~Teka-Teki Cinta~
tumpahnya cahaya mentari, hangati rasa yang lembab dihati, tak
pernah terjadi bahkan kualami kisah yang sesingkat ini. Waktu terasa
menjepitku, dan hari-hari pun begitu cepat berlalu, angin halangi setiap
kata rindu yang mestinya terucap dari bibirku yang nampak kedinginan
Rasaku berlalu diterkam waktu yang tak dapat mengiba, seuntai
harapan yang menggantung kini tlah jatuh kebumi. Bagaimana ku tak sedih,
Cinta dalam hati pergi, tak sempat ku rangkai kata-kata yang bisa
mengutaran perasaan. Mungkin benar aku hanya seorang pengagum kecil,
dipandang sebelah mata tanpa sedikit ku diberi ruang tuk bicara tentang
cinta
"aku mati rasa semenjak kehilangannya, mengapa dia pergi tanpa mau menolehku dibelakangnya?"
ucapku menangis dihadapan gambarnya
"kau harus ingat Nadya, apalah artinya kehadiranmu baginya? Kau tak
lain hanya seorang pengagum kecil, lupakan semua tentangnya, kini dia
telah bahagia, walau bukan denganmu, tapi itu sudah jadi pilihannya,
sadar dirilah, kau bukan siapa-siapa!!"
Harri menegaskanku akan Rafa bukanlah milikku
(Nadya, apakah kau masih belum bisa menebak hatiku? Betapa tak
merelanya air matamu terjatuh demi cinta yang lain selain cintaku)
celoteh Harri dalam hatinya sembari memelukku
"aku takut tak bisa menemukan cinta lagi, aku rindu dicintai, aku rindu dikasihi"
keluhku lagi
"berhentilah menangis Nad, bodohnya kau yang belum bisa menebak
teka-teki Cinta atas apa yang kuungkapkan padamu setahun yang lalu"
jelas Harri, matanya menatap tajam mataku, didalamnya terlihat ada
secuil harapan namun bermakna besar, aku sedikit terdiam dan
mengingat-ingat teka-teki Cinta yang dimaksud oleh Harri
"teka-teki Cinta??"
ucapku membalas tatapan Harri
(Harri, aku tidak pernah lupa akan teka-teki Cinta itu, aku pun tak
sebodoh yang kau pikir, setelah kutahu jawabannya, entah mengapa ada
perasaan takut, aku takut salah)
gumamku dalam hati lalu merundukan kepala
"ya, teka-teki Cinta, apa kau sudah lupa? Kumohon, lupain Rafa dan
cobalah untuk mencari tahu jawaban dari teka-teki Cintaku Nad!!"
"Harri, aku gak ada maksud untuk menunggu jawaban teka-teki itu dariku, aku sudah tahu jawabannya!"
"Benarkah? Lalu, apa jawaban keduamu atas jawaban teka-teki itu?"
tanya Harri yang langsung membuatku bingung
"jawaban yang kedua?"
"ya, jawaban keduanya apa?"
tanya Harri lagi
(hem.. Jawaban yang kedua?.. Teka-teki itu bertuliskan, Delapan
huruf, tiga kata, satu arti, yang berarti I love you!! Lalu, jawaban
kedua yang dimaksud oleh Harri itu apa ya?)
pikirku bertanya-tanya
"Nad.. Nadya!! Jawaban keduanya apa?"
seru Harri dan menggenggam tanganku
"e... Sebentar ya, aku masih berpikir!!"
"Nad, jangan bilang kamu gak tau jawabannya!! Lalu seberapa lama lagi aku harus menunggu jawaban itu?"
Harri melepaskan genggaman tangannya lalu berdiri membelakangiku
(ternyata kau masih bodoh Nad, kau hanya bertumpu pada jawaban yang
kau cari tanpa mau mengerti, entah aku harus kecewa atau tidak) pikir
Harri
"Maaf Har.. Aku memang belum tau jawabannya, apakah jawaban itu sangat berarti untukmu?"
tanyaku, sempat kulihat air mata terjatuh ditepian pipi seorang
Harri, aku tak tahu apakah aku bersalah atau tidak, yang ku tahu, aku
belum bisa memberikan jawaban yang kedua itu, entah karna apa? Bodoh
kah? Atau memang aku tak pernah mau mencari tahu jawaban itu, ah..
Teka-teki itu membuatku terlihat bodoh dihadapan Harri
"Harri.. Maafin aku ya?"
ucapku sembari menyentuh pundaknya, tapi Harri tak jua mau menoleh
memandangku, tiba-tiba raganya menjauh lalu meninggalkanku dengan
menyimpan sejuta tanya dibenakku
air mataku kembali menetes, aku bimbang, entah apa yang telah
kulakukan tadi sehingga membuat Harri lenyap dari pandanganku, Teka-teka
Cinta itu akan menjadi perkara yang tak mudah kupecahkan, sementara
hatiku tetap memilih tuk menyimpan rasa yang belum pernah terungkapkan.
Egoiskah? Aku tak tahu.
_selesai_
Nia kurnia sari
Bogor/31/05/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan jadilah pembaca setia cerpen maupun puisi saya...