Rabu, 16 Juli 2014

CERPEN ~DARI HATI~



DARI HATI
Oleh: Niaw Shinran


Present..

Telah cukup lama cinta itu terlupakan, namun mudah untuk kuingat kembali. Adakalanya hati meminta untuk tak lagi menoleh ke arah yang disebut kenangan, tetapi aku tidak bisa.

**

10 tahun telah berlalu ...

Dengan begitu cepatnya hari demi hari memutar waktu silih berganti, aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu di mana tak ada satu orang pun yang mau melihatku sebagai seorang laki-laki yang jantan dan tampan, kecuali dia, Bunga.

Aku menemukannya kembali, entah karena jodoh atau memang doaku telah dikabulkan oleh Tuhan,"Ya Tuhan, bila suatu hari aku dipertemukan dengannya hanya untuk sebagai teman, maka bantu aku untuk tidak terlalu mempercayai mimpi bahwa dia adalah pengantinku, dan bila aku dipertemukan dengannya untuk sebagai sepasang kekasih lagi, maka jadikanlah mimpiku itu menjadi nyata"begitulah doaku sepuluh tahun yang lalu. Di sebuah Villa tempat aku dan teman-temanku berlibur, aku dan Bunga bertemu. Dia nampak cantik dengan baju putih lengan panjang bergambarkan bentuk hati, seolah-olah dia telah memperlihatkan hatinya untuk kembali kuraih. Kuhampiri dia yang tengah berdiri menyendiri di atas bebatuan sembari menghirup udara pegunungan yang segar. Sebenarnya ada sedikit rasa takut di dalam hati ini, apakah dia masih mengenalku? Apakah dia masih menyisakan kenangan cinta yang dulu untukku? Pertanyaan itu membuat langkah kakiku sedikit demi sedikit berhenti dan tak seirama dengan keinginan di dalam hati,"Apa gue terlalu takut untuk nemuin dia? Tapi kenapa? Sekarang dia udah ada di hadapan mata gue, dan gue gak boleh menyia-nyiakan momen ini, ayo, Pandu, lo pasti bisa!"celotehku dalam hati.

Lantas aku memantapkan hati ini untuk melangkah dan menghampirinya. Kini aku sudah benar-benar berada di dekatnya, benar-benar sudah sangat dekat, rasanya aku ingin memeluknya dari belakang dan menghirup aroma tubuhnya dari cela-cela kulit putih mulusnya yang kurindukan. Bunga melentangkan tangan kanan dan kirinya bak seorang Rose dalam film Titanik, kurasa dia tengah mengkhayalkan sesuatu, begitupun aku yang juga teringat akan film Titanik itu. Ah ... Rasanya di depan sana ada hamparan laut yang luas bersama seribu angan-angan yang berhamburan.

Tak lama kemudian, Bunga memutarkan lentangan tangannya kebelakang dengan sangat cepat sehingga memukul leherku yang sedari tadi berdiri di belakangnya, lantas aku berteriak, karena lumayan sakit juga,"Aww ..."teriakku. Bunga pun kaget lalu menoleh kebelakang,"Adu h!! saya minta maaf mas, saya gak sengaja, apanya yang saaa ..."diam sejenak setelah benar-benar melihat jelas wajahku,"Pa-Pan du? Kamu Pandu kan?"tanya Bunga, dia mengkerutkan keningnya karena sedikit keheranan. Belum sempat kujawab, aku menatapnya dalam-dalam, sementara hatiku berceloteh,"Ter nyata lo masih inget sama gue, itu artinya lo juga pasti masih ingat kisah cinta kecil kita."ujarku dalam hati.

"Iya, Bunga. Aku Pandu."jelasku menjawab pertanyaannya

Bunga langsung memelukku dengan erat sembari berteriak kegirangan,"Aaa a ... Pandu, aku kangen banget sama kamu,"Ujar Bunga melepaskan pelukannya,"Kam u apa kabar? Udah lama banget ya kita gak ketemu."serunya

"Iya, kabarku baik ko, aku juga kangen sama kamu."celotehku

"Oiya, kamu ngapain di sini?"tanya Bunga menatapku sembari mengajakku berjalan melihat pemandangan

"Aku lagi liburan di Villa dekat sini sama teman-temanku. Kamu juga lagi ngapain tadi diam di sana sendirian?"seru ku memperbanyak pertanyaan kepada Bunga

"Hampir setiap hari aku ke sini ko, untuk ngilangin rasa jenuh aja si, soalnya di rumah aku gak punya teman."ujar Bunga sambil tersenyum.

Aku begitu menikmati lekukan senyuman yang menghiasi wajahnya, rasanya aku sudah sangat ingin mengukir kembali kisah asmara yang pernah kulewati
bersamanya.

Beberapa saat kemudian di hadapanku sudah ada rumah sederhana yang dikelilingi oleh berbagai macam bunga. Bunga mengajakku masuk ke halaman rumah itu,"Ini rumah siapa?"tanyaku

"Ini rumah aku yang sekarang, Du,"..."Kenapa? Tidak sebesar rumah yang dulu ya?"seru Bunga, wajahnya yang ceria pun menjadi suram

"Iya, rumah ini nampak sederhana dan ..."diam sejenak, karena Bunga memotong ucapanku

"Dan apa?"tanya Bunga

"Dan tidak ada rumah bagaikan istana selain rumah sendiri"jawabku , Bunga hanya tersenyum simpul,"Jadi selama ini kamu tinggal di sini?"lanjutku, Bunga hanya memanggut,"Kena pa selama ini kamu gak ada kabar?"tanyaku

Bunga terdiam sembari mengarahkan pandangannya ke arahku, kulihat di matanya ada bayanganku yang tenggelam dalam linangan air mata yang disembunyikanny a, sesekali ia mencoba menghapus air matanya yang menetes di belakangku.
Entah apa yang membuatnya menangis seperti itu. Inginnya aku bertanya, tetapi aku tak berani, aku takut jika nanti Bunga berpikir kalau aku terlalu ingin tahu.

