~BILAMANA KAU JADI AKU~
By: Niaw Shin'Ran
Dengan
sadar aku telah memusnahkan segala sesuatu yang selalu hadir didalam
benakku, namun dengan tidak sadar aku terus menerus membuka dan menutup
pintu hati dan menciptakan kesan plin-plan. Sebelumnya aku tak pernah
seperti itu, sebelumnya aku tak pernah merasa bimbang seperti ini,
kehilangan satu kisah yang dulunya mampu membuatku bertahan melawan
situasi yang hampir membunuhku. Dia pergi, aku akui, aku hanya akan
menjadi beban yang amat teramat merisihkan, dan itu pun yang
dikatakannya
"Sayang, entah sampai kapan lagi aku akan terus
menemanimu dalam ketidak berdayaanmu ini, kapan kau akan membuatku
terbebas dari kisahmu ini?"
ucapnya dalam pejaman mataku, namun yang sebenarnya aku tak benar-benar terpejam
ya
tuhan, apakah Wisnu menginginkanku mati? Aku pun tak ingin seperti
ini.. Pikirku, ingin rasanya aku menangis dihadapan Wisnu, tapi
yasudahlah, dia sudah tak lagi ada untuk menemaniku seperti dahulu,
kalau pun masih ada, aku tak mau terus menerus membiarkannya
membodohiku
*
satu bulan lamanya aku terkapar dirumah sakit,
barulah aku kembali menghirup udara segar. Aku rindu akan rumahku,
keluargaku, kampusku juga sahabat-sahabatku, Rina dan Lala. Serasa
seperti mereinkarnasi dari keterpurukan kemarin, kini aku merasa lebih
ceria semenjak Wisnu pergi meninggalkanku, namun efeknya aku malah
menjadi wanita yang sedikit PHP alias pemberi harapan palsu. Dikampus
aku banyak dekat dengan laki-laki, namun hanya sekedar dekat saja,
selebihnya aku hanya ingin membuat mereka merasa nyaman didekatku lalu
kutinggalkan. Dan semenjak itu pula aku tengah disibukkan dengan
berbagai kegiatan yang sempat fakum karna sakit yang ku derita ini. Satu
kegiatan lagi yang aku tambahkan ke daftar kesibukanku, yaitu menebar
pesona pada setiap pasang lelaki yang memandangku
"gila lo ya,
Hampir semua cowo dikampus kita tuh suka sama lo Ril, gue salut deh sama
lo, hahaha.." diam sejenak " tapi sayang gue gak kecipratan satu cowo
pun, huh, nyebelin" seru Lala sambil memakan snacknya dengan sedikit
kecewa
sementara itu Rina tengah asik mengabsen laki-laki yang menyukaiku dengan jemari tangannya
"ada
Rio, Angga, Rifki, Jems, Lee, Fathur, Ibnu sama itu tuh satu lagi yang
sering bawa Moge, si Yoga!! Mereka tuh cowo-cowo terkeren dikampus kita,
masa diantara mereka gak ada yang lo terima si Ril? Ril.. AVRIL!!"
jelas Rina memecahkan lamunanku ditengah-tengah apa yang aku pikirkan
"sory sory, tadi gue ngelamun.. Ya gue si belum kepengen punya pacar lagi, gue mau nemenin kalian ngejomblo. .haha"
ledekku
"huh, lo pikir kita gak laku apah!! Oiya, ada satu cowo yang menurut gue gak pernah tuh ngelirik lo Ril"
ujar Rina
kedua halisku beradu dan memandang serius Rina
"Siapa? Dia ganteng?"
tanyaku sambil sedikit berbisik
"Namanya Rafka, si cowo paling jutek dikampus ini"
seru Rina
Sleb.. Menyorot ke Rafka
"RAFKA;si
Ganteng yang jutek yang hoby banget baca buku dibawah pohon belakang
kampus, selain jutek dia juga dikenal sebagai cowo yang paling rajin
masuk kelasnya pak Warto, Dosen yang paling galak. Biar pun Rafka jutek,
tapi banyak banget cewe yang suka sama dia, termasuk gue,hehe" jelas
Rina
aku semakin mengadukan halis, karna aku tak pernah tahu siapa Rafka itu, dan itu membuatku penasaran untuk mengenalnya
"dari mana lo tau kalau Dia gak pernah ngelirik gue? Kaya anak dukun aja!!"
