"Oh yasudah, kayaknya aku tau mereka ada di mana, kalau gtu aku pergi dulu ya Mir"

Baru saja Candra akan keluar rumah, aku, Ardi dan Ila sudah masuk ke dalam rumah duluan, dari Cafe tadi aku mengajak Ardi dan Ila lagi ke rumah hari ini. Lantas aku pun terkejut akan kehadiran Candra yang yang sudah ada di dalam rumahku bersama Mira. Pikiran negativeku merajarela kemana-mana, tak kusadari air mata pun menetes di hadapan Candra yang menatapku tanpa kata, tak lama setelah itu Candra mencoba memelukku, namun aku menghindar

"Sedang apa kalian di rumahku? Dan kenapa kamu gak bilang sma aku kalau kmu mau pulang?" seruku sembari menangis, Ila mengusap pundakku. Mira yang berdiri di belakang Candra terlihat serba salah

"Mira! Kenapa kmu juga diam aja? Apa yang sudah kalian lakukan di sini?" tanyaku ngotot

"Demi Tuhan embak, Kita gak ngelakuin apa-apa" jawab Mira

"Bohong! Kalian berdua bohong!" aku pun mulai marah karena tak percaya

Ardi meraih tanganku dan mencoba menjelaskan, "Rie, Mira gak bohong, kita gak ngelakuin apa-apa seperti yang kmu pikirkan Rie, aku baru sampai ko di sini, dan tadi itu aku mau keluar lg nyari kmu" jelas Candra, tapi aku tetap tak percaya, "Rie, jujur aku tuh sayang sama kmu, aku cinta sma kmu" seru Candra membuatku menangis dalam ke tidak percayaan

Pakk!!

Aku menampar Candra di hadapan Mira, Ardi dan Ila, mereka pun terkejut. Candra yang mulai terlihat berkaca-kaca pun terlihat terkejut aku akan melakukan hal seperti itu, "Kalau kmu sayang dan cinta sma aku, lalu ada hubungan apa kmu sama Mira? Bukannya kmu lebih perduli sma Mira dari pada sma aku yang kmu anggap seperti pembantu!" cetusku lalu berlari keluar rumah dalam keadaan menangis dan sakit hati

"Tarieee. . Dengerin penjelasan aku" teriak Candra yang tak kudengar. Ardi dan Ila merasa serba berada diantara masalah asmara orang lain

"Embak Tarie.. Tunggu Mira embak, embak belum tau yang sebenarnya" teriak Mira yang juga berlari mengejarku. Karena penasaran apa yang sebenarnya belum kuketahui, akhirnya aku berhenti berlari dan menoleh ke belakang

"Apa? Apa yang belum aku ketahui tentang hubungan kalian? Hah!" tanyaku emosi

"Embak, embak harus tau kalau mas Candra hanya berpura-pura menyukai Mira, dan Mira juga hanya berpura-pura menyukai mas Candra, sebetulnya mas Candra sayang dan cinta sama embak Tarie, gak ada maksud mas Candra membuat embak layaknya pembantu seperti Mira, mas Candra bilang sama Mira kalau suatu saat nanti embak Tarie jadi istrinya, mas Candra mau makan masakan buatan embak Tarie. Mas Candra orangnya baik embak, percaya sama Mira embak, kita gak ada hubungan apa-apa, suer embak" jelas Tarie membuatku terdiam dan berkata-kata di dalam hati, "Apa benar seperti itu?".

"Benar Tarie, apa yang Mira omongin tadi benar, aku sayang dan cinta sma kmu, dari dulu dan sampai sekarang, kalau memang aku tak pantas untuk jadi pasangan hidup kamu hanya karena kesalahfahaman yang fatal, maka aku gak akan maksa kamu untuk jadi calon istri aku" seru Candra di belakang Mira yang disusul oleh Ardi dan Ila. Candra menghampiriku lalu memelukku, kini air mataku terjatuh ke bahunya tempat sekarang aku menangis, "Tapi kenapa kmu buat aku seperti pembantu? Aku tuh bukan Upik, hik" rengekku kembali membahas pokok permasalahan

"Iya iya, maafin aku ya, aku akui aku emang salah" ucap Candra sembari membelai rambutku, kubalas pelukan Candra dengan erat, "Jadi kamu maukan jadi Calon istri aku?" tanya Candra berbisik, lalu kujawab dengan menganggukan kepala lalu tersenyum dibalik pelukannya, "Makasih ya Rie, makasih banget, aku sayang kamu bukan karena kamu gak bisa apa-apa, aku sayang karena sama kamu karena kamu istimewa buat aku" ujar Candra membuatku merasa menjadi perempuan yang paling beruntung. Mira tersenyum, Ardi dan Ila juga merasa bahagia melihatku dan Candra bisa menjadi sepasang kekasi

"Oiya, kmu pasti sudah pintar masakkan? Minggu depan aku mau kenalin kmu sma keluarga aku, terutama sma nenek aku yang di luar kota, kmu maukan?" ajak Candra

"Emm. . Masak?" ujarku sedikit melirik ke arah Mira dan tersenyum, "Iya aku udah bisa masak, tapi aku ajak Mira ya, soalnya Mira harus bantuin aku buat masakin makanannya, hahahaha" seruku

"Hahaha. . Huu dasar" seru Candra yang menyubit hidungku.

Mira dan yang lainnya pun ikut tertawa melihat kemesraanku dan Candra. Aku tak pernah menyangka sebelumnya, cinta ini yang kupikir akan bertepuk setengah dari sebelahnya tangan akan benar-benar hancur, tapi ternyata rencana Tuhan jauh lebih indah dari apa yang kupikirkan selama ini.

Kini aku sudah merasakan bagaimana memperjuangkan perasaan cinta dengan pengorbanan pisik dan mental menjadi seorang yang mandiri.

TAMAT
BOGOR, 24/04/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan jadilah pembaca setia cerpen maupun puisi saya...