Bunga mengajakku masuk ke dalam dan menyuruhku duduk, sementara itu Bunga mengambilkan minuman untukku. Kupandangi setiap sudut rumahnya yang dihiasi beberapa bingkai photo. Tak ada photo yang terlihat kusam,"Kenapa rumah ini sepi sekali? Tante Tiara sama Om Rudi mana ya?"hatiku bertanya-tanya

Tak lama Bunga kembali dan duduk di sampingku, aku senang karena dia masih terlihat seperti Bunga yang kukenal dulu

"Kamu kenapa? Kok liatin aku kaya gitu?"tanya Bunga

"Ah, gak apa-apa kok. Oiya, kamu sendirian aja di sini? Yang lain mana?"tanyaku

Wajah bunga kembali muram dan matanya mulai berkaca-kaca setelah kutanyakan hal itu, lantas aku pun kembali mempertanyakan sikapnya yang aneh itu,"Bunga, kamu kenapa? Ada yang salah dengan ucapanku?"tanya ku penasaran

Bunga menggelengkan kepalanya, lalu tiba-tiba saja Bunga memelukku sambil menangis tersedu-sedu. Debaran detak jantungku tak menentu, seolah-olah aku merasakan apa yang dirasakannya walau pun aku tak tahu apa sebabnya

"Hik ... Papa sudah meninggal dua bulan yang lalu, setelah itu mamah menikah lagi dengan seorang WNA yang berasal dari Malaysia, dan sekarang mamah ninggalin aku sendirian di rumah ini tanpa sepengetahuanku , hik ... Aku kesepian di sini, Du, aku kesepian,"diam sejenak,"Du, kamu maukan temenin aku di sini?"tanya Bunga

Aku mengusap rambutnya, rasa cinta dan sayang itu kembali tumbuh. Entah kenapa aku meneteskan air mata setelah kudengar Bunga memintaku untuk menemaninya, aku tahu, ini adalah air mata kerinduan,"Iya, Bunga, aku akan ada di sini untuk kamu, jangan nangis lagi ya"ujarku menenangkan Bunga untuk jangan lagi menangis

Bunga melepaskan pelukannya. Sisa-sisa air matanya masih terlihat, lantas kuhapus dengan ke dua tanganku dan memintanya untuk tersenyum.

Waktu sudah menunjukan pukul lima sore, aku meminta ijin kepada Bunga untuk kembali ke Villa agar teman-temanku tidak mencariku kemana-mana. Bunga mengantarku keluar rumah dan melambaikan tangannya,"Kemb ali lagi yaaa"sahut Bunga di kejauhan dan aku pun membalas lambaian tangannya.

**

Kedua temanku, Dimas dan Riki sedang asik bercanda gurau di teras depan Villa. Sepertinya kedatanganku membuat banyak pertanyaan di benak mereka. Aku merebut snack yang ada di tangan Dimas lalu duduk di antara mereka

"Heh, Pandu, datang-datang lo langsung nyerobot makanan gue aja, dari mana aja lo?"seru Dimas merongos

aku tak menjawab ucapannya, aku hanya tersenyum sambil menikmati snack yang kuambil tadi. Dimas pun kembali bertanya melihat sikapku yang aneh,"Lo kesambet setan apa si? Senyam-senyum gak jelas, hihh ... Jadi merinding gue"ujar Dimas ngaco

"Pandu tadi ketemuan sama cewe, Dim"celoteh Riki mulai angkat bicara dan menjawab pertanyaan Dimas

"Dari mana Riki tau soal itu ya? Apa dia ngikutin gue?"tanyaku dalam hati. Aku menatap Riki dengan penuh tanda tanya

"Jadi lo habis ketemuan sama cewe? Kenapa gak ngajakin kita?"seru Dimas mulai penasaran

"Udahlah gue capek mau istirahat, gue masuk ke dalam dulu ya"ujarku menghindar dari pertanyaan Dimas

"Loh, loh ... Bukannya jawab pertanyaan gue dia malah masuk ke dalam, huh, payah!"seru Dimas kecewa. Sementara Riki hanya cengengesan.

Aku kepikiran mengapa Riki bisa tau kalau aku bertemu dengan Bunga, beberapa kali kucoba menerka-nerka, tetapi tak ada yang masuk di akal selain dia mengikutiku. Sedang enak-enaknya merebahkan tubuh di atas kasur, Riki datang lalu ikut merebahkan tubuhnya di sampingku dengan membawa sebuah photo yang diperlihatkan kepadaku,"Inika n ..."seruku setelah melihat photo itu, lalu aku bangun dan terduduk

"Kenapa? Lo kaget? Tadi itu gue lagi iseng ngambil beberapa gambar pemandangan, trus gue gak sengaja liat lo lagi berduaan sama cewe"diam sejenak,"Cewe itu siapa? Cantik juga"ujarnya

Aku langsung naik darah dan merobek photo itu di hadapan Riki. Tak ada reaksi apapun darinya selain hanya tersenyum sinis,"Lo kenapa? Gak suka sama photonya?"tanya Riki

"Trus maksud lo apa nanya-nanya cewek itu siapa?"tanyaku emosi

"Lho? Emang gue salah nanya kaya gitu? Yaaa, lo tinggal jawab aja, gampang kan?"seru Riki yang semakin membuatku emosi

"Lo gak perlu tau siapa dia, yang jelas gue gak suka lo terlalu ingin tau urusan gue! Ngerti lo!"seruku. Aku pun pergi meninggalkan Riki ke luar dan bergegas pergi ke rumah Bunga

"Lo mau kemana? Buru-buru amat?"tanya Dimas yang melihatku pergi ke luar,"Woyy ... Ditanya diem aja, ngeloyor kaya bebek!"seru Dimas, namun tak kuhiraukan dan sudah benar-benar keluar jauh dari Villa.