cetusku
"ikh
Avril, lo tuh kaya yang gak tau kita aja deh, kita berdua itu kan mis
update dikampus ini, jadi kalau soal begituan doang mah kecil."
seru Lala sambil memanyunkan bibirnya
Rafka? Hem.. Ini bakalan jadi mainan baru buat gue.. Gumamku
"kalau begitu gue punya tugas buat lo berdua.. Sini gue bisikin"
Rina dan Lala hanya manggut-manggut lalu tersenyum ketika ku bisikan sebuah rencana nakal untuk Sore nanti
Pertama
kali mendengar kata Rafka, aku langsung tertarik dengan laki-laki yang
katanya jutek itu, lebih penasaran dari apa yang sering membuatku
penasaran. Mungkin kesibukanku menjadi seorang PHP itu bisa dibilang
konyol, karna tak sedikit perempuan yang membicarakanku dari belakang,
begini dan begitu, but whatever, otakku dan hatiku seakan sudah
membeku.
Sore ini Lala dan Rina tengah melakukan apa yang aku suruh, mengajak Rafka ketempat yang nantinya aku akan berpura-pura pingsan
"Si Rafka kemana ya? Kok tumben dia gak duduk disana"
tanya Lala kepada Rina
"mana gue tau, emang gue emaknya" diam sejenak
"eh eh. . Itu Rafka, yuk kita samperin!!"
seru Rina memegang tangan Lala
Lala dan Rina pura-pura lari tergesa-gesa dan memperlihatkan wajah yang ketakutan, lalu segera mendekati Rafka
Rafka. .Rafka. . .
Teriak
Lala dan Rina. Rafka yang tadinya duduk pun segera berdiri dan bertanya
keheranan melihat Lala dan Rina yang berlarian menghampirinya
"kalian berdua kenapa si? Kaya yang dikejar-kejar setan aja, norak tau gak!!"
cetus Rafka
"pyuuh. .haduh kaaa lo jangan jutek kaya gitu dong, tolongin teman kita disana"
seru Rina
"iya ka, tolongin dong"
lanjut Lala sembari memegang tangan Rafka, mengambil kesempatan dan kesempitan
Rafka semakin kebingungan
"ikh lepasin tangan gue!! Memangnya kenapa sama teman lo berdua?"
tanya Rafka serius
"Teman kita Pingsan!!"
jelas
Lala dan Rina menjawab secara bersamaan. Tanpa tunggu lama lagi Lala
dan Rina pun berhasil melakukan tugasnya. Sementara itu aku yang sedari
tadi pura-pura pingsan merasa kesal, karna yang ditunggu-tunggu belum
datang juga
"ishh, Lala sama Rina mana si? Badan gue udah gatel-gatel ni tiduran disini, ah lama bener tu anak!!"
merongosku. Lalu tiba-tiba saja ada yang memanggilku dari belakang
Avril..
"kayanya gue kenal deh sama suara itu" diam sejenak lalu menoleh kebelakang
"WISNU? Ngapain lo disini?"
tanyaku, entah mengapa ketika kutatap mata Wisnu hati ini terasa sakit sekali
"seharusnya aku yang nanya sama kamu, kamu gak apa-apakan? Kamu kenapa duduk-duduk ditanah kaya gini? Kan kotor"
ujar Wisnu
"lo
tuh gak usah deh soksoan perhatian sama gue, gue tuh benci sama lo! Dan
mendingan lo pergi dari sini karna gue gak mau liat muka lo lagi"
"Ril, maafin aku.. Please maafin aku"
Mendengar permohonan maaf Wisnu malah semakin membuatku emosi
"lo
tuh udah bikin hati gue sakit, lo tuh gak akan seenak ini kalau bukan
karna gue, tapi kenapa lo khianatin gue, oh.. Mentang-mentang sekarang
lo udah kaya dan juga terkenal lo jadi banyak tingkah dan soksoan jadi
playboy kampung!!"
aku mendorong Wisnu hingga terjatuh dan meninggalkannya
hatiku
merasa lega, apalagi tadi Wisnu terjatuh karna ku dorong, tapi rasa
kecewa masih tetap ada hingga penyakit lamaku sedikit kambuh
"ha. .ha. . Duh asma gue kambuh!!"