**

"Gue gak akan ngebiarin Riki ngerebut Bunga, kesabaran gue sudah habis setelah Riki selalu saja merebut perempuan yang pernah gue sayang. Dia bisa aja berhasil merebut Intan dan Mela dari gue dulu, tapi tidak untuk Bunga, karena Bunga hanya akan jadi milik gue!"
Seruku di sepanjang jalan menuju rumah Bunga.

Dari kejauhan aku melihat ada seorang laki-laki yang keluar dari rumah Bunga, aku bersembunyi dibalik pohon agar tidak terlihat olehnya,"Laki-l aki itu siapa ya?"celotehku. Laki-laki itu sudah pergi jauh, lantas aku kembali berjalan menuju rumah Bunga

Tok ... Tok ... Tok!

"Bunga, ini aku, Pandu."seruku mengetuk pintu dan memanggilnya

Tak lama kemudian Bunga membukakan pintu untukku, dia tersenyum manis dan mempersilahkank u masuk ke dalam,"Makasih ya kamu udah nepatin janji mau nemenin aku malam ini."ucap Bunga

"Iya, aku kan udah janji sama kamu. Oiya, laki-laki yang baru saja keluar dari rumahmu tadi siapa?"diam sejenak,"Pacar kamu?"lanjutku bertanya

Bunga tertawa tanpa menjawab pertanyaanku, dan itu membuatku heran,"Kok kamu malah ketawa si? Jadi bener laki-laki tadi itu pacar kamu?"tanyaku lagi

"Bukan, dia itu tukang yang suka benerin listrik di rumahku"jelas Bunga

"Emangnya listrik di rumah kamu kenapa?"tanyaku lagi

"Gak tau tuh ...! Kadang suka mati sendiri gitu"ujarnya

"Mati sendiri? Serem banget si, hehe"ledekku

Bunga mencubitku dan duduk lebih dekat di sampingku,"Ikh, kamu jangan nakutin dong, aku kan tidur sendirian di rumah"celotehny a membuatku tertawa.

Bunga menatapku dalam-dalam, aku pun mulai terhanyut dan berhenti tertawa. Ada binar cahaya yang kulihat pada bola matanya. Kita saling bertatapan, dengan sendirinya tangan ini menyentuh pipinya yang lembut, lalu Bunga pun menyentuh tanganku. Ada getaran rasa yang membuatku ingin mengajaknya berlari mencari cinta yang pernah hilang,"Aku cinta sama kamu, Bunga"Ucapku membuat Bunga melepaskan tanganku di pipinya

"Maksud kamu apa ngomong kaya gitu?"tanya Bunga yang membuatku salah tingkah di hadapannya

"Eng ... Enggak apa-apa, lupain aja"ujarku berbohong dan mendustai hati

Bunga hanya melihatku tanpa bertanya lagi. Aku masih terdiam dan tak mampu menatapnya kembali,"Astaga , kenapa gue gak jujur aja si?"seruku dalam hati,"Oiya, kayaknya aku sudah harus balik lagi ke Villa, kamu hati-hati ya di sini, kalau ada apa-apa hubungi aku aja"..."Dah ..."lanjutku

Bunga hanya meng-iya-kan ucapanku lalu mengantarku keluar rumah tanpa mengatakan apa-apa lagi selain melambaikan tangan.

Di sepanjang jalan aku terus menerus menyesali sikapku tadi, aku menyesal karena tidak berterus terang akan perasaan cinta yang masih tersimpan di hatiku untuk Bunga,"Bego banget sih ...!! Padahal tadi itu tinggal sedikit lagi gue bisa ngungkapin semuanya. Hah ... Pandu, Pandu, disimpan di mana si keberanian lo itu!!"gerutu di sepanjang jalan.

**

Jam menunjukan pukul sebelas malam, aku kebingungan mencari ponselku yang hilang entah kemana. Dimas yang juga membantuku mencari pun tidak menemukannya, lantas aku menghampiri Riki yang sedang menonton tv,"Rik, lo gak liat hape gue?"tanyaku serius

"Gak, emang kenapa?"Riki balik bertanya

"Hape gue ilang gak tau kemana"ujarku

"Lo inget-inget aja, siapa tau lo lupa naronya di mana atau ketinggalan di mana gitu"seru Riki

Aku terdiam dan mengingat-ingat ,"Hem ... Gak mungkin gue lupa naronya di mana. Ketinggalan? Tapi di mana?"..."Oh, atau jangan-jangan ketinggalan di rumahnya Bunga? Gue yakin, pasti ada di rumah Bunga"celotehku dalam hati lalu bergegas pergi keluar meninggalkan Riki

"Woii ... Mau kemana lagi lo?"seru Riki.

Aku kembali mendatangi rumah Bunga untuk memastikan ponselku yang hilang ada di rumahnya. Setibanya di rumah Bunga, aku mendengar suara jeritan Bunga dari dalam, aku pun panik dan mengetuk-ngetuk pintu rumahnya tetapi sama sekali tidak dibuka, aku semakin panik dan mendobrak pintu rumah Bunga

Bruukk ...!