aku panik lalu segera mengambil alat untuk menghilangkan asmaku berhenti didalam tas
"huh.. Sampai kapan gue terus menerus ketergantungan sama alat ini? Hemm.."
keluhku
dilain tempat Lala dan Rina kebingungan mencariku, dan Rafka terlihat kesal karna merasa telah dibohongi
"mana teman lo yang pingsan itu? Katanya dia pingsan disini? Mana? Lo berdua bohongin gue ya? Wah..Parah lo berdua"
Rafka kesal dan pergi
Lala dan Rina saling bertanya-tanya akan semua ini
"Avril kok gak ada disini si La? Avril kemana? Duh!!"
tanya Rina sembari menepak jidat
"ya
mana gue tau, lo kan tau dari tadi kita tuh berdua ngebujuk si Rafka,
sekarang Rafka pergi deh gara-gara Si Avril gak ada disini"
seru Lala
"yaudah yu. .kita cari Avril"
lantas
Lala dan Rina pun keliling kampus mencariku. Aku sedikit heran sama
mereka, tidak biasanya mereka selalu mau disuruh-suruh olehku, semenjak
aku keluar dari rumah sakit, mereka berdua jadi semakin perhatian, dan
itu malah jadi aneh!!
*
Dirumah, mamah dan papah tengah asik
membicarakanku, dan tak sengaja aku yang baru saja pulang dari kampus
mendengarkan pembicaraan mereka
"kasian Avril ya pah. Lagi-lagi dia ditinggalin sama pacarnya, dan ini untuk ketiga kalinya"
ujar mamah
"ia mah, memangnya apa si yang membuat laki-laki itu meninggalkan Avril?"
tanya papah sambil meneguk tehnya
"setau mamah si karna.. Karna Avril memiliki penyakit pah"
jelas mamah
mendengar semua pembicaraan itu aku langsung muncul di hadapan mamah dan papah dalam keadaan sudah menangis
"bukan mereka yang ninggalin Avril mah, pah.."
seruku
"AVRIL,,"
mamah dan papah pun terkejut dengan kehadiranku
"Bukan mereka, tapi Avril yang ninggalin mereka karna mereka gak pantas buat Avril!!"
setelah itu aku pun berlari menuju kamar
tak
kuasa rasanya mataku memendung air mata ini, kekecewaan terhadap
laki-laki yang selalu saja menyakiti hatiku muncul disaat yang tidak
tepat. Aku terus menerus menangis dibalik pintu kamar yang akan menjadi
saksi kesedihan ini,
"ya tuhan, kenapa engkau tidak membiarkanku mati saja dari pada aku terus menerus seperti ini, aku gak kuat.. Hik"
celotehku
Setiap
detik, setiap menit, setiap jam bahkan setiap hari semenjak aku seperti
ini tak ada lagi yang bisa mengerti apa yang aku rasakan, dan aku
seperti hidup sendiri, namun aku tak mau terlalu lama bersedih durja
seperti ini, biar bagaimana pun aku harus bisa move on, ya..
Malam
ini aku bergegas pergi keluar rumah untuk sekedar menghilangkan penat
dipikiranku, karna sedikit melamun akhirnya tak sengaja ku tumpahkan Ice
kopi kebadan seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah denganku
"eits. . Heh cewe!! Kalau jalan tuh pake mata dong!! Minuman lo tumpah ni kebadan gue tau!!"
seru suara laki-laki itu
dengan nada yang tinggi
"Heh cowo!! Lo bisa gak si ngomong pelan dikit? Gue tuh gak budek,, gue minta maaf!!"
ucapku cetus dan jutek
"heh.. Mana ada orang yang minta maaf kaya gitu, lo mesti ganti rugi baju gue yang baru gue beli ini"
"baru lo beli? Oke gue bakalan ganti.. Paling juga BBM alias bukan barang mahal.. Sebentar gue ambil duitnya dulu... Nih!!"
kubanting uang ketangannya
"heh, lo gak ikhlas banget si.." diam sejenak sambil melihat uang itu
"WHAT??? Sepuluh ribu?? Lo pikir baju gue baju bekas apah!! Wah.. Parah lo ya, sial banget gue ketemu sama cewe kaya lo!"
laki-laki itupun merongos
"heh! Yang ada tuh gue yang sial karna ketemu sama cowo yang jutek kaya lo!!"
kita berdua pun semakin kesal
"DASAR SIAL!!"