"Bunga, Bunga kamu di mana?"seruku memanggil Bunga

"Du, Pandu ... Tolong aku."seru Bunga di suatu ruangan

Cepat-cepat aku masuk ke dalam dan menuju kamar yang tertutup,"Bunga , apa kamu di dalam?"tanyaku dibalik pintu

"Iya, tolong aku, di sini ada ular, aku gak bisa buka pintunya, aku takut ... Hik!"ujar Bunga

"Apa? Ular? Ka-kamu tenang dulu ya, aku masuk."ucapku

Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Di sudut ruangan sebelah kanan sudah kulihat ada Bunga yang ketakutan, sementara ular yang cukup besar itu berada di depannya. Aku berusaha mencari cara untuk mengeluarkan ular itu. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya aku bisa mengeluarkan ular itu. Aku menghampiri Bunga yang masih ketakutan, aku memeluknya dan menenangkannya, "Ularnya sudah kukeluarkan jauh-jauh dari rumah ini, kamu jangan takut lagi ya"ujarku

Bunga membalas pelukanku erat-erat,"Aku takut, Du ... Kalau gak ada kamu mungkin aku udah mati, hik!"ucapnya sambil terisak

Aku memeluknya semakin erat dan mengajaknya duduk di tempat tidur. Aku kembali merasakan getaran itu, sepuluh tahun yang lalu, cinta kecilku,"Kamu gak usah takut lagi, ada aku di sini"ujarku

"Du, aku gak mau tidur di rumah ini sendirian, aku takut kalau ular itu datang lagi."celotehny a.
Aku berusaha mencari solusinya, lalu tiba-tiba muncul sebuah ide di benakku,''Bunga , gimana kalau kamu menginap di Villa saja sama aku''seruku

''Sama kamu?''tanya Bunga salah mengartikan apa maksudku

''Iya, maksud aku kamu tidur di kamar aku dan aku bisa tidur di kamar teman aku, gimana?''tanyak u

Bunga menganggukan kepalanya, lantas setelah aku menemukan handphoneku di rumhanya Bunga, aku segera mengajaknya ke Villa.

Bunga terlihat senang ketika kuajak bermalam di Villa, aku pun semakin ingin terus menjaganya, apalagi setelah kejadian ada ular di rumahnya tadi benar-benar sangat membuatku khawatir.

Setibanya di Villa aku langsung menyuruh Bunga untuk masuk. Dimas yang belum tidur menghampiriku dan Bunga, Dimas kaget ketika melihat kehadiran Bunga yang sudah ada di dekatku, ia memperhatikan Bunga dari atas sampai bawah tanpa berkedip sedikit pun, lantas aku mengkemplang kepalanya agar bersikap sopan kepada Bunga,''Woiii ... Biasa aja dong ngeliatnya''ser uku

''Eh ... Sory, sory, gue cuma mau mastiin kalau cewek yang ada di depan gue ini beneran manusia, bukan bidadari ... Hehehe cakeup beneur''ujar Dimas dan Bunga hanya tersenyum

''Huh!! Kalau liat cewek cantik aja mulut lo manis banget, gue sumpahin kena diabetes!!''ser uku

''Yaelah emangnya gue malin kundang pake di sumpahin segala''diam sejenak sembari tersenyum kepada Bunga''Kalau boleh tau nama kamu siapa, hehehe kenalin nama aku Dimas Anggara tipe KW, kalau kamu??''celotah Dimas sambil mengulurkan tangannya

''Namaku Bunga, aku temannya Pandu''ujar Bunga membalas uluran tangan Dimas

''Udah, udah!! Jangan lama-lama salamannya, Bunga harus istirahat, inikan udah malam''diam sejenak,''Bunga , kamu istrahat ya, kamarnya disebelah sana''jelasku, Bunga pun berjalan menuju kamarku dan masuk, sementara Dimas keheranan kenapa Bunga bisa istirahat di Villa
''Du, lo udah gila ya? kenapa tu si Bunga bisa tidur di sini? Dikamar lo lagi, kenapa gak di kamar gue aja?''Dimas mulai ngawur

''Heh, awas ya kalau lo macem-macem, gue sengaja ajak Bunga menginap di sini karena gue khawatir sama dia, tadi pas gue kerumahnya tiba-tiba Bunga menjerit karena ada ular di kamarnya''

''Emangnya gak ada siapa-siapa di rumahnya?''tany a Dimas

''Bunga cuma sendirian, Dim, makanya gue ajak dia ke sini karena gue gak mau terjadi apa-apa sama dia''

''Ciecieee ... Kayaknya gue merasakan ada getaran-getaran cinta nih di sini, ahaaaaydeuh''uj ar Dimas meledekku

''So tau lo!! Oiya, gue tidur di kamar lo ya?''pintaku

''Hem ... Oke, tapi ada syaratnya''ucap Dimas

''Syarat? Syarat apaan si?''tanyaku

''Lo harus pinjemin gue motor gede lo itu besok, karena gue mau ngecengin cewek-cewek cantik yang ada di sini, gimana??''

''Dasar lo anak Haji Muklis baplang!! Anak Haji tapi kelakuannya kaya kucing garong!! pake ajah sanah sampai bokong lo tepos!! Udah ah, gue mau tidur''

''Ahaaahaahaaha a ... Yes, yes, yes!! Thanks yaa. asik besok gue pake motor keren.. Hahaha''

Akhirnya aku pun tidur di kamar Dimas yang dipenuhi dengan berbagai macam bau yang tak sedap. Terpaksa kusemprotkan minyak wangi termahalku ke seluruh ruangan kamarnya.