Tak
sengaja ucapan itu keluar secara bersamaan dari mulutku dan mulutnya,
akhirnya kita pun pergi dan menghentikan perdebatan itu
*
tadi malam adalah malam yang menyebalkan, aku melamun dikelas sambil memainkan pulpen. Rina dan Lala datang menghampiriku
"Avril, kemarin sore lo kemana? Gue sama Lala udah berhasil bawa si Rafka ke TKP tapi lo malah ngilang, kemana si lo?"
seru Rina, dan Lala hanya manggut-manggut
"duh sory deh, soalnya tiba-tiba aja ada si Wisnu nyamperin gue"
jelasku
"WISNU?"
Ucap Rina dan Lala
"ngapain tu si Wisnu nyamperin lo lagi?"
tanya Lala
"dia
minta maaf sama gue, dan gue rasa si dia pengen gue balikan lagi sama
dia, langsung aja gue maki-maki dia terus gue dorong dia sampai
jatuh!!"
"heum. . Dia emang pantes digituin Ril, karna cowo yang gak tau balas budi kaya si Wisnu itu gak pantes jadi pacar lo"
celoteh Rina
"ya, gue pikir juga begitu"
seruku
"terus rencana lo yang kemarin gimana?"
tanya Rina
"gue mau kalian berdua ngelakuin tugas itu lagi, dan Gue bakalan pura-pura pingsan di sini. . Ayo cepet sanah sanah!"
suruhku
dan
lagi, Rina dan Lala melakukan apa yang ku suruh, mencari Rafka untuk
membawanya ke TKP yang sudah ditentukan. Tak butuh waktu lama bagi Rina
dan Lala untuk menemukan seorang Rafka yang hobynya baca buku
"Rafkaaaa.."
sahut Rina dan Lala yang tiba-tiba muncul dihadapan Rafka
"lo? Lo berdua mau ngapain lagi si nyamperin gue secara tiba-tiba kaya gini? Ganggu banget!"
cetus Rafka
"Rafka, please kali ini lo mesti bantuin kita, teman kita yang kemarin itu pingsan lagi"
seru Lala
"terus? Apa hubungannya sama gue? Lo minta bantuan aja sanah sama yang lain, kenapa mesti gue lagi?"
"tapikan kemarin gak jadi ngebantuin. . Iakan?"
ujar Rina ngeles
"ah. . Teman lo berdua tuh ribet,, yaudah ayo ayo ah!"
Rafka berjalan didepan, sementara Rina dan Lala saling mengadukan kedua telapak tangannya dan berkata, yes!!
*
"temen lo yang mana?"
tanya Rafka di TKP
"itu yang pingsan, kan disini gak ada siapa-siapa lagi selain dia, duh ganteng-ganteng kok oon!!"
seru Lala
Rafka
belum jelas melihat wajahku karna tertutup rambut tebalku, ketika Rafka
meraih tangan dan pundakku barulah aku yang memang tidak benar-benar
terpejam melihat jelas wajah Rafka dan begitu pun dengan Rafka, kita
berdua saling berteriak karna terkejut
"HAH. . Elo??"
seruku, sementara Rina dan Lala terlihat kebingungan
"Elo kan cewe semalem yang numpahin Ice kopi kebaju gue, ngapain lo disini?"
seru Rafka
"heh.. Cowo jutek, gue tuh kuliah disini tau, jangan-jangan lo mau mata-matain gue ya!?"
tanyaku so tau
"gak ada kerjaan banget gue mata-matain lo kesini, heh gue juga kuliah disini tau!!"
lanjut Rafka merongos
"kok kalian jadi ribut kaya gini si? Avril, lo udah kenal sama Rafka?"
tanya Rina
belum sempat kujawab Rafka sudah berceloteh kembali
"Oh.
.jadi ini yang namanya Avril si Cewe PHP yang hobynya tebar pesona?!
Heh, asal lo tau ya, cewe kaya lo tuh gak pantes dapetin cowo yang
baik-baik, lo tuh gak pantes dicintai, cewe kaya lo tuh mesti diamankan
tau gak!"
jelas Rafka
mendengar ucapan Rafka yang sinis itu
langsung membuat hatiku sakit, dan rasa sedih itu pun kembali datang,
tak terasa air mataku menetes di hadapannya, lalu dengan sangat keras
aku menamparnya
Pakkk..
"lo tuh gak tau apa-apa tentang gue, lo gak usah so tau karna lo gak ngerasain apa yang gue rasain!"
seruku lalu pergi meninggalkan Rina, Lala dan juga Rafka
dengan spontan Rafka bilang kaya gitu ke gue, apa gue emang udah gak pantes untuk dicintai? Pikirku
dan
lagi-lagi asmaku kambuh, dengan cepat aku mencari alat hisapku didalam
tas, namun sayangnya alat itu tidak ada dan entah kemana, aku semakin
tersiksa dan akhirnya aku terkapar dan pingsan. Orang-orang yang
melihatku langsung menggerumuiku. Rina dan Lala yang juga melihatku pun
segera berlari menghampiriku dan membawaku langsung kerumah sakit
tidak
ada banyak orang yang mengetahui akan penyakit yang menyebalkan yang
ada didalam tubuhku ini. Mamah, papah, Rina dan juga Lala begitu
mencemaskanku, sementara dokter masih memeriksaku.
Beberapa menit kemudian Dokter pun keluar dari ruangan
"dokter.. Bagaimana keadaan anak kami?"
tanya papah
"anak
bapak tidak kenapa-kenapa, hanya saja setiap dia merasa sedih dan
emosi, asmanya akan kambuh, sore ini pun dia bisa pulang ko, tapi saya
sarankan agar anak bapak tidak dulu melakukan aktifitas apapun selama
satu bulan penuh agar dia juga tidak terlalu kelelahan, kalau begitu
saya permisi dulu"
jelas dokter itu
"terimakasih dokter"
suasana tegang pun mulai meredup. Kembali pada awal hari yang membuatku bosan, diam dirumah dengan pantauan mamah dan papah
*
entah
apa yang kini aku rasakan, namun yang pasti ucapan Rafka kemarin itu
masih bersemayam dibenakku, dan itu yang membuatku hanya bisa terdiam
dan menangis
sementara itu Rafka yang sedang asik mengobrol
dengan beberapa temannya menolehkan pandangannya kearah Rina dan Lala
yang berjalan menuju kantin,
mereka kok cuma berdua? Si Avril kemana? Pikir Rafka
Rafka terus menerus mempertanyakan ketidak adaanku dikampus semenjak kejadian itu
Satu bulan kemudian. Rafka tak henti-hentinya mondar-mandir didepan teras rumahnya
"udah
satu bulan gue gak pernah liat Avril jalan bareng sama Rina dan Lala,
dia kemana ya? Kenapa dia sampai gak masuk kuliah lama kaya gini? Apa
mungkin Avril resent dari kampus? Tapi kenapa?. .aduuh kenapa gue jadi
ngekhawatirin dia si?" diam sejenak
"gue jadi merasa bersalah karna
udah bikin dia nangis waktu itu, padahalkan gue pantang banget bikin
cewe nangis, apa gue minta maaf aja ya sama Avril? Tapi giamana
caranya?" diam lagi sembari memikirkan cara "aha!! Kan ada Rina sama
Lala yang bisa bantuin gue, hemm"
mantap sudah niatan Rafka untuk meminta maaf kepadaku
Rafka bergegas pergi ke kampus untuk menemui Rina dan Lala. Tak lama Rafka pun menemukan mereka
"Rina, Lala.. Gue mau ngomong sesuatu sama lo berdua"
seru Rafka, Rina dan Lala saling menatap
singkat
cerita, Rafka pun menceritakan apa yang ingin dibicarakannya, begitu
pun Rina dan Lala yang menceritakan tentang keadaanku
"apah? Avril sakit? Sakit apa dia?"
tanya Rafka serius
"Avril punya penyakit asma yang sewaktu-waktu bisa kambuh"
jelas Rina
"lalu? Gimana keadaannya sekarang? Dia baik-baik aja kan?"
tanya Rafka lagi
"Avril baik kok, hanya saja dia harus banyak istirahat dirumah"
jawab Lala
"kalau gitu anterin gue kerumah Avril sekarang juga, gue mau minta maaf sama dia"
"ikh. . Lo tuh kenapa si? Kok panik banget! Woles aja woles, nanti sore kita juga mau kerumah Avril kok!"