**

Jelang pagi ini aku sedang berusaha menyiapkan sarapan pagi untuk Bunga, sepiring nasi goreng pun siap kuantarkan ke kamarnya, walau pun aku tahu rasanya tidak terlalu enak, tetapi dari hati yang terdalam aku ingin memperhatikanny a.

Sementara itu di kamar Riki, ia tengah sibuk memutar-mutar air keran di kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, sepertinya rusak,''Sialan! ! Pake rusak segala lagi, ni Villa apa si sebenarnya? Pasilitasnya kok gak berkelas banget!! alamat numpang mandi nih di kamarnya si Pandu.''seru Riki, ia pun lalu keluar dari kamarnya menuju kamarku untung menumpang mandi, Riki tidak tahu kalau ada Bunga di sana.

Tok ... Tok ... Tok ... !

Riki mengetuk pintu kamar, tiga kali ia mengetuk namun tidak dibuka, lantas ia memegang gagang pintu dan memutarnya, ternyata Bunga tidak mengunci pintu itu, lantas Riki langsung masuk tanpa permisi. Betapa kagetnya Riki yang melihat ada seorang perempuan tengah menyisir rambutnya di depan kaca yang tak lain adalah Bunga. Bunga pun tak kalah kagetnya, spontan Bunga melempar sisir yang dipegangnya ke arah Riki dan terkena mata kanannya,''Aaaa aa ... Mata gue!! Heh!! Siapa si lo? Ngapain lo ada di sini? Lo salah masuk kamar ya?''tanya Riki marah-marah

''Ma-maaf, aku gak sengaja''ujar Bunga panik

''Gak sengaja gimana!! Lo liat ni mata gue, sakit tau!!''diam sejenak dan menghampiri Bunga, Bunga yang sedikit panik dan takut itu pun berjalan mundur menjauh dari Riki, hingga akhirnya Bunga pun tersudut di antara tembok kamar,''Kamu mau apa?''tanya Bunga. Riki memperhatikan wajah Bunga sambil memegang mata kanannya,''Kaya knya gue pernah liat lo deh, tapi di mana ya??''ucap Riki sambil mengingat-ingat sesuatu

''Mungkin kamu salah orang, kita belum pernah ketemu sebelumnya kok''jelas Bunga.

Sedang sibuknya Riki mengingat-ingat sesuatu yang pernah dilihatnya itu, tak lama aku pun bergegas menuju kamar Bunga dengan membawa sepiring nasi goreng yang sudah kusiapkan sedari pagi tadi. Kulihat pintu kamar itu sedikit terbuka, hatiku mengatakan mungkin Bunga sudah bangun dan keluar kamar tanpa menutup kembali pintu kamarnya,''Seba iknya gue simpan aja nasi goreng ini di dalam, biar pas Bunga masuk lagi ke kamar dia pasti akan kaget dan senang karena sudah ada nasi goreng untuknya, ya ... Gue simpan aja di dalam deh''seruku. Lantas ketika kumasuk, aku kaget melihat ada Bunga dan Riki sedang berduaan di kamar, nasi goreng specialpun terjatuh, prakk ... Pikiranku berkeliaran kemana-mana. Aku langsung menarik baju Riki dan menghantam wajahnya dan terjadilah perkelahian di dalam kamar

Brukk ...

Kupukul mata kanannya yang tengah kesakitan karena terkena sisir tadi dan ia pun tersungkur ke lantai, namun anehnya Riki sama sekali tak membalas pukulanku itu,''Kenapa lo bisa ada di sini? Hah!!! gue peringatin ya sama lo, lo jangan macem-macem sama dia, ngerti lo!!''cetusku

''Sudah hentikan ... Pandu!! Kamu tuh apa-apan sih?''ujar bunga menarik tanganku dan membantu Riki bangun,''Kamu tuh salah paham, Duuu ...''lanjut Bunga

''Salah paham apanya si? Jelas-jelas aku liat kamu itu tersudut sama dia!!''seruku semakin naik darah,''Heh, lo jangan diem aja, maksud lo apa tadi??''lanjutk u bertanya kepada Riki meminta penjelasan

''Gue gak ada maksud apa-apa, mana gue tau kalau di kamar lo ada dia!!''jawab Riki, namun aku masih tak percaya begitu saja

''Halaaahhh ... Jangan banyak alesan lo!!''

Brukkk ...!!

Aku memukul Riki lagi, kali ini ada darah yang keluar dari sisi kiri bibirnya. Melihat sikapku yang begitu emosi membuat Bunga mendorongku dan memaki-maki diriku

''Pandu!! Cukup pandu!! Ternyata kamu tuh udah banyak berubah ya, kamu bukan Pandu yang kukenal dulu, kamu kasar ... Aku benci sama kamu!!''seru Bunga marah padaku lalu ia pergi dari kamar dan berlari keluar Villa,''Bungaaa a!! ... Bunga tunggu Bunga ...''teriakku memanggil Bunga. Aku mengejar Bunga keluar dan meninggalkan Riki sendiri di kamar dalam keadaan babak belur

''Cihh!! Ternyata cewek itu namanya Bunga, boleh juga ... Lo liat aja, Du, secepatnya Bunga akan jadi milik gue''ujar Riki dalam hatinya sambil tersenyum sinis yang akan berusaha mengambil Bunga dariku.

Aku masih mengejar Bunga, ia berlari begitu sangat cepat secepat dulu ketika kami masih kecil. Jalan setapak di kelilingi pohon teh serta batu-batu kecil yang berserakan membuatku terpeleset dan jatuh diantara batu-batu kecil itu, tanganku lecet dan berdarah, lumayan sakit, namun aku berdiri kembali dan berlari mengejar Bunga.