seru Rina
"ia nih lo aneh banget,, jangan-jangan lo suka ya sama Avril.. Hahaha"
lanjut Lala yang membuat Rafka terdiam
gue suka sama Avril? Memangnya salah ya kalau gue bisa suka sama dia? Gumam Rafka
Rina dan Lala terus menerus menggoda Rafka karna sikapnya yang mendadak aneh dan perhatian
*
"lo berdua yakin Avril gak bakalan usir gue dari rumahnya?"
ucap Rafka yang memang tengah berada didepan rumahku bersama Rina dan Lala
"lo
gak usah khawatir, Avril itu sebenarnya cewe yang manis dan baik kok,
gue aja salut sama ketegaran dan semangatnya, sayang gue gak bisa jadi
seorang Avril"
Lala mengkhayal tingkat tinggi
"hust.. Kalau terus disini kapan gue mau minta maafnya sama Avril"
Rafka merongos
didalam kamar aku mendengar suara diluar, lantas aku mengintip dibalik jendela
"hah..
Ngapain Rina sama Lala bawa Rafka kesini? Duh.. Gue kok jadi deg-degan
kaya gini ya? Kata Rina dan Lala kalau kita deg-degan ketika akan ketemu
seseorang atau cowo, itu berarti ada perasaan yang gak biasa.. Hah?
Perasaan yang gak biasa? Apa ya? Ah.. Tau ah bingung"
lalu kubuka jendela kamarku yang tepatnya dilantai kedua
"heh.. Cowo jutek! Ngapain lo datang kerumah gue? Lo mau maki-maki gue lagi?"
seruku, Rafka, Rina dan Lala sontak kaget melihatku langsung marah-marah dibalik jendela
"Avril, si Rafka datang kesini mau minta maaf sama lo.. Lo turun kesini dong!!"
ucap Lala
"idih, kenapa juga mesti gue yang nyamperin dia, kalau lo mau minta maaf, lo mesti teriak sambil bilang maaf sama gue"
cetus Avril
ini cewe rese banget si.. Tapi gue suka!! Pikir Rafka
emang
enak gue kerjain, tapi sebenarnya gue seneng banget si dia bisa
nyamperin gue kerumah, kayanya gue mulai suka deh sama Rafka, gumamku
"ayo cepet lakuin apa yang dibilang Avril tadi ka.."
seru Rina
"oke!! Gue bakalan ngelakuin apa yang lo minta" diam sejenak sembari menghela napas
"AVRIL,
GUE MINTA MAAF SAMA LO, DAN GUE HARAP LO MAU MAAFIN GUE,, AVRIL.. GUE
MAU LO DENGAR SATU HAL LAGI DARI GUE, GUE SUKA SAMA LO, GUE JATUH CINTA
SAMA LO DAN GUE MAU NGERASAIN APA YANG LO RASAIN, IZINKAN GUE MENJADI
DIRI LO YANG MAMPU CAIRKAN HATI GUE YANG BEKU INI" Jelas Rafka yang
membuatku terkejut, serasa mimpi, namun ini semua memang nyata. Aku
bergegas turun dan menghampiri Rafka, Rina dan Lala pun ikut terkejut,
tak menyangka Rafka akan seromantis itu pandanganku tertuju pada Rafka,
begitu juga dengan Rafka, entah rasa apa yang tengah melandaku, aku
ingin menangis terharu akan apa yang Rafka ungkapkan kepadaku. Aku
tersenyum tak jelas didepannya, aku malu dan aku sangat tidak pernah
menyangka akan seperti ini jadinya. Rafka berlutut dihadapanku
"Avril, gue butuh jawaban lo sekarang"tuturnya
"gue. . Gue maafin lo kok!! Dan gue, gue juga gak tau bisa jatuh cinta sama lo Rafka.. Gue juga suka sama lo"
Rafka pun berdiri kembali dan memelukku
"semenjak kejadian kemarin itu, gue selalu mikirin lo, gue gak bisa lupain bayangan wajah lo" sahut Rafka
"gue yakin seyakin yakinnya.. Lo gak akan nyakitin guekan?"
"gue
akan jagain lo Ril, gue sayang sama lo" pelukan Rafka semakin erat
kurasakan, Rina dan Lalu pun saling berpelukan, ikut merasakan
kebahagian yang aku rasakan
Ya tuhan.. Terimakasih.
_selesai_
Nia kurnia sari
Bogor/28/06/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan jadilah pembaca setia cerpen maupun puisi saya...