Tak terasa langkah kakiku berhenti pas di depan rumah Bunga, kurasa ia ada di dalam, lantas aku pun mencoba masuk dan menemuinya untuk meminta maaf,''Bunga, aku tau kamu ada di dalam, tolong buka pintunya, aku mau minta maaf sama kamu ... aku sama sekali gak berubah, aku masih seperti Pandu yang dulu''seruku, namun tak kudengar suara Bunga menyautiku, kulihat ke dalam dari jendela kaca yang sedikit terbuka, tapi sepi-sepi saja. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang, lantas aku pun menengok kebelakang dan ternyata itu adalah Bunga,''Apa buktinya kalau kamu gak berubah? Aku tuh liat dengan mata kepala aku sendiri kamu pukul teman kamu tanpa ada sedikit pun belas kasihan, Du, kamu bilang itu gak berubah??''tany a Bunga yang membuatku tak enak hati

''Ta-tapi Bunga, aku ngelakuin itu semua karena ada alasannya''ucap ku

''Alasan? Kamu sendiri gak mau dengerin alasan teman kamu itu, kamu tuh udah slah banget pukul dia sampai babak belur seperti tadi''jelas Bunga semakin marah

''Bunga, aku tuh tau siapa dia dan aku cuma gak mau kamu kenapa-kenapa, itu aja''seruku meyakinkan Bunga

''Udahlah!! Aku tuh gak nyangka ya sama kamu, kamu tuh udah berubah, berubah!!!''cet us Bunga, ia kembali berlari pergi meninggalkanku menuju ke Villa. Aku merasa Riki sudah mengibarkan bendera perang untuk yang ke tiga kalinya padaku, kronologi seperti ini yang selalu dibuatnya.

''Rikiiiiiiiiii i ...!!''teriakku melampiaskan emosi. kemudian aku pun memutuskan untuk kembali ke Villa dengan hati yang kesal.

Dimas yang tidak tahu apa-apa akan kejadian tadi pagi kaget melihat wajah Riki sudah babak belur, karena penasaran lalu ia pun bertanya pada Riki apa yang sebenarnya sudah terjadi,''Rik, muka lo kenapa bisa bonyok kaya adonan apem gitu?? bilang sama gue Rik, siapa yang buat lo babak belur kaya gini, biar gue remes-remes mukanya''ujar Dimas

''Lo mau tau siapa yang buat gue kaya gini?''tanya Riki, Dimas manggut-manggut ,''Yang bikin muka gue kaya gini temen lo, Pandu!!''jelas Riki

Dimas pun kaget dan mengkerutkan keningnya karena keheranan,''Apa ? Pandu? kok bisa di pukul lo sampai kaya gini banget? Lo punya maslah sama dia?''tanya Dimas lagi

''Masalahnya cuma gara-gara cewek yang ada di kamarnya, mana gue tau kalau di kamarnya ada cewek, lagian gue gak nyangka dia bisa tidur sekamar sama cewek, jangan-jangan tu cewek udah di apa-apain sama si Pandu, mungkin dia takut kalau gue bongkar rahasianya, maknya gue dipukul kaya gini''jelas Riki sok tau dan berbohong

''Husssttt, lo jangan asal nuduh gitu aja dong, cewek itu namanya Bunga, semalam Pandu ngajak dia ke sini karena kasian dia sendirian di rumahnya yang ada uler, nahh si Pandu tidurnya sama gue, bukan sama si Bunga''seru Dimas menjelaskan dan meluruskan,''Pa ntesan aja lo dipukulin abis-abisan sma si Pandu, orang lonya aja yang sedeng main fitnah orang tidur berduaan segala''ujar Dimas membelaku

''Yang pasti gue bakalan ngerebut cewek itu dari Pandu!!''ucap Riki, Dimas yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala.

Bunga yang masuk kembali ke dalam Villa langsung mencari Riki, hingga akhirnya ia melihat Riki sedang duduk bersama Dimas pun langsung dihampirinya dengan membawakan air dingin dan handuk kecil untuk mengompres luka Riki

''Ehem ... Masih sakit ya?? Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi dipukul Pandu kaya gini, maaf banget yaa, aku boleh ngobatin luka kamu kan, untuk tanda maaf aku ke kamu''celoteh Bunga di hadapan Riki dan Dimas

''I-iya, boleh ... Ini semua bukan salah kamu kok, ini semua salah aku karena main masuk ajah ke kamar itu''ucap Riki

''Sebenarnya permaslahannya itu kaya gimana si? Kok gue jadi ketinggalan info gini''gerutu Dimas dalam hati

''Enggak kok, kamu gak salah, Pandu emang udah keterlaluan sama kamu''...''Oiya , kenalin nama aku Bunga, kamu?''tanya Bunga

''Aku Riki, senang bisa ketemu dan kenal sama cewek secantik kamu Bunga''celoteh Riki mulai berusaha mendekati Bunga.

Aku yang sedari tadi memperhatikan Bunga dan Riki dibalik tembok hanya bisa bersabar dan mencoba meredam amarahku demi Bunga. Karena tak kuat hati melihat Bunga dan Riki bisa sedekat itu, aku pun memilih untuk keluar Villa mencari sesuatu yang bisa mendamaikan suasana hatiku.

Waktu menunjukan pukul sembilan malam, keadaan di luar sedang hujan, aku tak perduli seberapa dinginnya tubuhku untuk menghilangkan rasa perih di hatiku ini, aku berharap Bunga menghkawatirkan ku, tapi aku tak tau bagaimana mengetahui semua itu, aku berharap Bunga bisa memaafkanku, tapi aku tak mau memaksanya, aku berharap Bunga tau kalau aku tak pernah berubah, hatiku, cintaku dan rasa sayangku masih untuknya, tapi aku tak berani menjelaskan semuanya, aku memang bodoh.

**

Beberapa hari ini Bunga terlihat semakin betah berada di Villa, namun semakin hari Bunga semakin dekat dengan Riki dan semakin jauh denganku. Aku tak bisa terus-terusan melihat Bunga dan Riki bercengkrama dan tertawa bersama, sementara aku di sini menahan rasa cemburu.

Dimas mengajakku berkeliling kebun teh yang ada di belakang Villa, lantas aku yang memang merasa jenuh pun ikut dengannya, tak banyak yang bisa kulakukan saat ini, hanya bisa menyendiri dan mengenang masa lalu.

''Du, Pandu!! Lo kenapa si diem aja kaya anak yang terbuang??''tanya Dimas

''Yang terbuang itu perasaan gue Dim ...''jawabku

''Perasaan? Perasaan yang mana? Perasaan gue si baik-baik aja dan gak gue buang''seru Dimas bicara tak tau apa maksudku

''Lo gak tau apa-apa tentang perasaan gue Dim, yang tau cuma gue''

''Yaelah kenapa jadi melow kaya gini si?? Kita kan liburan ke Villa ini mau happy-happy, bukan mau galau-galauan'' celoteh Dimas, tapi kuhiraukan.

Kualihkan pandanganku ke arah samping, kulihat ada Bunga dan Riki di sana, mereka sedang asik bermain layang-layang. Tanpa kusadari Dimas memperhatikaku, Dimas menyadari kecemburuanku terhadap Riki, lalu Dimas menepuk pundakku dan berkata,''Sekar ang gue tau apa maksud lo, Du, gue ngerti kenapa dulu lo pukul Riki sampai babak belur, lo pasti gak mau kan Kalau Bunga di rebut sama dia, dan nyatanya sekarang Riki memang sudah bisa mngambil hatinya Bunga, yang sabar ya Bro''tutur Dimas yang sudah memahami apa yang sedang kurasakan.

''Aaaaaaaa ....''

Teriak Bunga yang terjatuh terperosot jke dalam sebuah lubang yang cukup dalam, kulihat Riki hanya meminta tolong tanpa berbuat apa-apa, aku pun langsung berlari untuk menolong Bunga yang diikuti oleh Dimas di belakang

''Bungaaaa ... Bunga kamu gak apa-apa kan??''teriakku dari atas lubang itu, namun Bunga tak menjawab panggilanku, kupikir ia pingsan di dalam lubang itu, aku nergegas turun dan menyelamatkan Bunga. Bunga pun sudah berada di atas, lalu dengan liciknya Riki membawa Bunga ke Villa tanpa menungguku naik ke atas. Dimas menarik tanganku dan memberitahukan kalau Riki sudah membawa Bunga ke Villa. Aku dan Dimas pun kembali ke Villa untuk memastikan keadaan Bunga baik-baik saja.

Ketika aku sudah berada di kamar di mana Riki membawa Bunga ke sana, aku sudah melihat Bunga telah sadarkan diri, dan aku pun mendengar ia mengucapkan terimakasih kepada Riki karena ia berpikir Rikilah yang sudah menyelamatkanny a,''Makasih ya Riki, kamu udah nolongin aku tadi.''ujar Bunga

''Iya sama-sama, itu semua aku lakin karena kau sayang sama kamu Bunga''jelas Riki mengucapkan kata-kata yang seharusnya aku ucapkan kepada Bunga. Mendengar ucapan Riki, Bunga tersenyum, sepertinya ia begitu senang akan ungkapan Riki tadi, karena tidak terima dengan semua yang sudah Riki lakukan terhadapku, aku pun menerobos masuk ke dalam dan berusaha meyakinkan Bunga kalau apa yang dikatakan oleh Riki itu hanya bualan semata

''Bohong!! Kamu jangan percaya sama dia Bunga, dia gak benar-benar tulus sayang sama kamu''seruku, Dimas mencoba meredam emosiku

''Maksud lo itu apa? Kenapa si lo gak suka banget kalau gua bisa deket sama Bunga? Kenapaaaa? Lo cemburu sama gue?''tanya Riki, tapi tak kujawab

''Cukup Pandu!! Aku tuh gak habis pkir ya sama perubahan kamu sekarang, aku tuh yakin kalau Riki benar-benar tulus sayang sma aku''seru Bunga membela Riki, sementara Riki tersenyum sinis karena merasa menang

''Bunga, harus berapa kali si aku bilang sama kamu kalau aku tuh gak berubah''ujarku

''Pandu!! Aku minta sama kamu pergi!! Aku gak mau liat kamu lagi''Bunga pun mengusirku dari kamarku sendiri, tanpa berpikir panjang lagi aku pun pergi dan membiarkan Riki merasa menang.

**

Sekarang ini aku sudah benar-benar menjauh dari Bunga, karena memang Bunga sendiri sudah tidak mau bertemu denganku, aku berusaha untuk mengubur semua kenangan-kenang an itu, kenangan masa kecilku, masa-masa indahku bersama Bunga, aku berusaha untuk tak lagi memimpikan seorang pendamping yang kumau, karena yang kumau adalah Bunga, sementara ia sudah menganggapku sebuah masalah di dalam hidupnya.

Aku malas beranjak dari tempat tidur, seharian ini aku hanya bercengkrama dengan hayalan-hayalan ku

''Woiii ... lo gak laper apah?? ni gue bawain pisang goreng buat lo, lumayanlah cemilan sehat''...''Bro !! Lo liat dong ni pisang gorengnya, nanti keburu abis sama gue''lanjut Dimas

''Lo makan aja semuanya, yang gue butuhin sekarang ini buka pisang goreng, tapi sebuah keajaiban''ujarku

''Hemm ... Panduuu, Pandu, yang namanya keajaiban gak akan dateng kalau lo cuma diem aja kaya ayam mau bertelor, stidaknya lo ngelakuin sesuatu kek biar keajaiban itu dateng''seru Dimas

''Maksud lo??''tanyaku penasaran dengan kata-kata Dimas

''Du, yang namanya kegagalan itu sudah pasti pernah dirasakan sama semua orang, apalagi dalam urusan cinta, sebenarnya lo itu belum gagal''jawab Dimas yang membuatku kembali bertanya

''Belum gagal? Maksud lo apa si? Jelas-jelas gue udah gak punya harapan lagi buat bisa miliki Bunga, Bunga itu udah kena tipu setannya si Riki Kapret!!''cetusku kesal

''Tapi lo belum pernah ngungkapin perasaan lo ke Bunga kan?? Nah itu artinya lo gak bisa bilang kalau lo udah gagal, lo harus ngungkapin perasaan lo itu ke Bunga, biar Bunga tau kalau lo itu cinta sama dia''celoteh Dimas

''Emang harus ya Dim??''tanyaku lagi

''Yaelah ternyata seorang Pandu yang gue pikir mahir dalam maslah cinta malah membleh bener ya, rasa cinta itu harus diungkapkan, diperjuangkan dan dibuktikan, bukan di pendam kaya tape, saran gue, lo harus ngungkapin perasaan lo ke Bunga sekarang juga''jelas Dimas meyakinkanku

''Sekarang juga ni?? Tapi kan gue belum mandi''ujarku belaga polos

''Yaudah lo mandi dulu, kalau bisa mandi susu di campur buah-buahan plus es batu biar mantep!! Semprull lo!!''Dimas ngelucu dan mengkemplang kepalaku, aku pun bergegas mandi dan mengikuti saran Dimas.

''Apa yang dikatakan oleh Dimas tadi emang benar, Rasa cinta itu harus diungkapkan, diperjuangkan dan dibuktikan, dan sekarang gue harus memperjuangkan cinta gue, ya!!''celotehku dalam hati.

Sore ini juga aku bertekad untuk menemui Bunga dan mengungkapkan perasaanku kepadanya, walau pun ada sedikit kekhawatiran di hatiku namun aku berusaha untuk tetap memperjuangkan cinta yang ada di dalam hati ini.

Lagi-lagi kulihat pemandangan yang tak mengenakan hati, kulihat Bunga menyuapi ice kream ke dalam mulut Riki,''Hemm .. Pandu lo harus tahan, lo harus bisa ngungkapin perasaan lo sekarang juga, tanpa atau ada Riki di depan lo'ya!! Oke ... doain gue ya Dim''ujarku, Dimas mengangkat dua jempolnya untuk menyemangatiku.

Dan tibalah di mana aku akan mengungkapkan perasaanku kepada Bunga, raut wajah Riki berubah menjadi dingin seolah-olah ingin menerkamku,''Ma u ngapain lo ke sini? Lo gak tau malu banget si, jelas-jelas Bunga udah benci banget sama lo!!''merongos Riki, tapi aku pura-pura tak mendengarnya

''Kamu mau apa lagi?? Gak cukup kamu terus-terusan menjelek-jeleka n Riki??''tanya Bunga, tanpa basa-basi lagi aku langsung menutarakan isi hatiku dengan lantang

''Bunga, aku sebenarnya sayangg banget sama kamu, aku masih cinta sama kamu, aku gak pernah mau mencoba ngelupain kamu setelah 10 tahun yang lalu, rasa sayang dan cinta di dalam hati aku gak pernah berubah, itu semua kau lakukan karen aaku percaya suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi, dan sekarang Tuhan mengabulkan doaku, aku cinta sama kamu Bunga, apakah kamu mau nerima aku lagi jadi pacar kamu seperti waktu kita kecil dulu?''tanyaku mengobrak-abrik suasana

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir tipisnya, hanya saja kulihat ada linangan air mata yang bersembunyi di balik kelopak matanya. Tiba-tiba Riki mendorongku dan memaki-maki diriku

''Lo udah gak tau malu sekarang malah nembak pacar orang!! Disimpan di mana si otak lo itu, hah!!''tanya Riki yang menciptakan tanda tanya di benakku

''Pacar orang?? Ma-maksud lo?''tanyaku

''Asal lo tau ya, Bunga itu sekarang udah jadi pacar gue, jelas!!''seru Riki

''Apa benar yang dikatakan Riki itu, Bunga?''tanyaku kepada Bunga, namun bunga hanya menganggukan kepalanya lalu pergi dengan meninggalkan sayatan luka di hatiku.

Betapa hancurnya
Batapa perihnya
Tak pernah kusangka
Tak pernah kuduga

Sekuat-kuatnya seorang laki-laki menahan air mata, namun ketika hatinya tersayat-sayat keadaan maka air mata itu pun akan jatuh dan menetes, meski tak harus terisak, namun hati pasti menjerit. Itulah aku sekarang ini, perjuanganku tak seindah mimpi-mimpi.

Sebagai lelaki yang tahu diri, aku mencoba melepaskan merpati yang sudah tak ingin lagi kurawat, kubiarkan ia mencari pasangannya sendiri tanpa ada ruang pembatas untuk ia pergi.

Ajaklah aku, kepakanlah sayapmu, dari hati kumulai menyadari, tak ada masa depan yang dapat terprediksi, aku harus kuat, tabah dan menjadi laki-laki sejati.

Selesai
Niaw Shinran
Bogor, 07 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan jadilah pembaca setia cerpen maupun puisi saya...